Dua puluh Dua

3.3K 662 36
                                    

"Astaga Renjun!!!" Jeno terkejut bukan main melihat duyungnya tergeletak tidak berdaya dengan darah berceceran di sekitarnya.

Ia–dengan langkah sempoyongannya–keluar dari kamar mandi itu, mengambil lap bersih, membasahinya dengan air bersih, membawanya ke kamar mandi lalu mengusap luka di dada kiri Renjun dengan perlahan.

"Euuunngghh.."

"Ssst.. Maafkan aku.."

Jeno duduk di lantai kamar mandi itu sambil bersender di dindingnya, tanpa memedulikan lantainya yang basah, sesudah meletakkan lap tadi asal. Ia menarik tubuh Renjun perlahan, lalu mendekapnya. Ia menyenderkan kepala duyung itu di atas dadanya, memperdengarkan alunan detak jantungnya pada duyung itu. Tangannya terangkat mengelus surai kecoklatan milik Renjun. Tak lupa dahi itu ia kecup dengan lembut.

"Maafkan aku.. Aku melukaimu lagi.."

Dan keduanya berlayar ke alam mimpi, dengan saling memeluk satu sama lain.









•••••

Taeyong tersenyum lebar, baginya, apa yang baru saja ia dengar dari pelayannya adalah sebuah melodi indah yang ingin ia aransemen menjadi musik yang fantastis.

Yeah, apa lagi kalau bukan tentang kisah hidup kapten kapal yang merebut hartanya?

"B-begitu kisahnya, Yang Mulia.."

"Ahahahaha!! Aku senang sekali!! Upahmu akan kunaikkan dua kali lipat! Kerja bagus, Hendery!!! HAHAHA!"

Hendery terdiam. Ia tidak begitu tahu, apakah hal benar yang ia lakukan? Atau... Hal yang baik?

Ah, tentu saja baik. Buktinya ia berhasil menyenangkan rajanya. Tapi, ada sesuatu mengganjal hatinya. Ia hanya tersenyum tipis pada rajanya lalu pamit undur diri dari ruang takhta sang Neptunus.















































•••••

Taeyong membuka pintu perpustakaan kerajaan sesudah selesai berbicara dengan Hendery.

"Y-yang Mulia.. Apa yang bisa hamba bantu?" Tawar Jongin, penjaga perpustakaan itu.

"Dimana rak tentang pengetahuan Manusia dan makhluk-makhluk astral?"

"Mari ikut hamba.."

Jongin berenang melewati rak-rak berisi perkamen yang menjulang tinggi, diikuti Neptunus di belakang. Mereka berenang mendekati sebuah dinding dengan lukisan Tiram Agung–tiram yang menjadi raja laut pertama–sambil terus melihat sekeliling.

 Mereka berenang mendekati sebuah dinding dengan lukisan Tiram Agung–tiram yang menjadi raja laut pertama–sambil terus melihat sekeliling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang