14. Over

482 67 10
                                    

Hanbin masih tak bisa menahan air matanya, ya ia menangis tetapi tanpa suara. Setelah ia merasa bahwa cukup kuat untuk menatap ke depan kembali,Hanbin bangkit dan meninggalkan kursinya. Tak apa, mari memulai langkah yang baru. Walaupun berat melangkah tanpa seseorang yang kau cintai, dunia masih memiliki banyak cinta.

"hidupku baik-baik saja sebelum kau hadir dan membuatnya lebih berwarna, harusnya saat kau pergi hidupku kembali baik-baik saja kan?" begitu pikir Hanbin. Hanbin menuju halte bus walaupun ia tahu bus terakhir telah lewat bahkan beberapa jam yang lalu. Hanbin duduk sambil dengan kedua aerphone berwarna putih di telinganya. Saat sedih Hanbin memang sangat suka mendengarkan musik, terlebih untuk mengalihkan fokusnya dari hal-hal yang membuat hatinya sakit. Hanbin duduk sambil menutuo kedua matanya, berharap rasa sakit yang ia terima akan sejenak terlupakan. Hanbin menunggu taxi dengan sabar, ia tak ingin kembali ke apartemennya terlebih dahulu, toh ia akan merasa kesepian di apartemennya nanti. Ia hanya duduk disana, sambil melihat mobil yang berlalu lalang meskipun sudah jarang. Tak pernah sdikitpun ia berpikir bahwa kisah cintanya bersama Bobby akan mendapatkan skenario yang seperti ini.

The long night is following you as it flows
Time follows you and fades
Why are you getting farther away
So far that I can't reach you?
Tell me why, you're so far away
Can't you see me in your eyes anymore?

-BTS; Love is not over

Saat  Hanbin tengah menutup mata, sambil menyendarkan punggungnya di halte sebuah mobil berhenti  tepat di depan halte nya. Hanbin kemudian membuka mata dan mobil tersebut mneurunkan kaca bagian kemudinya.

"Hyuuuung..." Jung Chanwoo ternyata

"Apa yang kau lakukan?"

"Hanya menunggu taxi, kau sendiri kenapa berkeliaran di jalanan saat sudah mendekati pagi seperti ini?"

"Aku barusan dari restoran sehabis merayakan kedatangan Jaewon hyung di Korea"

"Aku tidak melihat Jaewon."

"Dia membawa mobil sendiri, kau sendiri?"

"Aa.. aku hanya tiba-tiba menginginkan es krim tadi"

"Tengah malam begini?"

"Hehehe entahlah"

"Hyung, masuklah akan kuantar"

Hanbin duduk si kursi depan bersama Chanu, ia menikmati musik yang sedang diputar Chanu. Pandangannya lurus ke depan sambil sesekali menggoyangkan bahunya pelan, namun tak sepatah katapun ia ucpkan. Chanu sendiri menjadi sedikit canggung.

"Hyung, aku tidak tahu arah apartemen barumu. Apa kita di jalan yang benar?"

"Aku malas pulang ke sana, bawaa aku kemanapun"

"Kau ada masalah?"

"Tidak sih, hanya saja aku kan tinggal sendiri. Aku sedikit kesepin saja ssat disana hehe.."-bohong

"Hhmm.. baiklah ke apartemenku saja bagaimanna? ada Jaewon hyung juga. Kita bisa bermain game bertiga semalaman"

"Tidak buruk, ayo kita kesana"

Hanbin dan Chanu mampir ke supermarket untuk membeli beberapa camilan yang akan menemani malam mereka . Beberapa bungkus camilan ringan dan botol minuman bersoda sepertinya cukup. Mereka tidak membeli bir atau soju karena baik Hanbin maupun Cahnu bukanlah peminum berat.

Sesampainya di apartemen Chanu, Hanbin mengecek ponselnya. 1 pesan dari Bobby yang menanyakan apakah ia telah sampai di apartemennya. Hanbin rasa, itu mungkin menjadi pesan terakhir yang akan Bobby kirim padanya. Bukannya tak mau menjawab, hanya saja perpisahan yang terjadi sungguh masih diluar nalarnya. Tanpa membuka atau menjawab pesan tersebut Hanbin langsung menghapusnya. Sejenak ia memandangi ponselnya, sungguh hanya sejenak namun hingga tak sadar bahwa Jaewon telah sampai di apartemen dan memperhatikannya yang seolah sedang memelototi layar ponselnya. Jaewon meniup telinga Hanbin, hingga ia terkejut dan hampir terjengkang dari sofa.

"Ponselmu bisa mati ketakutan karena kau pelototi"

"Jaewon hyung, jangan mengagetkanku seperti itu"

"Kenapa serius sekali, ada apa memangnya"

"Bukan apa-apa hanya masalah tak penting"

"Kau bilang tak penting tapi seakan kau melihat hantu"

"Hyung... jangan berlebihan" kata Hanbin sambil mencoba terlihat baik-baik saja

"Kau darimana saja baru sampai?"- Chanu datang sambil membawa beberapa camilan

"Dimana sopan santunmu bocah" Jaewon sedikit kesal

"Heheh.. maaf hyung"

"Hyung, Hanbin hyung boleh menginap disini kan? dia belum ikut merayakan pesta kedatanganmu"

"Tentu saja, aku malah senang. Memangnya apa yang akan kita lakukan?"

"Bermain game saja hingga pagi, atau menonton film" usul Hanbin

"Kenapa terdengar membosankan ya? perlukah kupanggil beberapa wanita?"

"Aisshhh.. Jangan aneh-aneh!!"

"Hehehe aku bercanda, baiklahhh"

****
Sementara itu Bobby sedang berada di kamar Minjung. Setelah menenangkan Minjung, Bobby menemaninya hingga ia tertidur. Minjung tidur dengan lengan Bobby sebagai bantalnya. Mereka seperti pasangan yang romantis, namun sebenarnya tidak. Pikiran Bobby tengah tertuju pada Hanbin. Pesan terakhir yang belum terbalas, hingga bayangan Hanbin yang menangis di cafe tadi seakan tak mau sirna dari benaknya. Perasaan bersalah dan umpatan yang ia tujukan pada dirinya sendiri seolah tak mau sirna.

Bukankah memang itu hal yang pantas untuk pria seperti Bobby? sedangkan Hanbin tengah menghabiskan malam bersama Chanu jan Jaewon. Walaupun mungkin ia tengah mencoba menutupi luka yang sama sakitnya seperti Bobby.

Bobby tengah menengok ke arah Minjung, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya. Cantik, satu kata yang tak bisa Bobby elak untuk mendeskripaikan Minjung. Namun, tak menarik. Tak mampu membuat Bobby berdebar apalagi  jatuh hati dengan. Entahlah, mungkin belum. Siapa pula yang tahu. Tapi mau tak mau, Bobby sudah  memilih langkahnya kan. Mundur pun percuma, dan tak akan merubah keadaan. Justru menghancurkan kedua pihak.

Minjung yang merasa terusik dengan sentuhan Bobby pun terbangun, ia mengerjapkan mata sejenak sebelum tersadar dan melihat Bobby yang kini memeluknya. Rasanya benar-benar  seperti mimpi, seseorang yang ia nantikan selama 8 tahun kini ada di depannya. Ia menjulurkan tangannya, mencoba memastikan bahwa Bobby yang ada di depannya bukan sekedar ilusi semata. Ia berniat menyentuh wajah Bobby namun, Bobby segera menepisnya dan menggenggam tangan Minjung. Masih terasa aneh bahwa seseorang di pelukannya itu bukanlah Hanbin.

"Kenapa belum tidur?" tanya Minjung lirih

"Sudah, tapi aku terbangun" -bohong

"Apa kau mimpi buruk?"

"Tidak apa, kau tidurlah"

"Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?"

"Tidak ada, kau tidurlah kembali ini sudah menjelang pagi"

"Maafkan aku ya" Minjung kemudian memeluk Bobbu dan menenggelamkan wajahnya di pundak Bobby

"Tak apa, semua sudah terjadi. Kau juga jangan bebani dirimu dengan pemikiran yang tak perlu"

Yah, mari berdamai dengan keadaan
-Bobby



Time, Love, and Death [DoubleB] Bobby X HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang