"Wleee! Luhan hyung tidak boleh pergi!! Ne, Renjunie??"
"Ne!!"
Seekor duyung kecil berenang dengan riang bersama kakak-kakaknya.
"Aigooo~ tolong kembalikan kalungkuuu~~"
"Tidak mau! Nanti kalau dikembalikan, hyung akan pergi ke pantai, lalu berduaan lagi dengan makhluk ituuu." Si duyung paling muda mengerucutkan bibirnya.
"Benar!"
"Ahahahahaha!! Luhan hyung ketawan niiih..."
"Diam kau, Jeonghan! Kenapa kau jadi ikut-ikutan bocah ini sih?!"
"Ahahahahahaha!!"
"Luhan." Sebuah suara intimidatif menganggu mereka.
"A-ayah.."
"Apa yang kau lakukan di pantai?"
"A-aku.."
"Kau menyalahgunakan pengalamanmu selama menjadi ceasg ya?"
"Bukan begitu, ayah..."
Neptunus mengarahkan trisulanya kepada seekor duyung. Trisulanya berkilat, lalu menembakkan cahaya merah ke arah dahi kakak duyung tertua itu.
"Aaakh!" Duyung itu terjatuh tak sadarkan diri.
"Luhan hyung!!!"
"Jeonghan, Haechan, Renjun. Ayah harap kalian tidak akan melakukan kesalahan Luhan nanti saat kalian menjadi ceasg. Terutama kau, Jeonghan. Dua minggu lagi ulangtahun ke duapuluhmu. Camkan ucapan ayah." Neptunus meninggalkan tempat itu, membiarkan ketiga duyung yang lebih muda mengerumuni kakaknya, yang memorinya baru saja dihapuskan.
•••••
Jari-jemari lentik itu menyusur di benda cokelat keras yang melapuk dan berlumut itu. Matanya mengedar ke sekeliling, penuh kekaguman.
"Waaah~~ tempat yang luarbiasa.."
Ia menghampiri sebuah lukisan yang tergantung di dinding kapal itu.
"Apa ini?? Keren sekali..." Tangannya mengusap kanvas yang mulai berwarna agak kekuningan, ditutupi alga.
Gedubrak!
Praaang!!Tangannya berhenti mengusap lukisan itu. Takut? Tentu saja, apalagi pada hantu. Apa kalian pikir di dalam laut tidak ada hantu? Aah.. Kalian salah besar. Buktinya, duyung itu pernah melihat seekor duyung transparan tanpa ekor menghantui kamar tidur sipir penjara.
"H-halo?"
"Tolong..."
Kuduknya meremang. Suara itu begitu lirih.
"Toloong.. Sesak sekali disini.."
Rasa keduyungannya muncul. Ia segera mencari sumber suara itu. Tak berapa lama, ia melihat sebuah meja rias dengan cermin bundar besar yang terpecah. Ia melihat ada benda kecil bergerak-gerak di antara laci di sana.
"Aaah.. Tolong aku.." Benda itu bergerak-gerak kecil, seperti ekor.
Duyung itu menarik lacinya.
Kriit
Kriit"M-macet.." Duyung itu mulai menarik sekuat tenaga.
"Hiyaaaahh..."
Braak!!
"Uwaaaaa!!!"
Laci itu terlempar ke belakang duyung itu, beserta makhluk kecil lainnya, yang berputar-putar saking kuatnya lemparan itu. Jangan lupakan tubuhnya yang mengembung menjadi bola berduri.
"Ah astaga maafkan aku!"
"Woah woah woah... Huff..." Tubuh ikan itu mulai kembali ke posisi semula. "Kenapa meminta maaf? Itu bukan salahmu.."
"Aah.."
"Terimakasih, cantik.. Siapa namamu?"
"Yak, buntal sialan! Aku tidak cantik dan namaku Renjun!" Si cantik merengut.
"Hahaha.. Senang bertemu denganmu, Renjun.."
"Siapa namamu?"
Ikan itu terdiam sejenak. "Namaku.. Eum.. Mark! Ya, namaku Mark."
"Hai Mark, bolehkah kita menjadi teman?"
"H-hah? Secepat itu?"
"Aku merasa kita cocok."
"Baiklah.. Kuharap kau mau memanggilku hyung, karena kurasa aku lebih tua darimu."
Kedua teman baru itu mulai beranjak pergi dari kapal karam itu. Mereka berbincang topik-topik ringan, seperti migrasi, koral, ikan, dan lain-lain.
Si duyung terus berenang dengan si buntal yang mengikuti di belakang. "Ren, kalau aku boleh tahu.. Dari mana asalmu?"
"Neptunia."
"N-neptunia??" Si ikan terlihat terkejut.
"Ya. Kalau hyung mau tahu.. Aku adalah pangeran keempat dari kerajaan itu."
Si ikan terdiam sejenak. Sibuk dengan pemikirannya. Ia sempat tertinggal beberapa langkah dari duyungnya. "Berarti ayahmu adalah Yang Mulia Taeyong, Neptunus sekarang, pengganti Yang Mulia Yesung dan ibumu adalah Ratu Jaehyun, benar?" Si ikan segera menyusul teman barunya.
"Waaah.. Hyung tahu banyak ya?"
"Ah, biasa saja..."
Keheningan menyelimuti mereka. Yang satu sibuk menikmati perjalanan, yang satunya sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Kita mau ke mana, Ren?"
"Ke rumahku. Tuuuh lihat, gerbangnya ada di depan sana." Duyung itu menunjuk sebuah gerbang besar kurang lebih beberapa meter di depan. Seketika si ikan menjadi gugup.
"A-ah Ren.. Sebaiknya aku kembali ke asalku saja.. Aku tidak perlu ikut ke Neptunia.." Ucapnya gugup.
"Apa?? Masa pertemanan kita sesingkat ini???"
"A-aaah... Tapi..."
Si duyung berinisiatif menarik ekor si ikan agar mengikutinya. "Sebagai seorang pangeran, aku tidak terbiasa ditolak. Permintaanku adalah perintah." Si ikan hanya pasrah ditarik.
"Ya sudahlah... Toh, tidak akan ada yang mengenaliku.."
"Apa hyung bilang?"
"Tidak tidak. Tidak ada.." Si duyung melanjutkan renangnya menuju pintu masuk kerajaan megah itu.
TBC~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Pearl
Fanfiction[NOREN AREA!! BXB AREA!!] Selamat datang di Neptunia. Sebuah peradaban yang tidak pernah dituliskan sejarah. Yaah.. memang tidak pernah dituliskan, karena tidak ada satu manusia pun yang bisa mencatat dan mengonfirmasi keberadaan peradaban itu. Alki...