CHAPTER 32 : REALLY

1K 170 9
                                    

JANGAN LUPA VOMMENT~


~~~

Akhir pekan setelah Hari Raya telah tiba. Hari itu juga hari dimana untuk pertama kalinya Dona memenuhi janjinya atas tawaran dari Thalia. Maka dari itu, Arka kini berada di dalam mobilnya bersama dengan Dona, menunggu Thalia yang masih bersiap di dalam rumahnya.

"Oh, itu dia." Senyum Arka merekah.

Arka merasa sangat senang bertemu lagi dengan Thalia setelah beberapa hari ini tak bertemu.

Dona terkekeh melihat sang kakak yang nampak seperti idiot, "Baru tiga hari nggak ketemu udah gini. Emang dasar bucin!" Cibir Dona.

Arka menekuk bibirnya untuk merespon cibiran Dona itu.

Dona yang duduk di samping kursi kemudi keluar dari mobil, "Masuk, Kak!" Ujar Dona.

"Kenapa pindah?"

"Aku mau kasih kesempatan buat Mas Arka nge-bucin." Ucap Dona sambil masuk ke sisi belakang mobil.

Thalia terkekeh karena ucapan Dona, kemudian duduk di samping kemudi. Thalia dan Arka saling tersenyum satu sama lain untuk meruntuhkan rasa rindu masing-masing.

"How's your holiday, bae?" Arka menatap Thalia.

"Not bad. How about you?"

"That'll be the best holiday ever if you were there." Dengan tatapannya yang lembut, Arka bersuara.

Dona memicingkan matanya, "Nah kan!" Ia mendecak jengkel, "Pesenin aku ojek online ajalah!"

"Di antar Lukas 'kan bisa." Arka menggoda Dona.

"Ih, Mas!"

Thalia memukul pelan lengan Arka yang berada di kemudi, "Jahil ya mulut kamu," Thalia melirik ke sisi belakang, "Tenang, Don. Nanti aku yang balas dendam ke Mas kamu."

"Indeed, only you who's on my side." Dona tersenyum.

Arka menatap Thalia dan Dona secara bergantian, kemudian ia tersenyum secara otomatis melihat hangatnya hubungan antara dua gadis yang ia sayangi itu.

"Kak, that handsome guy ada di sana 'kan?" Dona menatap sisi belakang Thalia.

"Jaksel banget, padahal nggak tinggal di jaksel nih anak." Celetuk Arka.

"Komen mulu kayak sosmed nih Mas Arka." Protes Dona.

Thalia tertawa kecil karena perseteruan kecil antar saudara itu. Thalia melirik ke sisi belakang, "Menurut informasi sih dia ada pemotretan hari ini juga." Thalia berbagi informasi.

Dona bersemangat entah kenapa. Ia bahkan tersenyum tanpa ia sadari. Apakah ini yang di namakan telepati? Ia bahkan tak tahu namanya, tak pernah melihat rupanya, tetapi senyum di bibirnya bisa terukir hanya dengan membayangkan pertemuan pertama yang mendebarkan hatinya kini.

Arka menengok Dona lewat kaca spion. Arka terkekeh, "Dek, jangan genit! Mana nih chic queen kita? Masa mau nebas julukan keramat gara-gara cowok yang bahkan belum pernah kamu lihat."

"Bilang aja kalau Mas cemburu aku suka sama cowok melebihi aku suka Mas Arka." Dona menjulurkan lidahnya.

"Nggak ada cowok yang bisa ngalahin Mas, Dek."

Thalia terkekeh geli karena kepercayaan diri Arka yang nampak menggemaskan di matanya itu. Sejujurnya, Thalia bukanlah tipe orang yang dapat mentolerir kepercayaan diri semacam ini, namun entah mengapa ia tak masalah jika Arka yang melakukan itu. Ya, mungkin itulah makna dari cinta buta.

Dearest ThaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang