Empat belas

3.7K 789 64
                                    

"Huaaah~ Tubuhku terasa lebih baik..." itu Jeno yang sedang mengeringkan rambutnya setelah akhirnya ia sampai di sebuah penginapan.

"Hmm.. Sepertinya aku mulai berjalan-jalan saja.."

Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

"Kapten.. Kudengar di kota akan diadakan bazaar. Apa kapten akan datang?"

"Hm? Iya mungkin.. Kau sendiri, Jim?"

"Aku ikut, bila kapten ikut.."

"Baiklah, aku pergi.. Sayang sekali Seungcheol tidak ikut.."

•••••

"Mark-hyung.. Apa kau pernah merasakan jantungmu berdebar ketika dekat seseorang?"

"Ah-eumm y–

"Ah, aku lupa.. Kau kan ikan.. Mana bisa merasakan hal seperti itu.."

Mark terdiam. Entah kenapa, kata-kata Renjun benar-benar menusuknya. 'Andai saja...'

"Hahaha... Iya.. Kau benar.."

"Huufftt.. Inikah namanya Cinta? Tapi kan... Aarrgh!" Renjun mengeluh frustasi.

Krieett..

"Tuan Duyung?" seseorang itu menyembulkan kepalanya dari sebelah bingkai pintu.

"A-ah.. Awak kapal Jeno.. Umm.."

"Seungcheol.."

"Ah ne! Seungcheol!"

"Haha.. Apa kamu mau melihat bulan purnama hari ini?"

"Wah, mau! Tapi.. Bagaimana aku keluar dari sini??"

"Itu bisa kuatur.. Aku kembali ke dek kapal, ya.."

"Iya."

Renjun terlalu senang, tanpa menyadari Seungcheol yang tersenyum licik.

•••••

Jeno berjalan di sepanjang jalan itu sambil melihat-lihat kios-kios yang menjual banyak benda. Terang bulan dan lampu-lampu minyak menyinari jalannya, hngga tiba-tiba, ia melihat kerumunan orang di salah satu titik. Ia perlahan mendekatinya.

"Tuan dan nyonya, apa Anda sekalian pernah melihat orang ini?"

"Ah iyaaa..."

"Iyaaaa..."

Jeno terkejut sesudah melihat poster yang dibawa orang-orang asing itu, lalu segera mundur teratur dari kerumunan itu. Perlahan-lahan.

"BUKANKAH ORANG ITU YANG ANDA CARI, YANG MULIA?!"

"Sial.." Jeno memacu larinya menghindari kerumunan yang mengejarnya. Ia benar-benar kenal dengan orang yang mencarinya.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang