"Jadiin aku siapa siapa kamu."
Vanna yang mendengarnya cukup tertegun, seakan akan ada yang menyentuh hatinya saat Davin berbicara seperti itu.
"Kok diem?"
Vanna hanya menggeleng.
"Van? Mau secuek apapun sifat dan sikap kamu ke aku, aku ga akan nyerah buat bisa mengetuk lalu masuk dan menetap di hati kamu."
Vanna tersenyum tipis, ia cukup melihat perjuangan Davin dari awal Vanna bertemu Davin, tapi apa boleh buat Anna sangat menyukai Davin, boleh Vanna egois dalam hal ini? Anna sudah banyak mendapatkan apapun dari ia kecil, sedangkan Vanna, Vanna terlalu berat menanggung rasa sakitnya sendiri sejak ia kecil, bahkan saat ia kecil Anna mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari Papahnya sedangkan Vanna malah mendapat kebencian dari sang nenek. Vanna mencoba membuka hati kepada Davin, tapi kenapa harus Davin?
Ponsel Vanna bergetar menampilkan ada panggilan masuk, siapa lagi kalau bukan papahnya, Vanna tidak mau pulang, ia tidak mau bertemu dengan omanya, setiap ia melihat omanya semua kenangan tentang masa lalunya yang buruk akan terlihat jelas dengan rapih, bagaikan film yang berada di bioskop.
Vanna tidak mengangkat telfon papahnya.
"Kok ga di angkat?"
"Males, paling di suruh pulang." jawab Vanna.
"Kenapa ga mau pulang?"
"Lagi males di rumah."
Davin yang mendengar itu hanya mengerutkan dahi.
"Mau ikut aku ga?" tanya Davin.
"Kemana?"
"Udah ikut aja dulu." Davin berdiri, dan ia mengulurkan tangannya untuk membantu Vanna berdiri, Vanna pun meraih tangan Davin, Davin yang tangannya di raih sangat sangat bahagia.
"Owh iya tapi aku bawanya motor, tapi bawa helm dua kok." ucap Davin.
"Gapapa kak."
Davin menggenggam tangan Vanna, terlalu halus perlakuan Davin ke Vanna, Vanna yang di perlakukan seperti itu hanya tersenyum tipis.
Vanna melihat motor vespa berwarna abu abu, dari dulu Vanna sangat suka dengan motor vespa, tapi belum pernah yang namanya mengendarai atau di bonceng dengan motor vespa.
"Maaf ya, motor yang biasanya di bawa lagi ngambek, jadi ga bisa di bawa."
"Gak kak, gapapa, Vanna suka vespaa, ayo cepett, mana helm Vanna?"
Davin yang mendengar respon Vanna kaget sekaligus bahagia. Davin memberikan helm ke Vanna sekaligus mengenakan helmnya di kepala Vanna.
Vanna yang diperlakukan seperti itu hanya diam. Tak lama vespa yang dikendarai Davin dan Vanna meninggalkan taman.
Davin mengendarai motornya dengan pelan, agar ia bisa menikmati waktunya bersama Vanna.
Tak lama suara azan magrib berkumandang jelas karena masjid tak jauh dari jalanan yang sedang mereka lewati.
"Van solat dulu ya? Kamu lagi solat ga?"
"Iya kak, solat dulu"
Davin mengendarai motornya menuju masjid. Ia masuk masjid lalu Vanna dibelakangnya.
"Tempat wudu perempuan disana ya." ucap Davin sambil menunjukan arah tempat wudu.
Vanna berjalan ke tempat wudu perempuan sedangkan Davin ke tempat wudu laki laki yang terbuka.
Mereka menjalankan ibadah solat magrib. Tak lama Vanna selesei solat dan menunggu Davin di depan masjid.
Entah kenapa Vanna jadi kagum dengan sosok Davin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin But Different
Teen FictionJovanna dan Joanna, dua gadis cantik dan manis, dua suadara kembar yang sudah ditinggal ibunya setelah melahirkan mereka, mereka sama namun mereka berbeda, banyak hal yang mereka lalui, hingga mereka menemukan akhir yang sebenarnya. . . ⚠️Update ses...