CHAPTER 46 : Long Time No See

824 129 8
                                    

Kaki jenjang yang beralaskan sneakers berwarna merah berdiri tegak di pijakan tangga. Mata pemilik kaki jenjang itu sesekali menatap telapak kakinya yang bermain-main untuk menghilangkan rasa bosannya. Saat kakinya sibuk bermain, tali sepatunya terlepas.

Badan langsingnya bertumpu pada telapak kaki kanannya. Helai rambut hitam panjang milik gadis itu perlahan jatuh dengan lembut sampai menggapai tangannya yang tengah sibuk mengikat tali sepatunya yang terlepas.

Setelah selesai mengikat tali sepatunya, mata bulat gadis itu teralihkan oleh sebuah objek. Sebuah kaki yang di bungkus oleh sneakers berwarna hitam memenuhi bola matanya. Sudut bibirnya terangkat.

"Jangan lihat sepatuku aja, Thal." Suara yang amat Thalia kenal itu membuatnya berdiri sambil menatap pria dengan backpack di bahu lebarnya.

Mata Thalia menunjukan senyum yang tak kalah manis dari yang terukir di bibirnya.


"That was a rough double month, because I spent without you."

"Long time no see, Ka."

Dua gadis berdiri di depan mesin atm. Dengan elegannya, dua telapak tangan kecil milik mereka mengambil lembaran uang yang keluar dari sana. Kemudian mereka memasukan uang itu ke dalam amplop dalam diam.

Mereka keluar dari gedung itu dengan tenang. Mereka menatap amplop putih di genggaman mereka, kemudian saling menatap satu sama lain.

"WAAAH!"

"KYAAA!"

Thalia dan Egita histeris. Tangan mereka bertepuk satu sama lain. Dan kaki mereka pun tak bisa diam. Mereka berloncat-loncat kecil. Sehingga satpam yang menjaga pintu masuk sontak menatap mereka heran.

"Gaji pertama kita..."

"Akhirnya bisa kasih sesuatu ke mama..."

Thalia dan Egita sumringah. Melihat betapa polosnya Thalia dan Egita, satpam yang tadinya di buat kebingungan berkat kehisterisan mereka kini tersenyum kecil.

"Ke mall?"

"Gue telepon Sese dulu." Thalia menempelkan ponselnya di telinganya.

"Se? Udah balik kerja belum?" Tanya Thalia.

"Loud speaker, loud speaker!" Pinta Egita, "Sese! Hayuk meet-up!" Egita bersemangat.

"Oh God! Tau aja lo gaji gue baru turun." Suara Sena terdengar dari ponsel Thalia.

"Kita jemput lo, ya? Masih di JakPus?" Tanya Thalia.

"Iya nih. Baru aja kelar." Balas Sena.

"Oke, kita jemput. And then, we're going on shopping. Let's go!"

*****

"Come in!" Thalia membuka kaca jendela mobilnya setelah melihat Sena yang berdiri di depan halte seorang diri.

"Lo udah ada SIM, Thal?" Sena bertanya sambil memasuki mobil Thalia.

"H-3 PPL gue udah dapat SIM." Balas Thalia yang tengah melajukan mobilnya.

"Berkat Arka nih anak bisa nyetir." Egita menyinggung Arka.

Thalia otomatis tersenyum sesaat setelah pemilik nama yang ia rindukan itu terlontar dari bibir Egita. Egita melirik Thalia yang masih mengukir senyumnya.

"Sabar kali, Thal. Weekend nanti juga lo meet-up sama dia." Sindir Egita.

"Di mana kalian bakal ketemuan?" Sena penasaran.

Dearest ThaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang