30

1.8K 90 10
                                    

13 Maret, Jakarta

Risha menatap kosong ke arah test pack yang sebelumnya akan ia perlihatkan pada El. Bagaimana suaminya itu bisa menuduhnya seperti itu? Memangnya ada apa dengan wanita sepertinya? Ia hanya mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang ia cintai, ia tidak pernah melakukan perbuatan tercela apalagi zina. Hanya karena ia tidak malu mengungkapkan perasaannya, El memberinya cap sebagai wanita tidak baik.

Tidak tahukah lelaki itu bahwa ia melakukannya karena perasaan yang ia rasakan begitu besar. Begitu besar hingga Risha tak yakin ia bisa merasakannya pada lelaki lain, ia hanya ingin mengungkapkannya, melepaskannya. Tapi nyatanya perasaan itu tidak bisa lepas dari dirinya, bahkan ketika leaki itu menolaknya. ia akui ia berharap cintanya akan berbalas, sangat berharap.

Tapi tidak semua hal berjalan seperti yang diharapkan dan itulah yang terjadi padanya. Mungkin ia memang salah, ia berasumsi bahwa yang ia lakukan adalah sebagian dari ikhtiar, ikhtiar yang salah. Kenapa ia tidak mendengarkan perkataan Nira waktu itu? sekarang ia diliputi penyesalan, padahal menyesal berarti tidak menyukuri jalan yang telah diberikan Allah.

Ia membuka laci nakas untuk meletakkan dua buah test pack itu, setelah ini ia akan menghampiri El dan meluruskan semuanya. Ada kotak beludru di dalam nakas, sesuatu yang tidak pernah Risha lihat sebelumnya. Karena penasaran ia membuka kotak itu. Di sana ada cincin dengan warna serupa cincin milik El, tetapi dengan tambahan mutiara di atasnya. Jantung Risha berdetup kencang dan tak beraturan.

Cincin siapa ini? Cincin ini memiliki model yang sama dengan yang selalu dipakai suaminya. Cincin seorang wanita, tapi bukan miliknya. Jika El berniat memberikannya padanya, pasti lelaki itu sudah melakukannya sejak dulu. Risha dan El tidak memiliki cincin nikah seperti pengantin lain, ia hanya memakai cincin emas yang diberikan sebagai mahar saat pernikahan. Tapi cincin ini jelas sekali cincin pasangan.

Badan Risha lemas, badannya merosot di lantai kamar yang tiba-tiba mnjadi terasa sangat dingin. Badannya menggigil ngeri, pikiran tentang suaminya memiliki wanita lain yang ingin dinikahi membuatnya ngeri. Suaminya ingin menikah, tapi bukan dengannya. Air mata yang sedari tadi ia tahan tumpah begitu saja. Rasanya begitu sakit, dadanya sesak menahan berbagai pemikiran tentang pernikahannya. Ia terlalu memaksa, memaksa seseorag yang tidak mencintainya untuk mencintainya.

Ia menutup kotak itu dengan keras, tangannya terangkat untuk melemparkan kotak beludru yang dia genggam tapi ia berhenti. Kenapa ia akan melempar cincin ini? Apa itu akan merubah sesuatu? Tidak! Pada siapa ia marah, sedangkan satu-satunya orang yang salah di sini adalah dirinya. Ia berdiri dengan satu gerakan, membuat tubuhnya terhuyung.

Risha mengembalikan kotak itu di tempatnya dan bergegas naik ke atas ranjang. Ia benar-benar sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya. Risha menumpahkan semuanya, menutupi wajahnya dengan bantal agar suaranya tidak mengganggu orang lain.

--@@--

"Assalamualaikum, Halo? Ngapain telpon malem-malem?" suara seseorang dari seberang terdengar kesal.

"Waalaikumsalam. Gue..." El berhenti, ia bingung apa yang harus ia katakan. Ia sedang menelpon Ethan, tapi tidak tahu apa yang akan ia katakan. 'Jangan dekati istriku' mungkin bukan sesuatu yang tepat untuk dikatakan ketika Risha sendiri berkata bahwa ia tidak memiliki hubungan dengan Ethan.

"Oe! Cepetannn... udah malem gue mau tidur!" seru Ethan dengan nada mengancam.

"Gue abis marah sama Risha, karena elo."

"Hah?! Apaan kok bawa-bawa gue segala?" suara Ethan benar-benar menandakan bahwa ia terkejut. "Gue tau soal dia yang datengin lo ke Jepang," ucap El dengan keras.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang