6. Voice

815 111 2
                                    

-A few month later-

Tak banyak yang berubah di kantor penerbit, hanya meja Hanbin yang kini kosong dan Chanu yang lebih sering terlihat di kantor karena tugasnya sebagai editor.

Chanu dan Jinhwan duduk bersama di kantin kantor untuk makan siang. Chanu menunggu pesanan sambil bermain game di ponselnya, Jinhwan juga mengotak-atik ponselnya sambil sesekali menggerutu. Chanu yang terusik karena Jinhwan dan berakhir dengan game over merasa kesal. Jinhwan dan mulutnya itu sangat mengganggu bagi Chanu yang sedang berada di tengah-tengah perang di ponsel.

"Hyung, kau ini kenapa sih ribut mulu? Kau membuatku kalah game"

"Diam saja kau, aku sedang kesal. Lagipula kalau kau kalah, itu karena kau tidak pandai memainkannya"

"Jika aku tidak pandai bermain game, maka kau disebut apa? Kau saja hanya bisa bermain tetris"

"Aku kan memang tidak menyukai game, sudahlah aku sedang malas menanggapimu"

"Kau daritadi terlihat kesal, memangnya kenapa?"

"Hanbin. Dia sama sekali tak bisa dihubungi sejak kembali ke Jeju"

"Hanbin hyung masih belum menghubungi mu?"

"Iya, dia pernah sekali mengirimiku surat dan mengatakan bahwa kabarnya baik-baik saja. Dari suratnya aku mengetahui alamatnya, aku membalasnya dan mengatakan akan berkunjung ketika libur chuseok tiba tapi sampai sekarang belum dibalas"

"Sudah berapa lama?"

"Dua bulan yang lalu, ponselnya juga tidak aktif tiap kali kuhubungi"

"Hanbin hyung tidak menghubungimu? Tapi dia pernah menelponku. Aku bahkan sedang menyelesaikan triloginya"

"SUNGGUH??!!" Jinhwan berteriak tanpa tau tempat. Seketika seisi kantin melirik mereka, Chanu bahkan sampai menunduk meminta maaf.

"Jung Chanu, katakan kau tidak berbohong kan?!" Tanya Jinhwan dengan penekanan di tiap katanya

"Aku sungguh-sungguh. Kurasa itu sekitar empat bulan lalu, Hanbin hyung menelpon dan mengatakan ia telah kembali menulis. Sejak saat itu dia selalu mengirim draf lewat email setiap dua sampai tiga minggu sekali meskipun tak sebanyak tulisannya sebelumnya"

"Apa dia pernah menelponmu sejak saat itu?"

"Tidak. Aku juga pernah mencoba menghubunginya tapi ponselnya juga selalu tidak aktif. Aku juga pernah membalas emailnya menanyakan keadaanya, tapi tak pernah dia jawab jadi aku menyerah. Setelah itu aku hanya membalas bahwa aku akan meninjau tulisannya. Jadi selama dia tetap menulis lewat email, kurasa Hanbin hyung baik-baik saja"

"Arghh.. kenapa bocah itu merepotkan sekali sih."

"Hyung, walaupun ia tetap menulis seperti itu aku juga tetap khawatir dengannya. Bolehkah aku ikut mengunjunginya saat kau kesana?"

"Suratku saja tidak dibalas, mana mungkin aku mengajak orang asing ke rumahnya"

"Hyung aku kan bukan orang asing"

****

Hanbin baru saja selesai lari pagi di sekitar rumah sederhananya. Sebelum masuk ke pekarangannya, ia melihat sejenak kebun kecilnya dengan berbagai tanaman hias di dalam pot plastik yang berjejer rapi. Selama di Jeju, Hanbin bertahan hidup dengan berjualan tanaman hias, merawat tanaman tidak susah tetapi melayani pembeli sedikit sulit untuk nya. Hanbin memang tak terbiasa bertemu dengan banyak orang, walaupun ramah sebenarnya Hanbin merasa kikuk saat menghadapi pelanggannya.

Setelah membersihkan tubuh dan mandi Hanbin bersiap untuk memasak. Sup ketang Sujebi dengan kimchi adalah pilihan yang sempurna. Hanbin makan dengan lahap hingga suapan terakhir ia merasakan daging kerang yang lembut, ia jadi teringat Bobby. Bobby tak bisa makan kerang, ia juga tak bisa makan seafood jenis lain. Bobby juga tak bisa makan makanan mentah, ia juga tak suka sayur. Dulu Hanbin sering sekali kebingungan saat ingin memasak untuk Bobby. Bobby bukan orang yang pemilih soal makanan, tapi Bobby sangat pemilih soal bahan makanan. Bukan karena Bobby tak ingin memakannya tapi Bobby tak bisa memakannya.

Time, Love, and Death [DoubleB] Bobby X HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang