Epilog

3.4K 111 17
                                    

Semua anggota keluarga tengah berkumpul di ruang keluarga. Wajah semua orang terlihat bahagia, apalagi tiga buah hati Risha yang tengah menunggu kepulangan sang ayah tercinta. Anak pertama mereka bernama Ibrahim Zayyan, biasa dipanggil dengan Ibra.

Kelahiran Ibra merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi keluarga Risha dan El. Pada tahun ketiga pernikahan mereka Risha kembali mengandung dan melahirkan putra kedua mereka, yang diberi nama Irsyad Zayyan. Ibra memiliki perawakan dan watak yang persis seperti El, ia cenderung lebih tenang jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Risha sempat mengira Ibra mengalami masalah ketika masih berusia tiga bulan seharian penuh begitu tenang. El sendiri hanya bisa tertawa ketika istrinya itu mengadu tentang betapa takutnya ia saat Ibra tidak menangis seharian. Mama El tidak heran jika ia memiliki cucu yang sifatnya sama persis dengan putranya, ialah yang menenangkan Risha saat wanita itu khawatir dengan kondisi anaknya.

Lucunya Irsyad tak jauh berbeda dengan kakaknya, ia sama tenangnya namun wajahnya tak seperti Ibra yang persis dengan El, Irsyad manis dan lebih mirip Risha. Menurut Risha dua buah hatinya itu tidak seperti anak pada umumnya, yang membuat Risha sedikit lega adalah keaktivan mereka. Ibra dan Irsyad tidak banyak berteriak atau berbicara tapi mereka suka sekali berjalan, jika dibiarkan mereka bisa mengelilingi satu komplek dalam sehari. Ibra sangat suka memainkan permainan-permainan yang mengasah kemampuan otak, ia akan mengamati permainan catur kakeknya dan tak jarang menggantikan permainan abinya.

Irsyad akan mengikuti kakaknya setiap ada kesempatan, mereka berdua terkadang hanya saling pandang dan sudah bisa mengerti pemikiran masing-masing. Risha sering bingung dengan komunikasi yang dilakukan dua anaknya itu, tapi jika diamati lama-lama akan menjadi lucu. Apalagi ketika tanpa sepatah kata mereka berdua tiba-tiba saling mengangguk.

Setelah Irsyad berusia tiga tahun, anak ketiga mereka lahir. El luar biasa bahagia saat tahu istrinya mengandung bayi perempuan, sayangnya ia tidak bisa menemani Risha melahirkan karena prosesnya bertabrakan dengan jadwal operasinya. Alhasil Risha harus menghibur El yang sempat sedih selama beberapa hari. El menamai putri mereka Izdirah yang artinya mekar.

Izdi berwajah bulat milik Risha dengan nuansa ketimuran El, jika dilihat sekilas Izdi akan lebih mirip dengan Ibra dibandingkan Irsyad. Lain dengan kedua kakaknya, Izdi lebih sering berbicara. Ibra dan Irsyad lebih sering berdiam di rumah setelah Izdi lahir, mereka tak lagi mengajak bermain di taman atau jalan-jalan. Sekarang dibandingkan berjalan mereka lebih sering mengamati Izdi dan menemaninya bermain.

Risha senang memiliki anak-anak yang penurut seperti mereka, walaupun dulu ia sempat khawatir dengan kepasifan anak-anaknya. Risha tak lagi khawatir setelah melihat anak-anaknya dapat bermain bersama anak lain ketika di tempat umum, nyatanya walau pendiam Ibra dan Irsyad tetap bisa bersosialisasi dengan baik.

Sekarang El dan Risha sudah menikah selama tujuh tahun, selama itu banyak hal yang datang dan banyak pula yang pergi. Sebulan yang lalu El pergi menghadiri seminar di Belanda, hari ini ia akan pulang setelah satu bulan penuh di negeri kincir angin itu. Lusa merupakan hari pernikahan salah satu sepupu El, jadi banyak anggota keluarga yang sedang berkumpul di rumah mereka.

"Kenapa buru-buru Ris?" tanya Zizah. Risha berhenti sebentar sebelum menaiki tangga, "Mau manggil Ibra kak." Zizah mengangguk paham. Risha melanjutkan langkahnya menuju ruang baca tempat putra sulungnya biasa berada. "Emangnya Ibra lagi ngapain kak?" tanya salah seorang sepupu El.

Zizah terkekeh, "Ibra semenjak bisa baca huruf dia selalu ke ruang baca." Saudara yang berkumpul di sana hanya ber-eh bersama. "Aku ke sana isinya buku-buku tebel semua," ucap salah satu saudara dari papa El.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang