Hanbin duduk di kursi bandara sambil menunggu keberangkatannya. Dia memegang ponselnya gelisah, ia terus bertanya
"Haruskah ia memanggil Bobby?"
Apa yang akan didapatkannya jika ia memanggil Bobby. Dan apa yang akan didapatkannya jika ia tak memanggil Bobby. Ia terus berpikir hingga ia telah mencapai sebuah keputusan yaitu untuk memanggil Bobby.
Mungkin saja dengan memanggil Bobby, setidaknya ada keputusan diantara mereka. Setidaknya ada kepastian di antara jarak mereka. Walaupun perpisahan memang bukan hal yang dia inginkan tapi jika keadaan memaksa, setidaknya harus ada kepastian kan?
Setelah beberapa detik terdengar nada sambung, akhirnya Bobby mengangkat panggilannya."Hello, Hanbin ada apa?"
"Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu"
"Baiklah.. katakan saja" jujur Bobby pun gugup menanti apa yang akan Hanbin katakan.
"Mungkin untuk beberapa waktu aku tak bisa menghubungimu atau menemuimu. Aku sedang pergi ke suatu tempat untuk mencari ide. Bisakah.. kau menungguku?"
"Kau mau pergi kemana?"
"Hanya mencari ide saja, tak akan lama"
"Hanbin, aku tau kau menyembunyikan sesuatu. Aku tau itu salahku, tak bisakah kita membicarakannya? Akan kujelaskan semuanya"
"Bukan seperti itu.. Aku tak masalah dengan kejadian yang lalu. Aku hanya ingin merenung dan menyadari dimana kesalahan hubungan kita, dimana hal yang harus diperbaiki. Karena aku tak ingin hubungan kita berakhir, kau juga kan?"
"Tentu saja, aku juga tak ingin semua berakhir. Baiklah jika itu keputusanmu, tapi setidaknya beritahu aku kau pergi kemana?"
"Aku tak pergi jauh, sungguh. Tapi untuk bertemu sepertinya akan sulit"
"Jika kau tak bisa menghubungiku atau menemuiku, tak masalah. Aku yang akan menghubungimu, aku yang akan menemuimu, aku yang akan berlari ke arahmu. Beritahu aku Hanbin"
"Tak jauh sungguh, sudah ya. Sampai jumpa"
Tut.. tutt.. tutt..
Hanbin menghela nafas berat setelah mengakhiri panggilannya sepihak. Bobby pasti kesal, tapi ini sudah keputusannya, mau bagaimana lagi. Ia hanya ingin memulihkan raga dan batinnya, healing itu yang ia butuhkan.
****
We lived our own lives
And on our way to each other
We already ran out of breath
Even though we missed each other
When we see each other, we’re busy grinding our teeth•Bobby - I Love You•
Bobby kesal, entahlah. Dia juga bingung dengan perasaannya. Sebenarnya ia tak rela tapi juga sedikit tenang karena setidaknya Hanbin memastikan tak ada perpisahan diantara mereka walaupun jarak mereka semakin jauh. Yah, katakanlah Bobby brengsek. Sebenarnya ia sedikit senang juga ia bisa bebas bermain ke club malam. Akui saja Bobby memang brengsek.
Hubungannya dengan Hanbin bisa dibilang tak pernah ada masalah serius, paling-paling hanya sesekali bertengkar karena cemburu itupun sudah sangat lama. Hal seperti itu sesekali terjadi di awal mereka menjalin hubungan, hampir tak pernah terjadi belakangan ini. Hubungan mereka terlalu lurus, hingga Bobby akhirnya bosan.
Bobby tau walaupun hubungan ini membosankan, ia sadar bahwa satu-satunya yang ia butuhkan adalah Hanbin. Karena hanya Hanbin yang sepenuhnya tahu siapa dirinya, hanya Hanbin yang memahaminya. Memahami segala sikapnya, memahami bagaimana perasaannya. Ia pun yang paling tau bagaimana cara membuat Bobby nyaman, paling tau bagaimana masa lalu Bobby. Tapi berada di zona nyaman terlalu lama pasti akan bosan kan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time, Love, and Death [DoubleB] Bobby X Hanbin
FanfictionAku menulis untuk Waktu Aku menulis untuk Cinta Aku menulis untuk Kematian Aku tak mengharap sebuah balasan tapi akan ku cari sebuah jawaban Started on 20/07/2018