1. Pain

1.7K 151 14
                                    


Kim Hanbin atau yang dikenal dengan nama pena B.I berdiri menghadap kaca apartemennya, menatap langit malam dengan tatapan sayu yang sirat akan membagai macam emosi. Kesedihan, kemarahan, kecewa, sedih, semua bercampur menjadi satu dalam iris kelamnya. Matanya terlihat kosong tapi pikirannya menerawang jauh. Banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya, tentang kuliahnya, tentang atasan yang terus menekannya untuk menyelesaikan triloginya, tentang keluarganya dan tentang kisah cintanya. Tak apa, dia bisa bertahan selama ini, selama Bobby Kim ada di sisinya. Bobby adalah pria pertama yang mampu membuatnya berani menghadapi dunia ini, membuatnya berani menegakkan kembali kepalanya menghadapi dunia yang telah lama membuatnya ingin menyerah. Tapi semua runtuh ketika ia mendapat panggilan dari Mino yang menemukan Bobby tengah berada di Club bersama pacarnya Jisoo. Mino memukuli Bobby tapi dia tak tega meninggalkan Bobby dalam keadaan mabuk dan babak belur sendirian jadi ia menelpon Hanbin.

Jujur saja, dalam perjalanan kesana hatinya sangat berkecamuk. Ia tak ingin mempercayai hal ini tapi ketika melihat Bobby di sana dunianya serasa hancur. Semudah itukah Bobby membawa kepercayaannya pergi dan menghancurkannya menjadi kepingan kepingan tak berbentuk. Tak apa Bobby dapat melakukannya mungkin hanya Hanbin saja yang terlalu mencintai Bobby, mungkin hanya Hanbin saja yang bodoh menjadikan Bobby sebagai poros dunianya yang hancur. Benar untuk apa Bobby bertahan dengan Hanbin yang dunianya telah hancur, Bobby pantas untuk pergi Hanbin saja yang tak tahu diri.

Hanbin pergi menuju atas ranjangnya, ruangan ini penuh dengan aroma bir. Hanbin bukan orang yang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan alkohol tapi untuk malam ini saja biarkan dia melupakam beban hidupnya dengan berlari pada alkohol. Hanbin mengambil obat tidurnya yang ia simpan di meja nakas samping ranjangnya. Obat tidur ini telah menemani separuh masa mudanya, ia gak pernah bisa tidur tanpa bantuan pil kecil itu. Tanpa menghitung berapa banyak pil dalam genggamannya ia meneguknya bersama sisa bir.

****

"Sial, bocah ini tak bisa dihubungi "

"Chanu diamlah, kapalaku pusing mendengar umpatanmu pagi-pagi begini"

"Jennie ayolah, kau tau sendiri bagaimana direktur Yang keparat Hyunsuk itu kalau mengomel. Dan bocah ini malah tak bisa dihubungi"

"Yang Hyungsuk itu memang jagonya membuat orang berhasrat ingin melubangi kepalanya. Jadi itu alasanmu mengumpat pagi pagi begini?"

"Itu salah satunya, penyebabnya adalah Hanbin hyung tak dapat di hubungi sejak tadi itu yang membuatku didamprat direktur Yang"

"Hanbin belum datang? Heol, mimpi apa dia tumben sekali terlambat. Datangi saja apartemennya"

"Mana kutahu alamatnya"

"Manajer macam apa kau yang tak tau alamat penulismu. Tanyakan saja pada Jinhwan oppa, mereka kan dekat"

"Kau tau sendiri Kim Jinhwan pendek itu bagai beruang hibernasi yang tidak mampu dibangunkan bahkan dengan omelan Yang Hyunsuk. Mana mungkin dia sudah datang"

"Aku heran kenapa dia belum dipecat"

Plaaakkk

"Pintar sekali bicaramu Jennie" Jinhwan datang sambil memukul kepala Jennie dengan gulungan kertas di tangannya

"Oh hyung, bisa antarkan aku ke apartemen Hanbin?"

"Kau pikir aku tak ada kerjaan?"

"Oh ayolah hyung, kutraktir taco sepuasmu. Aku tak bisa menghubungi Hanbin hyung daritadi aku bahkan sampai di damprat direktur Yang"

"Taco saja tidak cukup. Segelas macchiato dan latte serta sebotol wine dari kulkasmu. Setuju?"

"Baiklah semaumu yang penting aku bisa bertemu Hanbin"

"Sopanlah Chanu, dia lebih tua darimu. Baiklah akan kuantar lagipula tak ada yang harus ku edit Seungyoon sudah menerbitkan novelnya 2 hari yang lalu"

"Heol, kau bilang kau banyak kerjaan"

****

Sesampainya di apartemen Hanbin, Chanu dan Jinhwan sudah menekan bel apartemen berkali-kali tapi tak ada sahutan sama sekali.

"Sepertinya dia tidak di apartemen"

"Lalu kemana? Dia juga tidak ada di kantor?"

"Mungkin mengurus surat rekomendasi, beberapa hari yang lali dia bilang ingin mengajukan beasiswa untuk studi lanjutannya"

"Kenapa Hanbin hyung bisa semerepotkan ini?"

"Ku rasa dia hanya ingin menghindari direktur Yang, kau tau kan sejak bukunya menjadi best seller dia bukannya dipuji malah semakin ditekan untuk menyelesaikan triloginya. Coba kalau itu aku, sudah kusiram kuah jjampong mungkin direktur."

"Kita kembali saja ke kantor hyung"

"Kau lupa traktiranku?"

"Baiklah, baiklah kita pergi ke tempat pilihanmu"

****

Bobby bangun dengan keadaan berantakan, efek hang over benar-benar menyakitkan apalagi lebam di sudut bibirnya. Walaupun mabuk dia masih ingat bagaimana Mino menghajarnya semalam. Mino salah paham dengannya yang bersama Jisoo semalam, hey mana mungkin Bobby merebut pacar temannya. Lagipula dia sudah mempunyai Hanbin, Bobby semalam hanya tak sengaja bertemu Jisoo di club. Dia sedang mabuk parah dan Jisoo memesankan kamar agar Bobby bisa beristirahat sambil menunggu Jisoo yang akan menelpon Hanbin untuk membawanya pulang. Soal Bobby yang memeluk Jisoo itu hal wajarkan, maksudnya Bobby sedang mabuk mana bisa berjalan tanpa bantuan dari Jisoo yang membopongnya. Dimana letak kesalahan Bobby hingga pantas mendapat lebam seperti itu. Dasar Mino keparat.

"Arghh sial, aku pusing"

Bobby berjalan dengan gontai ke kamar mandi, ia sebenarnya malas untuk ke studionya lagipula ia akan bertemu Mino. Tapi jika tidak dijelaskan bisa-bisa grup duo rap MOBB mereka hancur. Dengan ogah-ogahan Bobby mulai bersiap.

Setelah mandi pagi yang tidak bisa dikatakan pagi itu Bobby segera memakai bajunya. Bukannya pakaian rapi yang ia pakai malah dia kembali mengenakan kaos dan duduk di depan komputernya sambil bermain game.

"Masa bodohlah dengan Mino, aku ke studio malam saja"

****

Jujur bohong jika setelah pulang dari apartemen Hanbin Jinhwan tidak khawatir. Hanbin dan Jinhwan sebenarnya sangat dekat, Jihwan tau segala macam drama pelik yang dilalui Hanbin sejak remaja. Jinhwan tau segalanya, tak perlu mengumbar kedekatan yang berlebihan nyatanya memang dekat walau tanpa bicarapun Jinhwan tau perasaan Hanbin. Tapi Hanbin terlalu minim bercerita, walaupun Jinhwan tau perasaan dan masalahnya tapi tak pernah sekalipun Hanbin benar-benar bercerita penyebabnya.

Sejak pagi, Jinhwan masih terus mencoba menelpon Hanbin tapi tak ada satupun panggilanya yang diangkat hingga detik ini. Hingga detik dimana Jinhwan telah pulang dari kantor artinya dimana malam mulai menjemput. Berbagai skenario buruk tengah berputar di kepala Jinhwan tapi tak ada satupun yang Jinhwan harap benar-benar terjadi.

"Kim Hanbin dimana kau" batinnya

***
.
.
.
.
.
.
.

Ku nyerah mau bikin Ff straight, belum bisa nulis selain yaoi. Nanti aja kalo udah tobat. Gegara Ikontv gue kobam DoubleB padahal dulu gue anti Hanbin ditusuk. Dulu lebih suka BinHwan

Time, Love, and Death [DoubleB] Bobby X HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang