3

1.8K 90 0
                                    

19 Oktober, Jakarta

Menunggu lama membuatnya lelah. Risha benar-benar kesal dengan suasana sekarang. Sudah satu minggu tapi clientnya yang bernama Salsa itu belum membalas pesan yang dia kirim, juga belum menghubunginya lagi setelah pertemuan mereka hampir dua minggu yang lalu. Sebenarnya penerbit manasih yang menerbitkan buku clientnya itu, kenapa bukan mereka yang menangani malah penulisnya yang terjun langsung.

Apa sekarang aku dibohongi? Ditipu? Atau Salsa... meninggal?, batin Risha mulai mekirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. Dia kemudian menggelengkan kepalanya, membuat teman-teman sekantornya keheranan melihat tingkah lakunya yang lebih aneh dari biasanya.

Astaghfirullahal'adzhiim... kenapa aku bisa berpikiran buruk seperti itu. Risha kembali menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan semua pikiran negatif yang bersarang disana. Hal itu malah menambah dua kali lipat keheranan rekan kerjanya.

Daripada terus berpikir buruk akhirnya Risha memilih untuk melanjutkan membuat ilustrasi untuk buku anak-anak. Dia mengetuk-ngetukan sepatunya yang ada di bawah meja kerja, efek dari kesenangan menggambar ilustrasi untuk buku anak-anak itu.

Risha sudah menyelesaikan dua ilustrasi untuk dua halaman di buku anak-anak. Dia menarik tangannya ke atas untuk merenggangkan otot tangan dan punggungnya yang sudah mulai pegal karena terlalu lama menunduk. Matanya mencari-cari jam dinding kantor, ternyata sudah hampir makan siang pantas saja perutnya mulai merasa lapar.

Getaran disakunya membuatnya segera mengambil alat berbentuk persegi panjang itu. Melihat apakah ada pesan masuk disana. Dan mendadak dia berdiri dari tempatnya duduk, menimbulkan suara karena kursinya terdorong kebelakang dan menghantam tembok di belakangnya.

"YES!" pekik Risha diikuti dengan gerakkan tangannya meninju udara. Dan untuk kesekian kalinya teman sekantornya hanya mengernyit heran sambil menatapnya. Dia sudah tidak peduli dengan tatapan heran itu. Yang dia pedulikan sekarang hanya meraih tasnya dan segera berlari keluar kantor menuju salah satu kafe di wilayah Jakarta Pusat.

--@@--

Risha sedang senang tapi kesenangannya luntur setelah harus menunggu hingga hampir dua puluh menit di kafe. Sebelumnya Salsa mengirim pesan bahwa ia sangat suka dengan design baru yang sudah dikirim Risha seminggu yang lalu dan meminta untuk bertemu di kafe ini untuk berterimakasih pada Risha. Hanya berterimakasih karena uang gajinya akan dikirim pada rekening kantor.

Lalu untuk apa Risha senang? Tentu saja karena dia berhasil menaklukan manusia bawel seperti Salsa. Dan sekarang apa manusia itu tidak juga muncul dihadapannya, pesan yang dia kirim untuk menanyakan keberadaan wanita itu bahkan belum dibaca. Orang aneh, pikir Risha mengabaikan fakta bahwa dia juga salah satu orang aneh didunia.

Dia meminum lemon tea yang dipesannya, bahkan lemon teanya sudah tinggal setengah. Getaran di ponselnya membuat Risha mengalihkan perhatian pada benda dihadapannya itu. Satu pesan dari Salsa yang mengatakan kalu dia tidak bisa datang karena ada urusan mendadak, berhasil membuat Risha menggeram kesal.

"Hai Risha!"

Risha dengan cepat mendongakkan kepalanya, dia kaget ketika ternyata orang yang memanggilnya berada tepat dihadapannya. Orang itu Faiz, berdiri dihadapan Risha dengan senyum yang memamerkan gigi putihnya yang berjajar rapi. Dengan cepat Risha membalas senyum itu.

"Hei mas. Nggak nyangka bakal ketemu Mas Faiz hari ini."

"Iya juga ya... aku baru kali ini sih dateng ke ksfe ini. Boleh duduk disini?" tanya Faiz sambil menunjuk kursi dihadapan Risha.

"Bolehlah, bukan punyaku juga."

"Ahaha... kamu emang selalu lucu gini ya. Kayak yang dibilang sama Ega." Faiz menarik kursi di depannya dan mendudukinya.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang