CHAPTER 14 : ONE STEP CLOSER

1.3K 246 11
                                    

"From now on, we are..."

Semua mata fokus pada Mino yang menggantung sisa kata dari kalimat yang keluar dari mulutnya. Mino yang sadar atas kebodohannya karena mengucapkan kalimat ambigu didepan incaran barunya dan terlebih lagi perhatian yang terpusat padanya. Mino merutuki dirinya sendiri.

"We are apa, sat?" Pertanyaan Jeffrey ini seakan-akan menjadi pertanyaan yang sama dengan yang lain.

"From now on, we are..." Mino terlihat berpikir, "... We are friend." Mino dengan mantap berucap walaupun ada keraguan dan kegugupan didalam dirinya.

Friend... Batin Cecilia.

"Emang pada mikir apa anjir."

Saat Dona melirik Mino yang nampak salah tingkah, matanya menangkap sosok yang tak asing di memorinya. Matanya panas seketika.

"Dasar nggak tahu diri..." Gumamnya pelan, sangat pelan. Ia menggeratakan giginya karena menahan emosinya.

Thalia yang berada tepat di sampingnya adalah satu-satunya orang yang menyadari itu. Thalia sontak mengikuti arah pandang si bungsu itu. Tepat disana, disanalah sosok itu duduk. Kini sosok itupun memenuhi bola mata Thalia.

Natasha.

Ya, she is.

Thalia kembali menatap Dona yang masih menatap tajam Nata. Thalia menghela napasnya pelan. Ia tahu perasaan Dona, ia tahu arti dari tatapan tajam Dona pada mantan kekasih Arka itu.

Arka yang menyadari kegelisahan Thalia langsung menjentikan jarinya didepan gadis itu, "Kenapa?" Heran Arka.

Sejenak Thalia ragu. Tapi kemudian ia menghembuskan napasnya. Thalia melirik Dona, kemudian menunjuk Nata dengan ujung dagunya.

Arka melihat mata berapi-api milik sang adik yang menatap tajam Nata. Arka menghela napasnya, "Don." Mata Arka dan Dona bertemu.

Arka tersenyum, kemudian mengacak-acak pelan rambut Dona, "Diabisin dulu makanannya."

Dona menggigit bibir bawahnya. Kemudian mendecih, "Nyebelin." Lalu kembali menyantap makanannya.

Arka terkekeh.

Melihat betapa hangatnya Arka memperlakukan Dona, mata Thalia tak bisa terlepas dari setiap gerak-gerik pria itu. Sungguh seorang kakak yang hangat. Ia tak mau membagi kebencian dan kemarahannya pada sang adik.

Tanpa sadar, sudut bibir Thalia terangkat. Ia tersenyum kecil saat melihat tatapan dan senyuman lembut Arka pada Dona. Entahlah, tapi ia merasa hangat. Dan ia baru sadar, bahwa ia jatuh lagi pada pesona Arka untuk kesekian kalinya.

Senyuman dan tatapan Thalia yang tertangkap basah oleh Egita itu langsung membuat Egita tertegun.

"Bukan candaan doang ternyata." Gumam Egita.

*****

Didepan kampus, nampak mobil berwarna hitam terparkir di temani oleh Arka dan kedua adiknya serta Thalia. Thalia nampak terus melihat ke parkiran kampus.

Dona melirik Arka yang nampak gelisah sambil sesekali menatap Thalia. Dona terkekeh, "Mas."

"H-Hm?" Gagap Arka.

Dona menahan tawanya, "Aku ada kerkel."

"Kerkel? Berarti nggak ikut jemput Bunda?" Dalam hati, Arka kegirangan. Why? Karena ada peluang untuk satu mobil dengan Thalia.

Dona mengangguk. Dengan sangat kebetulannya, ponsel di saku Dona berdering, menimbulkan instrumen lagu Havana.

"Oh! Havana~" Mino langsung menggoyangkan kepalanya tak jelas.

Dearest ThaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang