Bagian 9

240 16 0
                                    

Vanna menghela nafas lega, menghirup udara sedalam dalamnya karena ia sudah terbebas dari bau rumah sakit yang tidak mengenakan, dan paling Vanna benci.

Ia merentangkan kedua tangannya, merasa kebebasan menghampirinya, walaupun ia harus kembali ke rumah sakit untuk melakukan beberapa terapi.

***

Anna sangat bahagia hari ini karena kembarannya sudah keluar dari rumah sakit dan bisa menemani ia tidur kembali, ya walaupun sebelum ada Vanna, Anna selalu tidur sendiri, tapi baginya jika ada yang menemani lebih asik, apa lagi dengan kembarannya sendiri, dan satu hal yang membuat Anna sangat bahagia hari ini adalah Davin, Davin melemparkan senyum ke Anna yang sangat jarang ia lakukan terhadap perempuan, namun bukan berarti ia sering seperti itu terhadap sesama jenis.

"Rosa, hari ini Vanna pulang dong dari rumah sakit, mau kerumah gua ga?" tanya Anna dengan wajah yang sangat bahagia.

Rosa merapikan buku yg berserakan diatas meja, dan menggendong tasnya begitu juga Intan.

"Owh jadi Rosa doang yang ditawarin gua ga?" ucap Intan dengan wajah cemberut.

"Ga usah cemberut gua jijik liatnya," tawa Rosa.

"Bukannya kalau gua cemberut makin imut ya?" tanya Intan kepedean.

"Pede deh lo,"

"Kan lo berdua udah sepaket tan, jadi kalau gua ajak Rosa pasti lo ikut begitu juga sebaliknya," ucap Anna.

"Owh iya ya, boleh lah ya Ros, ayu Ros, lumayan bisa modus sama Om Kevin, siapa tau bisa jadi mama tiri Vanna dan Anna." ucap Intan yang di sertai tawa oleh Rosa.

"Dih ga rela gua punya mama tiri kayak lo tan," jawab Anna kesal.

Rosa dan Intan tertawa menanggapi ekspresi Anna, Rosa dan Intan suka melihat Anna kesal, hiburan gratis baginya, apa lagi jika mengenai papahnya ia akan sangat kesal.

Rosa, Intan dan Anna berjalan keparkiran, hari ini Intan membawa mobil, ya walaupun ia belum mendapatkan SIM dan umurnya belum 17 tahun, ia tetep nekat, bukan Intan namanya jika tidak nekat.

Mereka memasuki mobil honda jazz putih milik Intan, ada sepasang mata yang mengawasi mereka, 2 mata tajam itu, yang mungkin sangat indah jika melihatnya, 2 mata itu yang bisa membuat jatuh cinta perempuan perempuan yang melihatnya.

"Vin kumpul osis katanya," ucap laki laki yang mendekati nya.

"Ga bisa gua, izin ya, jangan lupa disampein, ada keperluan penting," jawabnya, dan langsung meninggalkan parkiran secepat kilat.

"Ett anjir bocah gua ditinggal, sok sibuk banget tuh anak satu," ucap Daniel kesal melihat Davin yang langsung pergi begitu saja.

***

Davin mengendarai motor ninjanya dengan kecepatan normal, memasuki sebuah perumahan yang cukup elite di jakarta, dan berhenti di sebuah rumah yang berpagar hitam.

Rumah itu 2 lantai dengan bercat abu abu putih di depannya, taman depan yang tertata rapih, dan terdapat banyak tanaman disana.

Davin turun dari motornya, dan memenekan bel yang ada di sebelah kanan pagar, setelah menunggu 2 menit mendapat jawaban, wanita paruh baya dengan pakaian  daster dan kain yang berada di pundaknya membuat Davin menyimpulkan itu ada pembatu Vanna.

"Nyari siapa mas?, wah dilihat dari seragamnya si satu sekolah sama non Anna dan non Vanna ya mas?" tanyanya ramah kepada Davin.

"Iya bi benar, saya teman sekolah mereka," jawab Davin yang tak kalah ramahnya menampakan senyum yang selalu membuat perempuan yang melihatnya mempesona.

"Nyari non Anna ya? Non Anna nya belum pulang mas, kayaknya aga sorean deh soalnya tadi bilang bibi dia mau kumpul osis," jawabnya.

"Owh gitu ya bi, yaudah saya bertemu sama Vanna aja, sekalian mau jenguk dia,"

"Owh gitu silakan masuk mas motornya taruh di dalam aja," ucapnya kembali.

Davin hanya menjawab dengan anggukan, dan memasuki motornya di halaman rumah Vanna.

Wanita paruh baya itu kembali masuk ke dalam rumah yang diikuti Davin dibelakangnya.

"Silahkan duduk mas, bibi panggilkan non Vanna nya dulu," ucapnya.

"Owh iya bi terimakasih," ucap Davin.

Davin memperhatika wanita itu yang menaiki tangga hingga menghilang dari pandangannya.

Tak lama wanita itu muncul dan diikutin perempuan dibelakangnya.

Davin melihat Vanna dengan intens, melihat setiap lekukan tubuhnya.

"Ekhem," Vanna membuyarkan pandangan Davin kepadanya.

"Hai,"

Vanna hanya tersenyum dan menaikan satu alisnya.

"Lo kapan pulang dari rumah sakit?"

"Tadi pagi," jawab Vanna datar.

"Besok sekolah?"

"Iya, udah lama ga masuk, padahal masih murid baru,"

Davin tersenyum melihat Vanna yang sudah membaik, ada sesuatu yang berbeda dari Vanna yang membuat Davin tertarik dengannya.

"Besok gua jemput ya, kita sekolah bareng," ucap Davin.

"Maaf ga bisa, saya di antar papah," Vanna menundukan kepalanya.

"Yah nanti gua deh yang bilang ke papah lo, tenang aja," ucap Davin.

"Gimana sm Anna?"tanyanya.

"Nah Anna sama papah lo deh," ucap Davin yang disertai cengiran.

"Lain kali aja ya," jawab Vanna menolak ajakan Davin secara halus.

***

Anna turun dari angkutan yang tadi di naiki nya dari sekolah ke depan perumahan tempat tinggalnya.

Anna berjalan sambil menggunakan aerphone nya, bersenandung kecil yang hanya didengar oleh dirinya dan yang maha kuasa.

Anna sampai di depan pagar rumahnya, ia melihat motor tak asing baginya terparkir di teras rumahnya, dengan perasaan yang sangat bahagia tentunya, karena seseorang yang dikagumi dan disukainya berada di rumahnya.

Anna langsung berlari masuk kedalam rumah, tanpa mengucapkan salam, Anna melihat Davin yang lagi tersenyum dengan Vanna, namun Vanna hanya berekspresi datar, Anna membayangkan gimana ia yang ada diposisi Vanna kembarannya itu sekarang, tanpa Anna sadari sorot mata yang menggamparkan rasa tertarik dan suka kepada Vanna dari mata Davin dan senyumnya.

***

Yupss aku update, wkwkw maaf ya gaje, baru belajar, hehe.

Tinggalkan jejak.

Coment&like😂😂.

Terimakasih yang udah baca😆




Twin But DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang