Delapan

4.2K 894 133
                                    

"Hiks.. Hiks.. Kumohon lepaskan aku.. Hiks.."

"Berhentilah menangis... Aku akan membawamu ke kapalku dulu baru aku melepasmu.."

"Hikss... Tidak mauu... Mau pergi ajaaa... Huks... Huks.. Lepasin..."

"Huh.. Merepotkan sekali, sih? Berisik tahu! Kau tidak lihat aku sedang apa?!"

"Kamu sedang apa? Hiks.."

Jeno menghela napasnya kasar. Ia baru tahu kalau makhluk tangkapannya ini tidak mengerti apapun tentang Manusia. Di satu sisi ia benar-benar kesal, tapi di sisi yang lain, ia merasa kasihan dan bersalah.

"Aku sedang berburu. Kau tahu berburu?"

"Hiks.. T-tahu.. Apa kau.. hiks.. Mau memakan hewan buruanmu?"

"Tidak. Tapi aku memburunya untuk kujadikan karpet dan minyak."

"Karpet?"

"Karpet itu alas yang membuat kakimu hangat dan tidak bersentuhan langsung dengan lantai."

"Huh? Apa maksudmu?"

"Nanti kujelaskan.. Diam dulu, ya."

"Ung."

Renjun sudah tidak menangis lagi sekarang. Airmata dan suaranya sudah mulai habis. Ia hanya berusaha menahan sakit di ekornya. Bagaimana dengan Mark? Oh, Renjun menceburkannya kembali ke air. Tapi Mark tidak kabur dan menunggui Renjun di samping sekoci Jeno.

Jeno memicingkan matanya. Ia menemukan target keduanya. Ia harap kali ini benar-benar seekor anjing laut. Ketika posisi yang dirasanya pas untuk menembakkan tombaknya, ia mengambil ancang-ancang, lalu...

Zep.




Kali ini bidikannya lebih baik. Tombaknya mengenai punggung anjing laut itu dengan pas. Jeno langsung menariknya dengan lebih mudah.

Darah anjing laut itu semakin mengotori laut itu dan membentuk sebuah jejak.

Ketika sudah sampai di dekat sekoci, alangkah terkejutnya Renjun ketika ia melihat anjing laut itu adalah anjing laut yang tadi ia ajak bicara dan meninggalkannya.

"Selamat-kan di-rimu, Pang-eran..."

"Tapi aku tidak bisa, Tuan.."

"Se-la-matkan di-rimu...."

Anjing laut itu memuntahkan darah dari mulutnya dan mati saat itu juga. Jeno mengangkat anjing laut itu ke dalam sekocinya lalu mencabut tombaknya yang tertusuk di punggungnya.

"Nah, ayo kita ke kapal. Aku tidak jadi berburu paus."

"T-tapi.. Aku bagaimana?"

"Kan aku sudah bilang, ikut aku ke kapal, aku mau mengobati ekormu dan kau harus ikut denganku, siapa tahu sewaktu-waktu aku perlu menagih permintaanku.."

"T-tapi kan.. Kau bisa minta sekarang.. Kau bisa minta emas, minta berlian, apapun itu.. Bisa sekarang.."

"Kalau kau diam? Bisa tidak? Terima saja keputusanku."

Renjun mendengus kesal. Seumur hidupnya, ia tidak pernah bertemu makhluk semenyebalkan Manusia satu ini.

"Hmph! Baiklah.. Baiklah.."

Jeno akhirnya memutuskan untuk mendayung sekocinya menjauh. Ia mendayung sekocinya mendekat ke kapal induk. Tak butuh waktu yang terlalu lama, ia akhirnya sampai tepat di samping kapalnya.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang