15. WE EYE TO EYE

160 17 1
                                    

Dua minggu sejak kedatangan Ten ke Indonesia, suasana hati Maria memburuk. Dua hari ia sakit yang tak jelas sakit apa karena gejalanya berubah-ubah.

Dokter bilang hanya kelelahan dan banyak pikiran saja, tapi kenyataannya tidak begitu. Mungkin iya Maria sedang banyak pikiran, memikirkan si rambut merah Lee Taeyong.

“Sudah mau tiga minggu kau begini terus, pekerjaanmu juga berantakan, Maria.” Caca bersungut.

“Dua minggu, Ca. belum tiga minggu.”

“Kemarin kau marah saat Ten datang kesini, tapi lihat sekarang? Kau malah merindukan lelaki itu. Untung aku sudah sempat meminta foto bersamanya.”

Bukan, bukan Ten yang dirindukan Maria, namun si Leader NCT yang sudah membuat hatinya berantakan.

Maria bertopang dagu di meja kasir, café sedang sepi jadi kedua sahabat ini bisa sedikit bersantai dari kegiatan melayani pelanggan.

Benar adanya setelah itu Maria langsung mengantar Ten ke bandara dengan penerbangan sore hari, 5 jam menemani Ten di bandara yang terus mengomel karena datang terlalu pagi. Maria yang sudah lelah hanya bisa terdiam dan terkantuk sesekali.

“Maria… aku mencintaimu.”

Itu yang Ten ucapkan sebelum meninggalkan dirinya masuk, disertai kecupan manis di bibir. Perpisahan yang entah kenapa Maria merasa banyak menyakiti Ten.

“Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan Ten? Aku curiga saat kau di Korea sana, kau banyak main dengan mereka. Kau kan bilang kalau disana menjadi asisten manager NCT. Pasti enak kan? Lalu kau jatuh cinta pada Ten, sampai-sampai pria Thailand itu mengejarmu kesini.”

Demi Lee Sooman, ucapan Caca hanya semakin membuat Maria sakit kepala. Spekulasinya tidak ada yang benar, dia hanya melihat kejadian kemarin saja tanpa tahu cerita sebenarnya. Lagi pula Maria juga enggan bercerita pada siapapun.

“Dasar netizen.”  Maria mendengus.

Gadis itu keluar dari meja pesanan sambil menggulung rambutnya ke atas, berkeliling ke lantai dua tempat dimana merchandise dan Korean stuff dijual disana.

Ada album, fan, sticker, boneka dan banyak lagi. Caca yang memiliki banyak relasi di Korea sangat membantu usaha ini.

Hingga akhirnya Maria berhenti di depan poster NCT 2018 di corner C. melihat sosok angkuh Lee Taeyong yang berada di bagian depan, rasa rindunya semakin menjadi.

“Jangan kau marahi lagi Taeyongnya, nanti di Korea dia bersin-bersin.” Caca terbahak dengan candaannya sendiri, namun tidak berlaku untuk Maria.

Kalau saja Maria tidak terlalu dalam menikmati segala sesuatu tentang Ten dan Taeyong mungkin ia takkan tersiksa seperti ini. Jika saja ia bisa lebih professional kala itu, hati Maria takkan sesakit ini.

Taeyong sering menyusup ke kamar Maria tengah malam hanya untuk mendengar Maria marah dan kesal menghadapi Taeyong yang selalu seenaknya. Atau mengajak Maria makan ramen cup atau bahkan minta dibuatkan kimbap.

Sedangkan Ten memberinya rasa nyaman yang luar biasa. Dia yang selalu menangkan Maria saat Taeyong membuat emosinya meluap, ia tak segan meminjamkan bahu dan dadanya agar Maria bisa menangis.

Kenapa harus oleh 2 lelaki ini yang sudah jelas tak bisa Maria raih? Sesakit ini hati Maria. Tuhan membuat Maria menjadi serakah. Ia masih berkaca, Maria bukanlah orang hebat, hanya gadis biasa yang fasih berbahasa Korea dan diizinkan untuk mengecap indahnya bersama Ten dan Taeyong.

“Tuhan, jauhkan aku dari keduanya.”

“Mariaaaaaa, dicari Nancy.”

———

“Bisa tidak? Aku sudah booking dengan Caca, dia oke. Tapi minta kau follow up juga.”

Ini Caca kenapa coba? Padahal Nancy sudah booking tempat untuk project ulang tahun Mark NCT pada Caca, tapi kenapa minta persetujuan Maria juga, padahal yang punya café itu dia. Maria melihat kembali proposal dari Nancy, dia ini master-nim fansite Mark di Indonesia. Untung bukan Taeyong. Kok Taeyong lagi?

“Ya sudah, untuk booking tempat sama snacknya oke. Nanti tim dari sini yang dekor, asal ada yang ikut mengawasi dari pihak fansite. Acara tanggal 4, jam 2 sampai selesai. Nan, kau tak sekalian saja undang Mark nya kesini? Pasti ramai.” Canda Maria.

“Inginnya begitu, Mari. Tapi mahal, lagi pula kan mana mau mendadak, jadwal dia bisa berantakan. Kita bikin video saja nanti di kirim ke SM. Kau ikut juga yaaa, ajak staff lain. Rencananya kita mau membuat project Baby Lion for Mark. Kita mau adopsi bayi singa atas nama Mark NCT.”

Maria jadi tersenyum, mereka sebagai fans sungguh loyal dan total. Mark pasti senang jika tahu dirinya punya baby lion. Lalu akan mengklaim kalau anak singa itu adalah adiknya, pasti lucu. Kalau untuk Ten mungkin akan mengadopsi bayi gajah yang akan diberi nama Chittapsssttt. Itu pikiran Maria.

Kalau Taeyong? Bayi macan mungkin.

“Down paymentnya aku titip kau saja yaaa.” Nancy memberikan sebuah amplop berwarna coklat.

Maria menerimanya dan disana ada tertera nominal dari uang di dalam, sebagai penerima sudah seharusnya ia menghitung jumlahnya, agar tidak ada kesalahpahaman dan juga kecurangan dengan klien.

“Oke, semua selesai. Lusa aku kesini lagi.” Nancy bangkit dan pamit dan diantar oleh Maria yang sudah membawa semua berkas-berkas tadi.

Café kembali sepi, Caca sedang ada di gudang mengecek persediaan bahan-bahan untuk di café dan Maria berjaga seorang diri. Ia sibuk memainkan ponselnya di balik mesin kasir. Hanya ada 5 orang pelanggan yang tengah asyik tertawa.

“Excuse me. Ice Americano, please.”

“Oh, wait. How much?”

“One.”

“Wait a minute.”

“Your name?” Maria mulai memasukan pesanan dalam computer untuk mencetak bilnya.

“Lee Taeyong. Naneun neoreul gidarilsseulgeoya.”
(Lee Taeyong. Dan aku akan menunggumu)

“…………………….”

Baby Don't (like it) Stop || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang