"Onii-san.." Sebuah kepala menyembul dari balik bingkai pintu ruangan gelap itu. Seseorang yang ia panggil 'Onii-san' itu hanya berdeham menanggapi panggilan itu. Orang yang memanggil menghampiri 'onii-san' nya, lalu menutup matanya.
"Jangan diami aku!"
"I-iya iya.. Gomen ne, Winnie... Yak! Lepaas!!"
Orang itu akhirnya menutup bukunya, baru orang yang ia panggil 'Winnie' mengangkat tangannya.
"Ada apa?"
"Nii-san.. Apa nii-san tahu kalau Neptunia memukul genderang perang dengan Aquariusse?"
"Kerajaan tempatmu itu?"
"Iya.." Yang lebih muda terlihat sedih dan takut. Begitu pula dengan yang satunya.
"Kau diam disini saja, Winnie.."
"Tidak! Apa aku akan membiarkan rakyat Aquariusse dan pemerintahannya jatuh pada kerajaan lain?! Mereka mengajariku banyak hal sehingga aku bisa bersanding dengan nii-san saat ini.." Matanya mulai berair. Orang yang satunya segera memeluknya.
"Neptunia adalah kerajaan besar yang sulit dikalahkan.."
"Maka dari itu aku harus melindungi kerajaanku.."
Hening menyapa mereka. Keduanya bersikukuh pada pendirian masing-masing.
"Nii-san.. Bolehkah aku berperang?"
"Winnie.." Orang itu memandangnya dengan berbagai macam emosi.
"Kumohon, nii-san..."
"...baiklah. Pastikan kau selamat disana, Winnie.. Tolong selalu ingat bahwa kita masih punya satu mimpi.."
"Tentu saja.. Bukankah kita ingin memiliki keluarga kecil yang bahagia?"
Hari itu, adalah hari terakhir Winnie tersenyum pada orang itu, sebelum ia berperang dan gugur. Bersama janinnya yang masih berusia sangat muda.
•••••
"Tuan Penyihir...."
"Ada apa, Yang Mulia??" Penyihir itu segera menghampiri raja yang sedang kesakitan di ranjangnya.
"Tolong... Tolong cabut nyawaku..."
Penyihir itu terperanjat. Bagaimana mungkin ia membunuh seorang Neptunus yang banyak berbuat baik padanya?
"Mohon maaf, Yang Mulia... Tapi seorang penyihir dilarang untuk berbuat jahat.."
"Pikirkan emosimu, Penyihir... Dendammu, dan amarahmu... Anakku telah membunuh istri dan anakmu bukan?? Bunuh saja aku agar aku lepas dari rasa bersalah ini..." Penyihir itu menanggapi dengan diam.
"Yang Mulia.. Saya sudah melupakannya.. Tidak apa-apa..."
"Kumohon... Sakit ini menyiksaku.."
"Saya tidak bisa melakukannya.."
Tok tok tok tok...
"Masuk..." Raja itu menjawab dengan lirih.
"Pangeran.."
Pangeran Neptunia masuk ke dalam ruangan itu lalu menghampiri penyihir.
"Tuan Penyihir.. Bagaimana keadaan ayahku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Pearl
Fanfiction[NOREN AREA!! BXB AREA!!] Selamat datang di Neptunia. Sebuah peradaban yang tidak pernah dituliskan sejarah. Yaah.. memang tidak pernah dituliskan, karena tidak ada satu manusia pun yang bisa mencatat dan mengonfirmasi keberadaan peradaban itu. Alki...