Jeju, 30/07/2018
Saat menerima ini, kuharap hal yang pertama kali kau lakukan bukanlah mengumpat. Maaf aku terlalu lama membalas suratmu. Dan maaf aku belum menepati janjiku untuk mengatakan semuanya padamu. Baiklah, aku mengaku aku memang bodoh hyung, yah aku sempat begitu bodoh dan melarikan diri bersembunyi disini. Awalnya aku memang berniat menyerah pada hidupku, tapi kini kau sadar bahwa aku harus lebih kuat.
Jujur aku sebenarnya takut pada kematian, aku takut bagaimana saat nyawaku keluar dari tubuhku. Aku takut bagaimana Tuhan akan memandangku nanti dan aku takut tentang bagaimana takdirku di kehidupan selanjutnya. Tapi kematian pernah menjadi tempat yang ingin kutuju dalam beberapa alasan.Tapi seiring berjalannya waktu aku sadar, bahwa kematian bukanlah pelarian yang pantas, kematian akan datang jika waktunya telah tiba.
Dan waktuku sebelum kematian datang harus kujalani dengan sebaik mungkin kan? Waktu mengajaranku bahwa luka kan sembuh seiring dengannya. Waktu memberitahuku bahwa perputarannya mampu mengantarkan hal-hal yang tak terduga. Dan hal-hal tak terduga tersebut mungkin saja akan kulewatkan dan kusesali jika tak kunjung kusadari.
Mungkin aku terlalu memandang hidup dengan sebelah mata, mungkin aku yang terbiasa dengan rasa kekecewaan dan penolakan membuatku hidup hanya dengan memandang rasa sakit. Aku yang selama ini berpikir cinta dan kasih sayang hanya hal semu ternyata salah. Kau, paman dan bibi, ibu dan Hanbyul, Chanu maupun Bobbykalianbegitu berharga. Dan aku telalu bodoh untuk menyadarinya. Sebelum terlambat, aku tak ingin semakin mengaaukan semuanya.
Dan untuk libur Chuseok, kau tak usah kesini. Aku akan segera kembali ke Seoul, tunggu saja kan kukabari selanjutnya.
KIM HANBIN
****
Kim Jinhwan tak bisa menuruti apa yang diminta Hanbin padanya, yah setelah membaca surat yang ia terima di kantornya itu Jinhwan langsung saja mengumpat. Hal itu menyebabkan ia hampir disiram kopi oleh Chanu dan mendapat lemparan gulungan kertas dari Jennie yang berada di meja sebelahnya. Jinhwan benar-benar tak bisa menebak jalan pikiran Hanbin, sungguh maunya bocah satu itu apa sih?
"Chanu, apa Hanbin masih terus mengirim draf padamu?"
"Ya, aku masih terus merevisinya. Ada apa?"
"Kapan terakhir kali dia mengirimnya padamu?"
"Semalam. Aku baru membacanya pagi tadi, aku sedang merevisinya sekarang. Kau kenapa sih?"
"Nanti saja saat makan siang kuberitahu"
****
"Aku... kacau" Hanbin tercekat mendengar suara Bobby di seberang sana. Butuh waktu sangat lama baginya untuk bisa kembali berbicara pada Bobby. Tapi mendengar nada parau dan keputus asaan disana membuatnya pun ikut hancur. Ego dan kemarahannya seakan meminta untuk roboh, tapi kekecewaannaya masih tetap berdiri tegak. Hanbin akhirnya mengalah dan memilih untuk tak menjadi egois.
"Maafkan kau.."
"Bukan kau yang salah dan bukan pula aku yang salah. Kita berdua yang salah"
"Ku rasa memang benar"
"Maafkan kau.."
"Kenapa? Kau bilang ini juga bukan salahmu?"
"Ini salah kita, kau dan kau. Kau sudah mengatakan maaf, kini giliranku"
"Hehe, kau menjadi sedikit cheesy tau"
"Iya aku tau. Hanbin, boleh aku mengatakan tentang malam itu?"
"Jangan.."
"Kenapa?"
"Aku hanya belum siap"
"Baiklah, maafkan aku"
"Kenapa meminta maaf lagi?"
"Aku hanya merasa buruk. Apa kau akan kembali kesini?"
"Ya.. sebentar lagi"
"Perlu ku jemput?"
"Tak usah, aku bisa mengurusnya sendiri"
"Baiklah jika itu maumu. Setidaknya kirimi aku pesan sebelum tak take off"
"Baik.."
Hanbin yang baru saja terbangun dari tidurnya hanya menatap langit-langit kamarnya. Ia tak begitu mengingat percakapannya kemarin sore dengan Bobby. Rasanya seperti mimpi, masih sulit baginya untuk percaya bahwa kemarin ia kembali bercakap dengan Bobby setelah sekian lama. Tapi mengingat Bobby yang mengatakan begitu banyak permintaan maaf membuatnya sedikit khawatir. Ia takut bahwa kenyataan yang menunggunya di Seoul tak seindah yang ia bayangkan, dan menghadapi masalah yang ia tinggalkan ternyata tak semudah yang ia pikirkan. Tapi ia telah berjanji pada dirinya sendiri, apapun itu Hanbin tak akan lari lagi.
****
Ting.. tong.. ting.. tong..
Suara bel apartemen Bobby berbunyi, seorang tamu mengunjunginya. Bobby yang saat itu sedang mengerjakan liriknya di segera membukakan pintu, tanpa melihat interkom. Kebiasaan Bobby memang.
"Minjung.. kenapa kau disini?" Dialah wanita yang sering Bobby sewa di club.
"Oppa, kenapa tak bisa dihubungi?"
"Ada perlu apa sih? Masuk dulu"
Minjung duduk di sofa ruang tamu apartemen Bobby. Bobby membawa minuman kaleng untuknya.
"Apa yang membawamu kemari?"
"Tak ada apa-apa. Hanya rindu saja"
"Ayolah, aku sedang sibuk"
"Kau itu kenapa sih? Kupikir hubungan kita telah berubah sejak beberapa bulan lalu"
"Apa maksudmu? Minjung maaf, tapi sepertinya kau salah paham"
"Lalu kenapa akhir-akhir ini kau selalu mencariku. Apa hubungan kita beberapa bulan tak ada artinya?"
"Minjung bukan begitu, aku tahu kau salah paham. Tapi aku tegaskan tak pernah ada ikatan apapun diantara kita."
"Apa kau memiliki kekasih? Itu sebabnya kau berubah? Oppa.. kenapa kau tega sekali?"
"Kita hanya partner one night stand, kumohon bisa tinggalkan apartemenku? Aku masih menghormatimu sskarang"
"Jawab aku!! Kau punya kekasih baru?"
"Yaa!! Aku memilikinya, bahkan sebelum aku mengenalmu..!!"
"Lalu kenapa kau melakukan itu padaku?! Ah, jangan-jangan dia tak memuaskanmu? Dan kau begitu rendahnya lalu meniduriku?"
"Kau tak tau apa-apa. Kumohon keluarlah sekarang"
"Kau harus menebus semuanya Kim Bobby"
Minjung pergi sambil membanting kasar pintu apartemen Bobby. Minjung sungguh kecewa sebelum mengungkapkan bahwa ada bayi Bobby yang kini berada di kandungannya, mendengar Bobby yang hanya menganggapnya partner one night stand membuatnya tak kuasa untuk berada disana lebih lama.
Bobby mengacak rambutnya kasar. Apa yang barusan terjadi? Bagaimana jika wanita itu datang merusak hubungan yang sedang ia coba perbaiki bersama Hanbin. Bobby tau itu kesalahannya, saat Minjung menemuinya dengan wajah pucatnya. Bobby tau ada yang tak beres, tapi ia tak ingin memikirkan kemungkinan yang menakutkan. Ia sadar ia sering kelepasan saat berada di club, ia sering melakukannya dengan Minjung tanpa memastikan apakah dia meminum pilnya dulu. Ia tau semua ini kesalahannya, ia tak berani membayangkan akan seperti apa Hanbin nanti jika tau kelakuannya nanti.
.
.
.
.
.
Percayalah bahwa konfliknya baru akan dimulai. Maybe gue bakal up agak lama soalnya gue mau sibuk ospek. Gue maba gaes, di salah satu 10 ptn terbaik di Indo. Eaaaa *songong ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Time, Love, and Death [DoubleB] Bobby X Hanbin
FanfictionAku menulis untuk Waktu Aku menulis untuk Cinta Aku menulis untuk Kematian Aku tak mengharap sebuah balasan tapi akan ku cari sebuah jawaban Started on 20/07/2018