Bagian 27

112 5 3
                                    

Vanna tidak akan pernah menyangka dipertemukan dengan sosok Davin bak malaikat dihidupnya, Davin benar benar seperti obat, obat yang mengobati dirinya walaupun belum sepenuhnya, luka itu masih ada, masih terus ada mau seberapa banyak obat yang mengobatinya walaupun sembuh pasti akan membekas.

Vanna melingkarkan kedua tangannya diperut Davin, ia menyenderkan kepalanya dibahu cowo itu, cowo cuek yang tiba tiba datang sehangat matahari pagi, namun seperti kutub kepada orang lain. Davin menggenggam tanggan Vanna, ia berjanji kepada dirinya sendiri tidak akan ada lagi luka yang menghampiri perempuannya, miliknya, itu yang selalu ia katakan kepada dirinya.

Motor Davin sampai di depan rumah berpagar putih, Vanna melepaskan tangannya, lalu turun dengan perlahan.

"Mau mampir?" Tawar Vanna.

"Boleh?" Tanya kembali Davin.

"Gak si, hahha." Balas Vanna dengan tawanya, Davin yang melihat itupun ikut tertawa.

Vanna dan Davin tidak menyadari ada yang memperhatikannya dari balik jendela.

"Yaudah gih, nanti aku mampir kalau kamu udah siap."

"Siap apa?" Tanya Vanna.

"Siap dilamar."

"Dih belum lah, nanti aja kapan kapan." Ucap Vanna.

"Bercanda sayang, yaudah sana masuk."

"Hehehe, yaudah dadah." Lambai Vanna.

"Dah."

Davin meninggalkan rumah Vanna, Vanna melangkah masuk ke dalam rumahnya, sebelum masuk ke dalam Vanna melihat garasi.

'Papah belum pulang ternyata'

Vanna melanjutkan langkahnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, abis dari mana kak?" Tanya Anna yang sudah berdiri di depannya.

"Dari toko buku." Jawab Vanna singkat.

"Toko buku sambil pacaran? Lu pacaran kan?"

Anna yang jarang sekali ngomong gua lu ke kakanya, kali ini Vanna mendengarnya.

"Kenapa? Masalah?" Jawab Vanna.

"Lu kenapa si kak? Harus rebut semua yang gua punya, lu ambil mamah, perhatian papah harus terbagi gara gara ada lu, sekarang Davin juga lu ambil? Lu sadar ga si kak? Kehadiran lu itu ngerebut semua yang hampir gua punya." Ucapnya kencang.

Vanna yang mendengar itu langsung tersentak, semua kenangan buruknya terlintas, dari dalam Oma menghampiri mereka.

Vanna yang melihat Omanya kembali melihat kenangan-kenangan yang seharusnya ia lupakan.

"Ada apa ini ribut-ribut? Anna kamu kenapa? " Ucap Omanya sambil menenangkan Anna yang sedang menangis.

"Sakit Oma, orang yang Anna suka direbut sama kak Vanna, padahal kak Vanna tau aku suka dia."

"An? Apa aku ga berhak bahagia? Apa aku ga berhak tertawa lepas? Kamu ga pernah tau apa yang aku rasain selama gaada kamu dan papah. Kamu ga tau rasanya dituduh sebagai pembunuh padahal kalau aku tau mamah yang mengorbankan nyawanya demi aku, aku lebih baik yang ga selamat An." Jawab Vanna.

"Kamu kira selama gaada kamu dan papah aku bahagia An? Kamu inget ga keadaan saat aku ketemu kamu gimana?apa aku terlihat bahagia?"

"Kali ini aja aku egois An, aku juga mau bahagia." Ucap Vanna lalu pergi meninggalkan Oma dan Anna yang masih mematung diam tak bisa berkata dan tak tau harus apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twin But DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang