CHAPTER 38 : FIND YOU

795 154 4
                                    

HAPPY 5K+ VOTES


~~~

"Gi..."

"Kenapa?" Egita sibuk mengoleskan kutek di kuku cantiknya.

"Gi..."

"Kenapa, sih?" Egita masih fokus dengan gagang kuteknya.

"Gi---"

"KZL AE GUE!" Egita menyingkirkan kutek itu dari tangannya, "Kenapa? Kenapa, hah?" Kesal Egita.

Thalia tak bergeming meski Egita nampak meledak. Gadis kelahiran San Francisco itu masih termenung di atas ranjangnya yang nyaman.

"R u okay?" Egita yang nampak cemas kini mendekati Thalia.

"I'm confused. It's driving me crazy." Ujar Thalia.

"What's going on? Lo lagi nggak ada masalah sama Arka 'kan? Kalian baik-baik aja 'kan?"

"Bukan Arka masalahnya, tapi gue." Thalia memejamkan matanya sejenak.

"Thal, ada apa?" Egita menepuk bahu Thalia.

Thalia membuka matanya yang terpejam, kemudian menatap Egita, "Gi, lo tahu 'kan tentang cinta pertama gue? Dia..."

"Cinta pertama lo yang kejadian di Jogja? Iya, di kota ini. Kenapa?"

"Kayaknya gue tahu siapa, tapi gue ragu."

"Bukannya lo bilang dia orang asli Jogja---" Egita sontak terdiam, "Jogja? Arka? Is it Arka?" Egita membelalakan matanya.

"I hope so."

"Apa ini? Bukan Arka? Terus siapa?"

"Foto keluarga di ruang keluarga rumah ini..."

"Jangan bilang kalau cinta pertama lo itu..."

Thalia menatap Egita, "Do you think so?"

"Nggak mungkin..." Egita melongo.

Setelah percakapan yang penuh tanda tanya namun nampak terealisasikan dengan baik itu, keduanya memilih untuk terlelap dalam alam mimpi.

Thalia bangun setelah mendengar suara adzan ashar, ia keluar dari kamar, kemudian langsung mengambil wudhu, setelah sholat ia tak lupa membangunkan Egita. Setelah merasa tugasnya sudah selesai, Thalia menuruni tangga menuju lantai satu.

Thalia merasa bola matanya bergetar saat melihat Abi berada di ruang tamu bersama Lek Yit. Thalia melarikan diri ke dapur setelah Lek Yit dan Dona yang sudah naik ke atas meninggalkannya dan Abi dalam keheningan.

"Long time no see." Suara Abi membuat Thalia cemas, "Lama tak bertemu, gadis kecil empat belas tahun lalu."

Thalia menatap Abi dalam diam. Bisa Thalia lihat senyum manis milik Abi yang terpancar untuk dirinya seorang.

Suara pintu terdengar. Kehadiran orang lain pun terdeteksi. Namun, mereka nampak tak menyadari itu. Mereka hanya saling menatap tanpa tahu bahwa sepasang mata tengah memicing ke arah mereka.

Sedangkan, sosok yang berada di samping sang pemilik mata itu tengah membaca situasi. Ia pun merasa asing dengan momen satu ini.

Si pemilik mata itu kini merubah drastis ekspresinya, "Kamu udah bangun, yang?" Ia tersenyum sambil menatap Thalia.

Yang? Pala lo peyang. Batin Chandra.

Chandra menggerutu di dalam dirinya karena panggilan manis Arka kepada Thalia yang tak biasa itu. Entah mengapa tiba-tiba panggilan itu terasa posesif di telinga Chandra ketimbang panggilan bae yang biasa pasangan itu pakai.

Dearest ThaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang