8

1.3K 75 1
                                    

29 Oktober, Kobe

Tring... Tring.... Gemrincing bel tanda dari sebuah pintu yang terbuka berbunyi. Kaki lelaki itu mulai melangkah perlahan. Mata tajamnya mengamati berbagai jenis bunga yang ada di sekitarnya. Dan pikirannya mulai bekerja untuk memilah-milah bunga apa yang akan dia beli.

Pandangannya berhenti pada sebuah bunga yang ditanam dalam pot. Bunga itu berdaun lebat dan memiliki banyak cabang. Sedangkan bunganya bergerombol dan berwarna merah muda. Cantik... seperti bunga sakura.

Penjaga toko menghampirinya dan bertanya dalam bahasa jepang, lelaki itu menjawabnya dalam bahasa yang sama.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya penjaga toko.

"Saya mencari bunga." Matanya masih saja menatap bunga yang sedari tadi sedang dia amati.

"Itu bunga Azalea. Cantik bukan?"

El tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Azalea, ya dia Azalea memang cantik.

"Ini memang banyak menarik perhatian pelanggan, tapi saya tidak menjualnya. Bunga ini tetap tumbuh walau pun sedang musim gugur, tak banyak yang bisa seperti itu. Beberapa jenis Azalea yang lain belum tentu juga bisa berbunga saat musim gugur. Yang satu ini benar-benar tangguh," tutur penjaga toko itu.

Jantungnya berdebar, El langsung saja mengingat bagaimana tangguhnya wanita itu. Dia hampir lupa apa yang menjadi tujuan utamanya datang ke toko ini. El sadar setelah penjaga toko kembali menanyakan apa yang dia inginkan.

"Anda ingin mencari bunga seperti apa?"

"Ah ya, saya ingin buket bunga mawar biru."

"Baik, silahkan kemari." El mengikuti arah kemana penjaga toko menuntunnya, ke tempat berbagai jenis bunga potong diletakkan. Mamanya sangat menyukai mawar biru, katanya mawar biru sangat menyejukkan saat dilihat.

"Ini buket bunganya, harganya 1500 yen."

"Baik," El memberikan uang 2000 yen, penjaga toko itu menerimanya dengan senyuman yang sedari tadi tak hilang dari wajahnya.

"Ini kembaliannya. Oh iya, ada sesuatu untuk anda."

Penjaga toko itu memberinya sebuah pembatas buku berwarna coklat dengan bunga kering terhias disana. Tertulis 'Patience & Sincerity' di bawah hiasan bunga kering itu.

"Ini?"

"Itu bunga Azalea kering. Dan yang tertulis di sana adalah bahasa bunga dari bunga Azalea."

Kesabaran dan ketulusan

--@@--

Sekarang Risha bingung bukan karena tugasnya belum selesai, dia bingung mau kemana dia sekarang. Tidak ada pemandu wisata yang menemaninya, bahasa jepangnya juga tidak terlalu baik. Apa dia harus pulang sekarang? Tapi tujuannya menyelesaikan tugas secepatnya agar sisa harinya di sini bisa dia gunakan untuk jalan-jalan. Apa dia nekat saja?

Akhirnya Risha memutuskan untuk jalan-jalan sendiri di negeri orang. Pertama dia akan berkunjung ke masjid terbesar di Kobe. Mungkin dia juga akan mencoba melihat-lihat pasar tradisional dan department store, siapa tahu ada oleh-oleh yang bisa dia bawa pulang.

Setelah sampai di lokasi yang dia tuju, Risha langsung mengeluarkan kamera digital yang dia bawa untuk memotret pemandangan masjid Kobedan sekitarnya. Suasananya jelas tak seindah saat musim semi tiba, namun dia tetap bersyukur akhirnya Allah membawanya ke negri ini.

Dia ingat dulu pernah membaca literatur tentang masjid indah ini. Masjid tertua di Jepang ini dibangun sejak 1928 dan diresmikan sejak tahun 1932. Dengan ridha Allah masjid ini tetap berdiri, meskipun terjadi serangan udara besar-besaran yang hampir meratakan seluruh Kobe saat terjadinya perang dunia II tahun 1945. Begitu hebat Mahasuci Allah, Dia-lah Dzat yang menciptakan langit dan bumi, Dia yang memelihara apa yang ada di dalamnya, Dia pula yang kelak akan memusnahkan dunia dan seisinya.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang