Bagian 25

183 5 0
                                    

Vanna memeluk Davin, sebenarnya ia masih canggung dengan hubungannya dengan Davin saat ini jujur, Davin adalah laki laki pertama yang menyatakan cinta kepadanya, membuat Vanna tersadar bahwa Vanna layak juga untuk dicintai, entah saat ini ia sudah tidak terlalu memikirkan perasaan adiknya, ia juga perlu bahagia, apa lagi dari kecil Vanna tidak mendapatkan kebahagiaan sedangkan Anna mendapatkan semuanya.

Davin mengintip dari kaca spion, yang seharusnya kaca spion untuk melihat jalan di belakang, tapi saat ini kaca spion ini bealih fungsi menjadi tempat untuk memperhatikan pacarnya selama di motor.

"Kalau mau senyum-senyum, ketawa, nangis, pokoknya semua ekspresi kamu, silahkan tumpahkan saat bersama aku, karena aku menyayangimu tanpa memperdulikan seburuk apapun keadaan kamu Van."

Sudah kesekian kali, Davin membuat Vanna menjadi perempuan yang beruntung karena Tuhan telah mempertemukan laki laki yang tadinya menyebalkan bagi Vanna, menjadi laki-laki yang Vanna sendiri ingin terus berada di dekatnya, karena berada di dekatnya membuat Vanna terasa aman dan nyaman.
.

Tak lama motor Davin sampai di parkiran rumah sakit.

"Sudah sampai ya ratuku."

Davin membantu Vanna melepaskan helmnya.

Vanna masih tersenyum sambil memandangi Davin.

"Temani aku ya?  Bisa?"

"Bisa dong, kemanapun ratuku memintaa, akan dakuu kabulkan."

"Kenapa jadi alay gini si kak? Kesambet apaan?"

"Kesambet cinta kamu." jawabnya sambil menaruh helm di atas motornya.

"Cinta ternyata setan ya bisa bikin orang kesambet."

"Tentu bukan Vanna sayang."

"Dah ah, ayo ntar aku Dokter Daffa ngadu ke papah kalau aku telat."

"Tenang, ada aku." jawab Davin.

Davin mengenggam tangan Vanna memasuki rumah sakit.

Saat memasuki rumah sakit, mereka berdua melihat anak kecil perempuan yang duduk di kursi roda.

Davin menarik tangan Vanna mendekat ke anak itu.

"Kak, bukan ke situ."

"Sebentar Van."

Saat sudah berada di samping anak itu Davin melepaskan genggamannya dan membungkukan badannya.

"Hai anak cantik, kok sedih?"

"Kaka manggil aku?" jawab anak itu.

"Iya dong."

"Emang aku masih cantik ya?  Walaupun rambut aku botak, badan aku kurus, pucet?" ucap anak itu.

Vanna terenyuh mendengarnya.

"Sssttt, kata siapa kamu jelek?  Mau gimanapun keadaan kamu, kamu tetap cantik, karena setiap perempuan ditakdirin sama Allah dengan kecantikannya masing-masing."

"Jadi aku harus nerima apapun keadaan aku ya?  Walaupun teman-teman aku ngeledekin aku?"

"Iyaaps, kamu harus bisa nerima diri kamu sendiri, kalau diri sendiri aja ga bisa nerima, gimana orang lain mau menerima keadaan kita? Apapun keadaan kamu, kamu anak hebat, anak kuat, belum tentu yang ngeledekin kamu bakalan bisa sekuat kamu."

"Apapun yang terjadi kaka harap kamu bakalan bisa terus nerima diri kamu." ucap Davin. 

Anak itu tersenyum kepada Davin.

"Boleh ga aku peluk kaka?" tanya anak itu.

Davin menoleh ke Vanna, Vanna yang tak paham hanya diam saja memperhatikan mereka.  Melihat Davin yang masih memperhatikannya membuat Vanna sinis terhadapanya.

Twin But DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang