CHAPTER 6 : WANNA KNOW

1.6K 249 11
                                    

"Yan, minta id line-nya Arka dong." Thalia bersuara.

"Id line? Buat apa?"

Thalia hanya menatapnya.

"Buat apa, talk less queen?" Sean mencubit gemas pipi Thalia.

Thalia melempar tatapan datarnya pada Sean, sehingga Sean langsung melepaskan pipi Thalia. Kalau tidak, mungkin saja sebuah pukulan sudah melayang di lengan pria dua puluh tahun itu.

"Let me know Arka's id line!" Dengan wajah datarnya, "Give it to me!" Senantiasa, ya, Thalia Ayu Zanetta.

"Kalau mau bilang makasih, nanti gue yang nyampein." Ya, Sean memang tak ada niat untuk memberikan apa yang Thalia pinta itu.

Thalia mendecih, "What the..."

Jeffrey yang sedari tadi menatap mereka hanya berdiri di antara dua bule yang lahir di Benua yang berbeda itu. Pria yang juga berdarah asing itu menyilangkan tangannya di depan dada. Merasa bahwa ocehan mereka itu sangat unfaedah.

"What the hell are you guys talking about? Just ask to me for it!" Enteng Jeffrey, "Id line Mas Arka 'kan? Jangankan id line, nomer hp, bahkan sosmednya Mas Arka gue tau semua." Dengan tatapan yang penuh harap, Thalia menatap Jeffrey.

Sean mendesis. Ini bocah nggak peka apa gimana sih? Pikir Sean.

"So..." Thalia menatap adik laki-lakinya itu.

"But... Ada syaratnya." Jeffrey tertawa kecil.

"Just give it to me!" Sungguh, Thalia tidak pernah ingin mengemis pada siapapun. Terlebih lagi hanya untuk sebuah id line. Sangat tidak elite.

"Nggak ada yang gratis, Kak."

Thalia melotot, "Just-Give-It-To-Me!" Thalia benar-benar frustasi sekarang, sampai ia harus menekan suaranya pada setiap kata yang ia ucapkan.

"Itu lho, Kak. Jaket yang di desain sama Kak Amba. Yang baru mau rilis itu, gue pengen..."

"Just forget it!" Thalia menoyor dahi sang adik, kemudian berlalu begitu saja.

"Kak! Oit! Kak Thalia!" Jeffrey teriak-teriak menyusul Thalia ke dalam rumah dan meninggalkan Sean yang masih berdiri disana.

I don't know about your feeling at all, but I'm just afraid. Batin Sean.

Kembali pada Jeffrey yang masih mengekori Thalia bahkan sampai ke kamar gadis dua puluh tahun itu.

"Get out!" Thalia bersuara tanpa menatap Jeffrey yang sudah berada di dalam kamar bernuansa hitam-putih itu.

"Kak, please! I must have that jacket. The jacket is fuckin' cool." Jeffrey memohon, "Lo tau sendiri 'kan Kak Amba pasti ngasih kok, lo 'kan adek kesayangan doi. Gue juga adek kesayangan doi 'kan?"

"Pala lo," Asal Thalia, "Tuh jaket belum rilis, Jeff. Kemaren yang lo liat itu baru rancangan doang. Udah ah keluar sana."

"Yakin nih nggak mau id line-nya Mas Arka?" Goda Jeffrey.

Thalia melotot.

"Kak, gue kasih deh apapun yang gue tau tentang Mas Arka. Makanya lo ngomong ya sama Kak Amba."

"Ain't need it."

"Sure?"

"Yeah."

Dearest ThaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang