Arti Bahagia

Bagian XV

Ayah merupakan cinta pertama bagi anak perempuannya.

"Kak..."

Rasya berbalik.

"Hm?"

"Resa kenal dengan tante yang sekarang jadi istri ayah"

"Siapa dek?" Tanya rasya sambil kembali duduk ke tempat tidur resa.

"Tapi resa belum yakin kak" jawab resa ragu-ragu.

"Siapa dek?"

"Nanti ya kak, kalau resa udah yakin, resa beri tahu kakak"

"Iya dek, jangan beritahu ibu. kasih tau ke kakak ya"

"iya kak"

Rasya tersenyum mengelus lembut kepala adiknya.

"Kakak balik ya"

Resa hanya mengangguk.

                                  •••

Fandi

Selamat pagi :)

Rasya tengah sarapan pagi ini, dia melihat pesan tersebut di handphone nya. Rasya bingung entah seperti apa kesabaran yang dimiliki fandi, masih saja sabar menghadapinya.

Ibu datang dari arah ruang tamu dengan fandi di belakang nya.

"Sarapan dulu nak fandi"

"Udah bu, tadi di rumah"

"Gak papa, sekali-kali sarapan sama ibu, rasya dan resa"

Fandi duduk tepat di hadapan rasya. Tatapan rasya dingin, menatap penuh jutaan pertanyaan terhadap fandi.

"Sejak kapan kamu disini?"

"Barusan kok"

Rasya menoleh ke handphone nya, fandi mengerti maksudnya.

"Itu aku wa saat aku di rumah" jawab fandi seperti membaca pikiran fandi.

Fandi memang paham sekali sikap gadisnya ini, walaupun ia marah. Namun ia tetap menjaga sikap kepada tamu.

Mereka makan dalam hening, hanya sesekali ibu rasya menanyakan perihal kuliah pada fandi.

                                   •••

"Kok bisa kamu secepat itu ke rumah?" Tanya rasya di area parkir setelah turun dari motor fandi.

Ia pergi dengan fandi, dan dalam perjalan ke kampus pagi ini sangat dingin bagi kedua nya. Tak ada percakapan hangat antara keduanya.

"Iya, aku mau jemput kamu. Takut kalau kamu perginya lebih awal"

"Kan masih bisa ketemu di kampus"

"Kan aku udah bilang bakalan jemput"

"Terserah deh" ucap rasya pasrah, malas menanggapi fandi pagi ini.