“Maria, aku minta maaf.”
“Maria.”
“Maria Kim!” ku lihat ia menghentikan langkahnya.
“Apa?!” lihatlah dia manis jika sedang mendelik seperti itu.
Ini sudah jam 11 malam, tim baru saja tiba di dorm setelah perjalanan panjang dari Thailand. Maria teris mendiamkanku setelah aku menggigit bibirnya.
Memang terlihat ada bengkak di bagian sudut kanan bibirnya, itu perbuatanku. Salahkan Maria yang tak mau membuka bibir, salahkan Maria yang menolak ciuman dariku, salahkan Maria yang keras kepala. Ya, Maria yang salah. Aku tidak.
Ku ikuti langkahnya hingga masuk ke dalam dorm, dorm 127 tentu saja. Ia hendak membereskan barangku di ruang wardrobe. Entah Maria yang sibuk atau dia sok sibuk karena menghindariku, yang jelas aku tulus meminta maaf.
“Mariaaaaaa~” oke aku merajuk.
“Lee Taeyong, aish cham…. Lepas, jangan begini.” Maria meronta mencoba melepas pelukanku.
Ku hirup dalam-dalam aroma tubuh Maria, masih harum sabun bercampur parfum dan wangi alami tubuhnya. Nyaman.
“Lee~ hmmp Taeyong…”
Tubuh Maria menegang saat ku gigit pelan bahunya, sekarang aku tahu apa yang membuat Maria lemah, bahunya. Ku kecup dan ku hisap hingga menimbulkan bercak merah keunguan. Gadis ini sungguh membuat ku lupa diri.
Ku putar tubuhnya agar menghadap padaku.
“Maria, kau cantik.”
Agak ku dorong bahunya agar menempel di dinding kaca, ruang wardrobe ini memakai dinding kaca memang, jadi aku bisa melihat pantulan tubuh kami yang sudah tak berjarak lagi.
Wajah memerah dengan bibir yang sedikit terbuka, Mariaku seksi. Aku ingin memilikinya.
“Ngmmhh…”
Tanpa pikir panjang aku kembali menguasai bibir Maria, mengujaminya dengan lumatan-lumatan panas dari bibir dan lidahku. Melesak masuk ke dalam rongga mulut Maria tanpa permisi, mengabsen seluruh penguhuni di dalamnya.
Maria hanya merintih, meloloskan erangan halusnya yang membuatku semakin hilang kendali. Cengkeraman tanganku di bahunya pindah merengkuh tubuh kurus Maria ke dalam pelukan, mengusap punggung Maria agar gadisku ini tenang.
Ciumanku beralih pada leher dara Kim ini, memaksa Maria untuk memiringkan kepalanya sementara ia mengambil banyak udara untuk memenuhi rongga paru-parunya yang mulai mengempis. Ku terbak begitu.
“Taeyong~~ sudah…”
Menyesal aku memindahkan ciuman tadi, Mari jadi punya tenaga lebih untuk menolakku. Sayangnya, aku ini Lee Taeyong, aku tak sukla penolakan.
“Tidak.”
“Taeyong-ah.”
“Baiklah.”
Sialnya, yang di bawah sana sudah sesak. Tapi aku harus melepaskan Maria sebelum yang lain curiga. Dan…. Maria pergi, keluar dari dorm meninggalkan keteganganku.
03.15 PM (AUTHOR POV)
“Astaga! Sedang apa kau?”
Hampir saja Maria menjerit keras karena menemukan seseorang yang merangkak naik ke atas ranjangnya. Menyibak selimut yang digunakan Maria untuk menutupi tubuhnya.
Tersangkanya terkekeh tanpa mempedulikan ocehan Maria dan sumpah serapah gadis itu. Tanpa dosa pula Lee Taeyong menyelinap masuk ke dalam kamar dorm Maria.
Tak habis pikir, bagaimana Taeyong bisa masuk ke dalam kamar Maria dan kini tidur tepat di sampingnya. Tidak benar-benar tidur, matanya masih terbuka dengan senyum bodoh tercetak di bibirnya.
“Aku akan tidur disini.”
“Heh, kau ini gila. Nanti yang lain curiga, Lee Taeyong. Tolong jangan persulit aku.” Maria memelas, ia terpaksa menyalan lampu kamarnya lagi.
“Apa selama ini aku mempersulitmu? Aku sudah minta maaf, kan?”
Tangan panjang Taeyong mulai melingkar di perut Maria, tak mengizinkan si gadis bergerak, apalagi menjauh darinya.
“Kita lanjutkan yang tadi.”
Maria mengerti arah jalan pembicaraan ini, deep voice rapper kebanggaan SM membuat sekujur tubuh Maria gemetar. Ia lekas melepas paksa tangan itu dari perutnya.
“Tidak bisa. Kita tak boleh melakukan hal seperti tadi. Pergilah ke kamarmu.”
Tapi Taeyong malah kembali memeluk Maria dan membenamkan wajahnya di tengkuk si gadis. Maria terkekeh, rasa geli menjalar sehingga tubuh Maria menegang kembali. Sama seperti milik Taeyong.
Bagaimana pun juga Taeyong lelaki biasa, ia tak bisa mengendalikan diri terlebih dengan Maria.
Seperti sekarang, sejak beberapa menit yang lalu Maria sudah ada dalam kungkungan sang leader. Taeyong tak henti-hentinya menjamah tubuh si gadis.
Mulai dari rambut, wajah, leher hingga perut Maria yang sudah terekspos akibat ulah Lee Taeyong. Keringat sudah membanjiri dahi Maria, begitu pula Taeyong, namun belum ada tanda-tanda Taeyong akan mengakhiri aksinya.
Puluhan kali Maria meminta untuk dilepaskan puluhan kali pula Taeyong akan terus menggodanya. Posisi Taeyong yang berada tepat di bawah Maria semakin menyulitkannya untuk bergerak.
Telapak tangan dingin milik sang adam kembali menjamah perut rata Maria, yang disentuh menggigit bibir bawahnya. Ia tak mungkin menjerit atau merintih geli karena mungkin akan membangunkan tetangga.
Taeyong menunduk, memposisikan kepalanya tepat di depan perut mulus Maria, mulai mengecupinya. Sedangkan tangannya menaikkan piyama si gadis.
Belum sampai atas, tangan Maria telah lebih dulu menahan pergerakan Taeyong. Kepalanya menggeleng.
"Hajima~" lirih Maria.
"Kau aman bersamaku, Maria."
"Taeyong-ah. Hajima..."
Pemuda bermarga Lee ini lantas mengecup pipi Maria dan membisikkan sesuatu padanya.
"Aku akan menyakitimu sebentar. Tapi akan ku ganti dengan rasa nikmat yang berlipat."
Setelah itu.
"AAAKKHHH.... Lee Taeyong.... Saaakiittttt."

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Don't (like it) Stop || ✔️
Romansa❝ᴀᴋᴜ ʜᴀɴʏᴀ ɪɴɢɪɴ ʙᴇᴋᴇʀᴊᴀ, ᴛᴀᴘɪ ᴀᴋᴜ ᴍᴀʟᴀʜ ᴛᴇʀᴊᴇʙᴀᴋ. ʟᴇʙɪʜ ᴛᴇᴘᴀᴛɴʏᴀ ᴅɪᴊᴇʙᴀᴋ. ᴘᴇsᴏɴᴀᴍᴜ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ɴᴀᴘᴀsᴋᴜ ʙᴇʀʜᴇɴᴛɪ. ᴋᴀᴜ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛᴋᴜ sᴇsᴀᴋ ᴅᴀɴ ᴛᴀᴋ ʙɪsᴀ ʟᴀʀɪ❞ - sʜᴇᴀ ᴀɴɴ ᴍᴀʀɪᴇ