CHAPTER 19 : The Unforgettable Show

1.2K 247 10
                                    

Suara seruputan mie yang lezat mengisi keheningan. Seorang gadis menumpukan dagunya di telapak tangannya. Matanya tertuju pada sosok didepannya yang tengah menikmati mie instan yang baru saja di masak oleh Bi Nani dengan tenang.

"Don't stare at me like that! That's looks scarier than a horror film." Suara dari sosok yang baru saja menelan mie yang sudah ia kunyah itu terdengar di telinga sang gadis.

Bisa sosok itu dengar helaan napas sang gadis. Sosok itu mendongak dan menatap gadis itu. Hanya balik menatap gadis itu tanpa kata. Selama lima detik lamanya mereka hanya saling menatap tanpa suara.

Gadis itu kalah, pada akhirnya. Ia mengalihkan pandangannya dari tatapan dalam Arka. Ya, Kaihzar Arka Putra adalah pemilik mata yang mengalahkannya tepat setelah lima detik.

Arka kembali memakan mie instannya, "Alasan gue nggak mau bilang siapa yang sewot ke gue, ya karena gue takut yang barusan itu kejadian." Arka meneguk salivanya, "Walaupun tuh anak pinter otaknya, soal attitude nggak ada apa-apanya di banding Bang Lana. Thal, Bang Lana itu---"

"Kok jadi ngomongin Kak Lana---" Thalia heran.

"Karena mereka berdua ada di posisi yang sama. Sama-sama suka sama lo dan... Sama-sama di tolak sama lo."

Thalia membuang muka, kemudian menghela napasnya.

"Renal jauh berbeda dari Bang Lana, Thal. Jadi gue harap lo nggak perlu berurusan lagi sama dia." Ujar Arka, "Kalau dia ganggu lo lagi, bilang ke dia kalo lawan battle dia bukan lo tapi gue." Thalia menatap Arka yang tengah menatapnya dalam.

Pada saat dimana keduanya hanya mengadu tatapan, saat itulah adzan magrib berkumandang. Arka dan Thalia langsung menatap ke sisi kiri, yaitu masjid kampus.

Arka bangkit, "Yuk sholat."

*****

Seorang gadis berkostum glamor dengan perpaduan hitam-merah tengah berdiri di belakang panggung. Ia melipat kedua lengannya dan dengan wajah datarnya menatap para pononton yang sudah memasuki lapak yang sudah tersedia.

"Kak Egi!"

"Oh, Jen."

Jen. Ya, Jenny Felicia. Gadis yang mengenakan kostum yang serupa dengan Egita itu berada disana. Bukan lagi didepan rumahnya dan menyapa Arka dengan gugup. Dengan riasan yang mature dan cantik untuk wajahnya yang berkarisma.

"Lo serius bakal keluar dari klub dance?"

"Hng. Ini penampilan terakhir kita bareng-bareng."

"Kenapa, sih?" Jenny menggoyang-goyangkan lengan Egita.

Egita menghela napasnya, "Gue merasa nggak lagi punya chemistry sama anak klub dance. Gue pengen fokus ke BEM-F aja."

"Chemistry kita masih ada kok."

Egita terkekeh, "Lo sama gue doang." Balasnya, "Udah lama gue pengen keluar, cuma belum di ijinin aja sama pelatih. Dan sekarang gue udah dapet ijin." Ia tersenyum cerah.

"Masalah sama Zoya lagi?" Pertanyaan itu membuat Egita terdiam, "Kak, udah jelas Kak Chandra pacaran sama lo, terus ngapain mikirin cinta sepihaknya Zoya coba?"

Egita menghela napasnya, "Kalau gue keluar karena Zoya, udah dari setahun lalu gue keluar."

"Terus apa?"

Pada saat yang sama, sosok dengan kostum yang serupa dengan Egita dan Jenny muncul. Egita menatap sinis sosok itu. Dan tentu saja sosok itu menyadarinya, tapi berpura-pura tak peduli.

Dearest ThaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang