Dua puluh Enam

2.8K 591 44
                                    

Hari yang dijanjikan tiba. Sepanjang hari itu, senyum lebar terukir di wajah Neptunus. Sedikit lagi, maka Mutiara Hitam akan sempurna. Satu keping terakhir akan jatuh ke tangannya. Kekuasaan absolut atas dunia akan menjadi miliknya.

Ia membawa seorang ajudannya dan memakai pakaian perangnya.

"Yang Mulia.. Apa Anda tidak akan membawa pasukan?"

"Tidak perlu. Aku hanya menghadapi seorang Manusia. Eum.. Mungkin dengan beberapa awaknya.."

"T-tapi.."

"Ikuti saja perintahku."

Taeyong kembali mengikat sabuknya. Ia memberi helm perang Neptunus pertama pada sang ajudan untuk membawakannya.

Ia pergi ke depan sebuah cermin di sana dan menata rambutnya. Sekilas, sejumput rambutnya berubah menjadi putih, lalu kembali menjadi merah. Matanya samar-samar berkilat burgundy-keemasan, lalu kembali hitam-kecokelatan. Sebuah seringai terukir tipis di bibirnya.

Ia menghampiri ajudannya sesudah puas mengagumi dirinya sendiri. Akhirnya, mereka berjalan keluar dari istana menuju gerbang besar.

Taeyong menatap ke langit dan melihatnya menggelap. Ia menyeringai. "Aku telah direstui untuk memiliki Mutiara Hitam.." Gumamnya sebelum melaju bersama ajudannya menaiki pari manta. Menuju tempat perjanjian, Devil's Triangle.

Sebuah padang laut membentang, tempat bertemunya kelima samudera (kecuali Samudera Kecil), padang tempat Perang Agung terjadi. Di pusatnya, terdapat batu-batu karang yang berbentuk dinding-dinding kokoh yang membentengi sebuah pulau tak berpenghuni, bernama Coral Legion. Coral Legion membentuk sebuah arus yang seperti segitiga, konon katanya, arus itu punya kekuatan gaib yang luarbiasa.

Entah apa yang merasuki Donghae hingga ia ingin menemui Neptunus di tempat berbahaya seperti itu.

Ah tidak. Tidak berbahaya. Itu menguntungkan. Bagi salah satu pihak, tentu saja.



















•••••

Angin berembus kuat di daerah penuh karang tersebut. Jubah merah bersulam burung Phoenix berkibar seiring angin meniupnya. Seorang raja berdiri dengan angkuhnya di atas sebuah batu karang. Mahkota emas bertabur batu garnet dan berlian berkilap seiring sinar mentari menyapanya. Sirat matanya menggambarkan rasa ambisius dan kesedihan.

Menunggu seorang dewa datang, mengulurkan tangannya memberi bantuan.

Gruduk..
Gruduk..

Ctaaar!!

Mendadak langit menjadi tidak ramah. Petir menyambar, guruh bersahutan. Laut bergelora, ombak menabrakkan dirinya ke karang-karang yang berdiri kokoh. Raja itu masih berdiri seorang diri di sana. Tangannya ia lipat di depan pakaian kerajaannya. Petir dan gemuruh bukanlah penghalangnya.

Shaaaa~~

Awan menurunkan airnya. Berusaha menjatuhkan sang Raja. Namun ia masih saja berdiri di sana. Hingga, sebuah ombak besar menghampirinya.

Zrrsshh...

Ombak itu semakin mendekat hingga membentuk sebuah pusaran air. Raja itu bisa melihat ada siluet di dalam ombak yang semakin mendekatinya itu. Sebuah sosok asing.

Splaassh!

Ombaknya terbelah. Sebuah tornado air mendekati karang itu. Dan muncullah seekor duyung berpakaian perang dari dalam pusaran air itu. Sang Raja tersenyum.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang