CHAPTER 42 : Brother's Love

830 145 3
                                    

Next chapter bakal di update kalau votes keseluruhan Dearest Thalia mencapai 6K+ plus komen chapter ini 15+

❤️❤️❤️

"Sulit di percaya. Gimana bisa ada kebetulan semacam ini?" Thalia terperangah, "Siapa sangka kamu itu si sweater merah empat belas tahun lalu? Whoa!"

Arka tersenyum sambil melirik Thalia.

Tiba-tiba ponsel Arka berdering. Itu adalah telepon dari Dona.

"Mas dimana?" Baru saja Arka menempelkan ponsel di telinganya, namun ia sudah di serang pertanyaan oleh Dona.

"Di Embung Nglanggeran."

"Kok nggak ngajak sih?"

"Kamunya nggak ada di rumah gimana mau ngajak?"

"Aku di perjalanan ke sana."

"Sama siapa?"

"Nih di bonceng Kak Niko."

Arka terkekeh, "Nempel teroosss." Ledeknya.

"Dona sama Niko?" Tanya Thalia yang berada di samping Arka. Arka hanya mengangguk.

"Hati-hati di jalan, ya." Arka menutup sambungan telepon.

"Mereka bakal nyusul ke sini." Ujar Arka.

"Semuanya?" Tanya Thalia.

"Kalau Niko ikut udah pasti MABA Squad juga ikut." Balas Arka.

Sementara itu, di belakang pagar pembatas telaga. Sean, Sena, Egita dan Chandra berdiri bersama menikmati pemandangan.

Chandra menengok ke atas, memeriksa Arka dan Thalia. Bisa Chandra lihat Arka dan Thalia nampak menikmati waktu mereka di atas sana.

Chandra tersenyum, "Syukurlah,"

Ke tiga lainnya pun melihat momen itu, kemudian menghembuskan napas lega.

"Mereka memang di takdirkan untuk bersama, sepertinya." Sean turut bahagia.

Mata Egita beralih dari Arka dan Thalia, matanya tak sengaja menangkap sosok tak asing yang melangkah mendekat padanya.

"Rita?" Mata Egita membulat.

"Oh! Mereka tahu darimana kita disini?" Heran Sena saat melihat MABA Squad beserta Dona dan Yerita berada di sana.

Ke-empatnya langsung saling menatap satu sama lain. Mereka ingat bahwa sesaat setelah sampai di sana, mereka langsung berswafoto dan mengunggahnya di Instagram. Setelah menyadari itu, mereka terkekeh geli.

"Kalian naik apa ke sini?" Tanya Chandra.

"Mino bawa jeep-nya Lek Yit, terus Niko sama gue pinjam motor Mas Abi dan Lek Yit." Ujar Jeffrey.

"Ketahuan ya kalian. Berpasang-pasangan terus," Egita memicingkan matanya.

"Bisa-bisa ada yang cinlok abis liburan ini." Celetuk Sean.

"Waduh! Valentine Party tahun depan bisa-bisa makin panas ya persaingannya." Sena terkekeh.

"Benar juga, kalian mencurigakan." Chandra pun memicingkan matanya.

"We're official," Mino merangkul Cecil.

Cecil tersentak, kemudian memukul perut Mino karena hanya perut Mino-lah yang paling mudah di jangkau.

"Aw! What's wrong?" Protes Mino.

Cecil menutup mulut lemas Mino dengan tangan mungilnya, "Ember banget, sih!" Ia mendecak kesal.

Dearest ThaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang