31

2.7K 86 6
                                    

13 Maret, Jakarta

"Maafkan aku Risha," ucap El dengan sungguh-sungguh.

"Aku, aku cemburu. Mungkin ini terdengar seperti alasan klasik setelah apa yang sudah aku lakukan padamu, tapi aku benar-benar tidak suka ketika kamu dekat dengan lelaki lain. Aku cemburu pada Ethan, aku mengambil kesimpulan yang salah dan berakhir menyakitimu."

Risha mengerjap, ia mendongakkan kepalanya untuk melihat suaminya itu. El tidak terlihat berbohong, suaminya benar-benar cemburu. "Lalu kenapa kak El nggak bilang aja!"

El tersenyum penuh penyesalan, ia merenggangkan pelukannya agar bisa menatap wajah istrinya itu. "Aku terlalu bodoh, Ethan bilang aku dungu. Aku menolak mengakui perasaanku sendiri, untuk itu aku minta maaf. Karena diriku yang keras kepala ini kamu tersakiti."

Risha tersenyum, tetapi senyum itu luntur beberapa saat kemudian setelah ia teringat dengan cincin yang ada di laci. Seorang suami harus punya rasa cemburu bukan? Walaupun ia tidak mencintai istrinya. El tersenyum kecut melihat Risha yang masih terdiam, perlakuannya memang terlalu buruk. Pasti sulit bagi Risha untuk memaafkannya. El menggenggam tangan istrinya itu.

"Satu hal lagi Ris... aku tidak menyadari ini sebelumnya. Tapi aku sadar sekarang, saat semuanya sudah terlambat, saat aku sudah menyakitimu. Aku mencintaimu istriku."

Pengakuan El membuat Risha terkejut, sekali lagi ia teringat tentang cincin itu. Ia mengalihkan pandangan pada tangan besar suaminya yang sedang menggenggam tangannya, di situ melingkar cincin sewarna dengan yang ditemukannya tadi. "Bohong, kak El bohong! Aku tau kak El ingin menikahi wanita lain!"

El mengerutkan dahinya, "Siapa yang kamu maksud?" Risha menyentakkan tangannya. "Yang pasti bukan wanita sepertiku!"

Sekarang El tau, Risha tersakiti dengan perkataannya itu. Ia bahkan tidak sadar mengucapkan kata sekejam itu, saat sadar apa yang ia katakan... ternyata kata-kata itu sudah keluar begitu saja.

"Maafkan aku Risha, kata-kataku pasti menyakitimu. Aku salah karena mengatakan itu, semuanya sudah aku katakan dan aku tidak bisa menariknya kembali. Tapi itu bukan berarti aku ingin menikahi wanita lain selain dirimu. Kamu yang ingin aku nikahi sejak awal. Aku mendesak Faiz untuk membatalkan pernikahannya, aku bahkan sudah mengatakan pada Mama sejak bebrapa hari sebelumnya bahwa Faiz tidak bisa menikahimu. Itu semua karena aku ingin jadi orang yang kau nikahi, aku tidak rela Faiz menikahimu," aku El.

Risha terkejut dengan pengakuan suaminya, ia tidak pernah mengira hal itu yang sebenarnya terjadi. Pantas saja keluarga El terihat begitu siap menjadikannya menantu walaupun sangat mendadak. "Ta-tapi cincin itu, cincin yang ada di laci. Itu untuk siapa?" El berpikir sebentar sebelum menyadari cincin mana yang dimaksud istrinya.

"Ah cincin itu! Aku benar-benar lupa, cincin itu untukmu." Risha terlihat menahan air matanya yang mulai jatuh lagi, tidak pernah menyangka hari dimana El membalas perasaannya akan datang. Ia ingin sekali untuk percaya, tapi bagaimana ia percaya jika rasanya semuai ini masih terkesan tidak mungkin.

"Lalu kenapa nggak kak El kasih ke aku?" pertanyaan itu membuat telinga El memerah. "Itu... sebenarnya mau aku kasih waktu di Raja Ampat, tapi waktu itu aku, gimana yaa... intinya aku salah karena sudah menyakitimu!"

Risha menatap El curiga, ia bisa melihat wajah malu suaminya yang terlihat lucu. "Kalau kamu tidak percaya, lihat ini." El melepaskan cincin yang ada di jari manisnya. Risha mengamati cincin yang diberikan suaminya itu. Cincin itu polos tapi bagian dalamnya terdapat sebuah nama, dan itu namanya.

Risha tidak bisa lagi menahan tangisnya, ia kembai menangis namun dengan alasan yang berbeda, ia bahagia. "Kak El ini..." Risha sudah tidak mampu lagi berkata-kata, ia memeluk tubuh suaminya.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang