Prolog

7.5K 189 3
                                    

Aku Risha Azalea Ismail. Harus ku akui bahwa aku memang wanita yang berbeda dari yang lainnya. Wanita lain akan berpikir seribu kali jika mereka ditawari untuk menikah muda atau mendapatkan lamaran dari seorang lelaki.

Apalagi kehidupan kaum milenial sekarang seakan menganggap sebuah perjodohan sebagai suatu hal yang tabu. Semua muda-mudi memilih melalui suatu tahap bernama pacaran.

Mereka menganggap tahap tersebut sebagai tahap persiapan sebelum memasuki suatu pernikahan. Hingga pada saat ini, hampir tidak ada pernikahan yang diawali dari perjodohan tapi hal itu tidak juga menghadirkan cinta sebagai landasan dari pernikahan, hanya sekedar nafsu belaka yang membuat mereka memilih menikah. Entah itu nafsu untuk memiliki harta, tahta, maupun wanita.

Tapi aku berbeda, aku ingin menikah... sudah sejak awal aku masuk SMA. Sejak kutahu bahwa pernikahan adalah tahapan baru yang merupakan sunnah dan penyempurna agamaku. Aku ingin mencapai tahapan itu. Namun sekali lagi ini zaman modern dan orang tuaku termasuk orang modern.

Ketika aku minta dijodohkan, aku ingat jelas bahwa ibuku berkata yang menjodohkan seseorang dengan pasangannya itu adalah Allah, dan aku yakin betul ibuku mengerti maksud dari perkataanku bukan untuk mendapat jawaban itu.

Di lain waktu ketika aku menyampaikan keinginanku pada ayahku, ayahku menyuruhku untuk membawa calon terlebih dulu baru akan dinikahkan.

Aku benar-benar berharap ada laki-laki yang tiba-tiba datang ke rumahku untuk melamarku. Nyatanya sampai detik ini pun lelaki seperti itu tidak pernah datang, yahh... memang karena aku masih baru menjadi mahasiswa, tapi aku ingin segera menemukan cintaku, merajut kehidupan bersama untuk mencapai kebahagiaan akhirat kelak.

Orang bilang seorang wanita bisa dijadikan istri menilik dari empat sebab. Pertama, kecantikan. Yang satu ini sepertinya agak sulit, walaupun setiap orang memiliki selera tersendiri tapi aku tidak pernah menjumpai satu lelaki pun yang tertarik padaku.

Kedua, harta. Jelas sekali aku tidak memiliki harta yang bisa dibanggakan, orang tuaku bukan berasal dari golongan atas, namun tentu saja aku tidak akan lupa mensyukuri rezeki yang diberikan oleh Allah hingga aku masih bisa hidup sampai saat ini dengan berkecukupan.

Ketiga, tahta. Seperti alasan sebelumnya aku bukan golongan atas. Jika dimisalkan aku bukanlah burung cucakrawa, hanya burung pipit.

Keempat, agama. Aku memang sudah menunaikan kewajiban dengan sepenuh hati karena Allah, tapi memangnya agamaku ini cukup baik hingga membuat seorang pria mau memperistriku. Masih jauh dari kata baik untuk itu masih banyak yang perlu kuperbaiki.

Jadi pilihannya hanya satu, aku akan terus berdo'a agar Allah mendatangkan lelaki yang bisa menuntunku pada kebahagiaan akhirat kelak, dan ketika hari itu datang aku akan memperjuangkannya sampai kurasa tidak ada lagi harapan.

Dan hari ini aku menemukannya, kakak itu... ketua Rohis universitasku. Ia melantunkan surat Al-Kahfi dengan begitu indahnya di kajian yang diadakan anggota Rohis hari ini. Suaranya merdu dan setiap bacaannya menyejukkan hatiku. Ya Allah inikah jawaban atas do'a ku?

Kakak tampan, yang memperkenalkan diri sebagai ketua Rohis dari jurusan kedokteran. Kakak yang melantunkan ayat suci dengan suaranya yang begitu indah. Dia yang membuat hatiku berdebar dan merasakan cinta pada pandangan pertama.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang