Percayalah, semarah apapun dirimu pada seseorang yang kau sayangi. Semakin besar rasa marahmu padanya, Justru semakin besar pula rasa sayangmu padanya hingga membuat rasa marah luluh dengan diperangi rasa sayang tersebut.
Itu yang kini Prilly rasakan, semakin dia marah pada Ali semakin besar pula rasa sayangnya pada lelaki itu. Jujur saja, Prilly tidak bisa marah secara lama kepada lelaki tersebut. Bahkan mungkin Prilly bisa saja frustasi jika ia berjauhan dengan Ali atau mungkin lebih parah, ia akan gila jika kehilangan Ali.
Tadi, saat KBM berlangsung Ali dan Prilly justru pulang. Mereka pulang kerumah Ali karena lelaki itu yang tidak ingin berjauhan dengan Prilly. Mommy yang mengetahui Ali dan Prilly sedang dalam keadaan tidak baik pun tidak bertanya mengapa mereka sudah pulang sedangakan saat itu adalah jam sekolah sedang berlangsung. Ia justru membiarkan Ali dan Prilly menyelesaikan masalahnya didalam kamar Ali karena ia percaya, Ali dan Prilly tidak mungkin melakukan hal yang macam-macam.
Dan disinilah Prilly berada. Ia sedang berada dikamar Ali dengan Kepala Ali yang sedang berpangku dipaha Prilly dan tangan Prilly yang mengelus rambut Ali.
Ali menelusupkan kepalanya pada perut Prilly sembari tangannya ia lingkarkan pada pinggang Prilly.
Prilly menatap lembut Ali yang sedang damai dalam tidurnya.
"Entah, gak kebayang Li gimana misalnya kalau lo pergi dari hidup gue. Mungkin gue bakalan gila kalau itu sampe terjadi"
Percayalah, Prilly sangat amat menyayangi Ali. Ali adalah lelaki kedua setelah ayahnya yang ia banggakan pada dunia jika mereka bertanya siapa orang yang Prilly sayang. Prilly akan menjawab dengan jawaban Ali, jika ada yang bertanya lelaki yang selalu ada difikiranmu setelah ayah. Percayalah, Ali akan selalu ada di fikiran Prilly dimanapun dan kapanpun.
"Eenngghh,"
Lenguhan itu membuat Prilly tersadar dari lamunannya tentang Ali. Ia menunduk untuk melihat wajah tampan sahabatnya.
"Hey, solat Dzuhur dulu yuk," Ajak Prilly pelan pada Ali saat melihat mata lelaki tersebut terbuka.
Ali tersenyum saat membuka mata, wajah yang pertama kali ia lihat adalah wajah wanita kesayangannya. Ah, Ali sangat beruntung memiliki Prilly dalam hidupnya. Ali yakin, dengan jaman yang semakin berubah ini pasti terhitung jari banyaknya wanita yang seperti Prilly. Pengertian, penyayang, perhatian bahkan Prilly termasuk type wanita yang sangat di idamkan oleh kebanyakan wanita.
Ali bangkit dan mengambil posisi duduk. Dengan tangan yang masih bertengger dipinggang Prilly, Ali menatap wajah Prilly dalam. Sebaliknya, Prilly pun sama halnya dengan Ali. Wanita tersebut menatap tepat pada mata Ali.
"Prilly," bisik Ali lirih tepat didepan wajah Prilly.
"Apa?" jawab Prilly lembut pelan.
"Ali sayang Prilly. Prilly tau'kan?" Ali mengungkapkan pernyataan sekaligus diakhiri dengan pertanyaan.
"I know," Jawab Prilly lembut.
Saat sudah mendengar jawaban Prilly, secara tiba-tiba Ali mencium kening, kedua pipi Prilly, dan terakhir ia mencium Hidung Prilly meski akhirnya ia menggigit ujung hidung Prilly sedikit.
Prilly yang mendapat perlakuan spontan dari Ali tersentak kaget meski akhirnya ia tersenyum lembut menatap wajah Ali.
"Prilly harus janji gak boleh kayak tadi lagi," Ucap Ali mengajukan sebuah perjanjian.
Prilly diam.
"Janji ih Prilly," Ali merengek.
"Hey liat gue," Prilly menarik lembut wajah Ali agar menatapnya, "Gue gak bisa janji, karena gue takut saat gue udah berjanji ternyata lo lakuin kesalahan hingga membuat gue pergi dari lo. Kalau gue terjadi, jadi apa maksudnya? Itu artinya gue ngingkarin janji gue. Gue gak mau itu terjadi sayang," Jawab Prilly lembut.
"Ali janji, Ali gak akan kayak kemaren-kemaren. Ali janji sayang," Ucap Ali dengan suara bergetar.
Prilly menggeleng. Ia mengambil kepala Ali agar bersandar dibahunya dengan tangan Ali yang masih berada dipinggang Prilly.
"Jangan janji Li, karena ada masanya manusia lupa akan sebuah ucapan janji," Bisik Prilly.
"Udah ah, sekarang mendingan kita solat dzuhur ya. Gue dulu yang wudhu, udag itu lo ya," setelah berujar seperti itu, Prilly menjauhkan kepala Ali dari bahunya dan ia beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Ali menatap punggung Prilly sendu. Sebegitu takutkah Prilly untuk berjanji? Apa karena ia takut Ali akan melakukan kesalahan lagi? Apa itu artinya, jika Ali melakukan kesalahan lagi Prilly akan benar-benar pergi dari hidupnya? TIDAK TIDAK !!! Ali menggelengkan kepalanya keras, Ali tidak akan membiarkan Prilly pergi dari hidupnya. Ali akan mengikat wanita tersebut jika Prilly mencoba pergi dari hidupnya. Egois memang, namun sekali lagi Ali tegaskan. IA TIDAK AKAN MEMBUAT PRILLY PERGI DARI HIDUPNYA. Bahkan jika ada yang berani memisahkannya dengan Prilly, Ali berjanji akan membuat orang tersebut mati dengan tangannya sendiri.
Terlalu larut dalam lamunannya membuat Ali tidak sadar bahwa Prilly sudah berada dihadapannya dengan tatapan heran.
"Ali wudhu," Ucap Prilly membuat Ali membuyarkan lamunannya. Ali langsung bangkit dan berdiri dihadapan Prilly hingga membuat wanita tersebut mendongak karena tinggi Ali yang lebih darinya.
"Eh, udah selesai?" Tanya Ali dengan lemotnya.
Prilly memutar matanya malas. Kemana saja lelaki ini hingga tidak menyadari bahwa ada Prilly dihadapannya sedari tadi.
"Iya sayang, gue udah dari tadi." Jawab Prilly menahan gemas. Ali cengengesan menatap Prilly. Baru saja Ali akan maju melangkah untuk memeluk Prilly, langkahnya harus terhenti karena cegatan Prilly.
"Eeiittss, inget. Gue udah ada wudhu, jangan bikin gue batal," Cegah Prilly.
Sang empu yang dilarang justru menyeringai jail, Ali dengan sengaja mendekati Prilly hingga mau-tidak mau membuat Prilly berlari menghindari tangkapan juga sentuhan dari Ali agar mempertahankan wudhunya.
"ALIIII, GUE ADA WUDHU IIHH," Pekik Prilly sembari masih berlari menghindari Ali.
"BIARIIINN, BIAR PRILLY BATAL TERUS WUDHU LAGI BARENG ALI." Jawab Ali puas.
"AAAAAAAA, GUE OGAH KENA AIR LAGI TAU."
"BIARIIINN"
"ALI LO NGESELIN"
"ALI NGANGENIN LOH PRILLY"
"MATI AJA LO SONO"
"PRILLY, BAHASANYA"
Akhirnya teriakan itu selesai setelah bersamaan dengan batalnya Wudhu Prilly karena kulitnya tersentug langsung dengan kulit Ali.
Meski begitu, tidak ada perasaan kesal atau marah yang Prilly tujukan pada Ali. Justru ia tertawa bahagia akan tingkah konyol keduanya. Begitu juga Ali, ia bahagia karena masalahnya dengan Prilly dapat terselesaikan secara baik-baik. Tidak ada pertengkaran hebat hingga keluar nada membentak, tidak ada acara tidak bertemu atau menghindar. Justru kedewasaan lah yang mereka pakai saat ini untuk menyelesaikan masalah kedua tersebut.
"Setiap kehidupan selalu terdapat masalah. Bukan berarti satu masalah selesai, tidak akan ada masalah lagi. Justru tanpa disadari, masalah besar baru akan dimulai"
Bersambung
Cieee cieeee masih setia sama cerita saya:v saya kira udah lupa:v sampai-sampai saya ada berfikiran buat gak ngelanjutin cerita loh gara-gara berfikiran gak ada yang nungguin:v 😂😁
Oh iya, ada anak akuntansi gak? Kalau ada kita sama:v baru masuk kemaren nih:v siap-siap aja uang gaib menunggu yes:v
Ingin menjadi salah satu keluarga Beautiful Boy and Strong Girl? Kita kumpul yuk dalam sebuah group, hingga membuat kita satu-persatu dapat mengenal anggota keluarga BBASG yang lain. Ikuti link, dan kita akan berbagi kisah didalam sana:)
https://chat.whatsapp.com/91pKRsmWEjmHSasIKW5ZIu
Link tidak berfungsi? Liat papan pesan aku aja atau enggak CP aja yaa aku, nanti aku kasih linknya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda
FanfictionGanti judul dari "my beautiful boy and strong girl" menjadi "Kita Beda" Kisah dua orang sahabat yang mempunyai sifat terbalik. Prilly yang tomboy dengan sabar dan lembut menghadapi sifat Ali yang manja dan kekanakan. "Prillyyyy baju Ali basah" "Aaa...