Sampai di rumah rasya, rasya langsung turun dari motor nya setelah memberikan helm pada dewa.
Dewa juga ikut turun, karena supir nya pak ujang belum tiba, jadi dewa berencana menunggu pak ujang di teras rumah rasya.
Namun, dewa melihat rasya berdiri terpaku menangis segegukan di daun pintu rumah nya. Iya, rasya menangis, tapi kenapa?
Dewa mendekat."sya, kenapa? "
" mau kamu apa? "
" aku cuman mau kamu tetap disini mas, gimana kalok rasya dan resa tau gimana mas, pikirin anak-anak mu mas"
"kan kamu bisa jaga mereka, kamu tenang aja, nanti aku transfer uang tiap bulan nya"
"bukan itu yang aku mau mas, aku mau kamu disini sama kami"
Suara itu berasal dari dalam rumah rasya. Suara itu jelas suara dari ayah dan ibu nya rasya yang sedang bertengkar.
Dewa menyentuh bahu rasya berusaha menguatkannya. Dewa pernah berada di posisi itu. Dewa pernah merasakan sakit nya kehilangan kasih sayang kedua orang tua bahkan sampai saat ini pun dewa masih kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya , dewa pernah merasakan sakit, kecewa, terpuruk dari semua masalah itu.
Masalah yang di sebabkan dari orang tuanya."rasya" ayah dan ibu rasya baru sadar kalau rasya sudah ada disana mendengar semua pertengkaran mereka.
Rasya pergi meninggalkan teras rumah nya, menuju motor nya tanpa memperdulikan ayah dan ibu yang nyaemanggil nya.
Dewa mengikuti rasya, rasa nya kurang meyakinkan kalau rasya menyetir motor dalam keadaan kalut seperti ini."sya, aku yang nyetir ya"
Rasya mengangguk, karena ia juga bingung kemana ia hendak pergi.
Dewa melajukan motor itu ke suatu tempat yang menurut dewa cocok untuk rasya saat ini.
Saat motor itu berhenti, rasya bingung kenapa dewa membawa nya ke gedung perusahaan ini.
Dewa hanya diam, sambil menggandeng tangan mungil rasya masuk ke gedung itu.
Semua karyawan di gedung itu sepertinya mengenal dewa. Karena semua nya memberikan sapaan ramah padanya.
Mereka masuk lift, dewa menekan tombol lantai tertinggi, rasya hanya menunduk, menahan tangis yang sudah sejak tadi ia tahan.Tingg
Mereka sampai di rooftof.
"nangis aja, gak bakalan ada yang tau kok"
Rasya terdiam.
Rasya menunduk memperhatikan sepatu sekolah nya yang bersih karena ia memang menjaga kebersihan, mungkin ini adalah rasa sakit yang paling menyakitkan yang pernah rasya rasakan.
Ia belum pernah merasa di khianatin seperti ini.
Ayah nya yang selama ini dia banggakan, ayah yang selama ini selalu menjadi panutan nya, ayah yang selama ini menjadi pelindung nya, ayah yang selama ini selalu mengerti semua keadaan dan keinginan hatinya telah mengkhianatinya, resa dan ibu nya.Sakit.
Itu yang rasya rasakan saat ini. Sangat sakit. Sampai air matanya tak bisa lagi ia berhentikan.
"sya, aku juga pernah ada di posisi kamu, waktu aku duduk di kelas 6 sd saat aku butuh dukungan buat peesiapan sekolah ke jenjang selanjutnya papa malah pergi ninggalin mama buat perempuan lain, dan aku kira hanya papa yang jahat, ternyata mama juga sama, mama juga ingin ninggalim papa buat bersama dengan pria lain, entah mereka yang egois entah aku yang terlalu kecil memahami ini" dewa tersenyum menceritakan kisah nya pada rasya, ini pertama kali ia memberi tahu masalah keluarga nya pada orang lain selain pandu.
"mungkin kita berpikir semesta enggak adil sya tapi kita harus juga sadar mungkin ini jalan yang terbaik semesta ciptakan untuk kita"
"ayah itu orang terhebat buat aku, kenapa ayah khianatin aku, ibu dan resa? Kenapa wa"

KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Bahagia
Teen Fiction"Sebenarnya aku kesini bukan cuman untuk ajak kamu ke kampus bareng si" sambil menggaruk tekuknya yang tak gatal. Rasya menautkan kedua alisnya, heran memerhatikan tingkah Fandi yang salah tingkah. "Terus?" "Sya, pacaran yuk" ucap Fandi tanda basa-b...