23. FIN

249 11 10
                                    

Sayangnya kepulangan Maria ke Seoul bukan untuk kembali bekerja, meski Manager Shin kembali menawarkan pekerjaan padanya, Maria belum bisa mengiyakan permintaan tersebut.

Maria masih disibukkan dengan registrasi mahasiswanya di Seoul University.


Maria memutuskan untuk melanjutkan S2 nya di Korea, mengambil jurusan Hubungan Internasional.

Beruntungnya, keluarga Maria yang di Daegu datang membantu si gadis menyiapkan ini dan itu. Paman Kim, selaku wali Maria adalah orang paling sibuk diantara mereka.


Kim Junmyeon rela menyewa rumah selama 1 bulan untuk menyelesaikan administrasi Maria dan memastikan kalau keponakannya ini bisa hidup dengan baik di Seoul.

Paman Kim sempat meminta Maria tinggal di Daegu saja, tapi menolak karena ia lebih nyaman dengan tinggal di Seoul.


“Jika kau butuh sesuatu, bilang pada paman.”


Maria mengangguk, sebenarnya ia tak mau merepotkan siapapun. Pamannya sudah banyak membantu sejauh ini. Maria harus bisa mandiri.

Tiba-tiba ia teringat dengan dorm di depan pintu 127. Dorm penuh kenangan dimana biasnaya setiap malam ada penyusup masuk minta dibuatkan makanan karena lapar sepulang show.


Atau saat Maria harus mengendap-endap keluar dari dorm di hari liburnya karena tak ingin diganggu member Dreamies.

Semua menjadi cerita tersendiri bagi Maria. Namun sekarang tidak lagi. Maria menyewa flat studio dengan satu kamar untuk dirinya. Sudah dibayar setahun penuh oleh Paman Kim.


“Paman akan pulang besok, kau jaga diri. Seoul tidak seperti Jakarta, hati-hati. Jangan bawa lelaki kesini. Jangan telat makan dan jangan kelelahan belajar.” Maria terkekeh, Paman Kim sudah seperti ayah keduanya. Banyak memberi nasihat, tapi itu bagus.


“Umm, paman. Tak apa jika aku nanti kerja sambilan? Untuk menambah uang saku ku.”


“Kenapa? Paman akan mengirimkan uang bulanan padamu. Ayahmu juga kan? Bekerja sambil kuliah hanya akan membuatmu lebih lelah, Maria.”

Sudah pasti pamannya akan menentang, tapi Maria tak mau merepotkan keluarga di Daegu. Apalagi Paman Kim juga punya anak dan istri.


“Arraseo, nanti ku pikirkan lagi. Aku akan ke kampus lalu membeli beberapa buku.”


Maria pamit untuk pergi seorang diri. Ia harus terbiasa seperti ini, kalau dipikirkan jika Maria menerima tawaran Manager Shin, jadwal kuliahnya bisa berantakan, jadwal NCT tahun ini sedang padat sekali.

Beberapa kali comeback lalu showcase lalu fansign. Benar, tidak bisa Maria lakukan jika ia kuliah.



Mungkin dengan bekerja di café atau Subway akan lebih aman, di Korea sendiri banyak pelajar atau mahasiswa yang mengambil kerja sambilan seperti ini.

Lebih efektif dalam mengatur waktu. Jadwal kuliahnya takkan terlalu terganggu.


Ddrrttt ddrrtttt!


Ponsel Maria bergetar dalam saku celana, ada panggilan masuk dan nama Monster Merah tertera disana. Dahinya menaut, jam segini kenapa dia menelepon.


“Yeobo…seyo?”


“Maria Lee, eodiseo?”


Maria mendesah pelan, Taeyong suka seenaknya mengganti marga keluarga Maria, dari Kim menjadi Lee. Menyebalkan memang.


“Maria Kim. KIM, bukan Lee. Aku sedang dalam bus.”


“Mau kemana?”


“Kenapa kau mau tahu?”


“Kenapa tak kau jawab saja?”


“Kenapa memaksa?”


“Kenapa kau menyebalkan, Maria. Jawab!”


“Dasar monster sialan, aku mau ke kampus.”


“Kampus? Sejak kapan kau kuliah? Kampus mana? Aku kesana.”


“Tidak usah, aku juga takkan memberi tahumu. Sudah ya.”


Maria menutup sepihak sambungan telepon dari Taeyong, ia sudah tak mau berhubungan dengan member NCT, terlebih Taeyong dan Ten. Mereka akan semakin membuat hidup Maria susah.


Pertemuan mereka saat Maria melakukan challenge dari Manager Shin sudah cukup, Ten dan Taeyong kembali bersitegang hanya karena ingin mengajak Maria pergi.

Ia sadar kedatangannya hanya membuat kedua orang ini kembali tidak akur, untuk itu Maria lebih memilih mundur.



Endingnya, Maria pergi dengan Kun beli bobba tea untuk para Dreamies yang terus merengek padanya.

Kun memberi beberapa masukan, ia meminta Maria menjauhi Ten dan Taeyong untuk sementara karena suasana kembali memanas hanya beberapa jam setelah Maria kembali.


Menyakitkan, tapi Kun benar. Sudah cukup Maria berdiri diantara mereka, menjadi orang jahat hanya karena Maria memiliki perasaan khusus pada keduanya, terlebih Taeyong.

Ia merasakan cinta dan kasih sayang yang indah dengan Monster Merah ini. Indah tapi menyakitkan dan Ten lah yang akan menyembuhkannya.


Katakan Maria serakah, menginginkan keduanya dalam doa yang selalu ia panjatkan pada Tuhan. Keduanya terlalu berharga sehingga tanpa sadar Maria malah merusak keduanya dengan ketidak pastian.

Bukan hanya Kun, Doyoung juga meminta Maria menjauhi Taeyong dan Ten, juga meminta menjauhi NCT.


“Pergi sejauh yang kau bisa, tempatmu bukan di SM. Maria kau hanya membuat hidup hyeong kami menderita. Aku, 127 akan menentang hubungan kalian.”


Maria tersenyum kecut, belum apa-apa sudah tidak direstui. Bukan tak mau berjuang, tapi perjuangan ini hanya akan membuat semua pihak sakit.

Ia beranjak turun saat tiba di halte selanjutnya. Awan mendung mengiringi langkah Maria hingga sampai di kampusnya.


Beberapa jam Maria habiskan di kampus dengan mengurus dokumen hingga selesai, ia akan mulai berkuliah minggu depan.

Semua sudah siap, dokumennya lengkap. Sesuai rencananya, Maria akan ke toko buku untuk membeli beberapa buku penunjang studinya.


Namun langkahnya terhenti saat melihat tubuh tegap Lee Taeyong di depan pintu gerbang kampusnya.

Lelaki ini nekat sekali, sinting. Kalau ada yang melihatnya begini pasti akan heboh, tidak tahukan dia setiap saat diikuti okeh fans?


“Ya! Kau gila.” Maria menyeret Taeyong untuk menjauh dari keramaian.


“Aku rindu. Ayo kencan denganku.”


Maria menatap lekat kearah Taeyong, wajahnya tak sedang bercanda. Ia mengajak Maria untuk kencan, entah apa maksud dari kencan yang ia lontarkan barusan. Maria pun sangsi apa Taeyong mengerti arti kencan itu sendiri apa tidak?


“Tae…”


“Ayo kita berpacaran. Perasaan kita sama, tak perlu lagi menjadi orang lain.”


Maria tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan Taeyong. Benar, perasaan mereka sama. Tapi Maria melihat tembok pembatas yang cukup besar diantara mereka.

Rintik hujan mulai turun bergerombol membasahi kedua insan ini.


“Ayo….” Matanya tak berpaling dari Taeyong.






































“Kita jangan bertemu lagi.”

——&&——


Akhirnya selesaaaaai. Ceritanya semakin aneh, jadi di end lebih cepet. Belum tau mau dilanjut apa engga, tergantung readersnya aja.

Makasih udah baca Baby Don't (like it) Stop sampai di akhir. Saya selaku writer mohon maaf kalau banyak salah dalam penulisan ataupun penjabaran karakter.

Ini semua murni hasil pemikiran saya,imajinasi saya yang aneh wkwkwk...

See you on next story!!

— Chaaa
















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby Don't (like it) Stop || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang