Chapter 16

2.5K 243 35
                                    


Haaiii sebelum baca aku mau ngasih tahu. Visualisasi Reza aku ganti yah. Reza kan ceritanya orang Bandung jadi aku ganti gitu. Siapa dia? Ini diaaaa (nada kayak lagu Ali:v)

 Siapa dia? Ini diaaaa (nada kayak lagu Ali:v)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reza 😍

Uuhh suami saya 😎

Oke. Happy reading ...

****

"Bayu suka sama Prilly?" Ali tampak mengernyitkan keningnya hingga alis tebal itu hampir menyatu.

"Iya," jawab Prilly malas.

"Tau dari mana?" Ali bertanya. Dan kini kepalanya telah ia angkat dari bahu Prilly. Namun, tidak dengan tangannya yang ia pasang dipinggang Prilly sedari tadi.

"Ah ada lah pokoknya. Eh iya, kita gak akan kemana-mana nih?" Tanya Prilly mengalihkan pembicaraan. Sepertinya usaha Prilly berhasil untuk mengalihkan pikiran Ali. Terlihat dari wajah pria tersebut yang sepertinya sedang berfikir mereka akan kemana dan melakukan apa.

"Gimana kalau kita beli boneka kuda poni?" Usul Ali disertai dengan senyuman lebarnya.

"Lagi?" Prilly tampak frustasi.

"Kita? Lo aja kali, gue mah kagak." Ucap Prilly dengan wajah malas.

"Iya maksudnya Prilly temenin Ali beli boneka kuda poni gitu," Ujar Ali.

"Ih ogah ah. Lagian napa kudu beli boneka sih? Mana kuda poni lagi." Ucap Prilly kesal dengan menolak.

"Ih, Ali belinya juga warna lelaki kok." Ali membela dirinya sendiri.

"Lelaki mana ada beli boneka kuda poni."

"Warna apa emang?" Tanya Prilly.

"Warna pink," jawab Ali santai.

Prilly melongo. Warna pink?! Lagi?! Ali bilang itu warna seorang laki-laki?! Oh, tolong bilang pada Prilly dimana ia bisa mendapatkan dokter psikolog agar dia memeriksa psikis dirinya sendiri yang selalu merasa stress jika berhadapan dengan Ali.

"Oh ayolah Prilly. Yah, yah." Bujuk Ali dengan menarik-narik tangan Prilly. Dan dengan mengalah, Prilly pun mengiyakan ajakan Ali.

Ali berseru senang.

*****

Hari masih pagi. Bahkan terbilang cukup pagi. Namun lelaki berdarah sunda ini telah duduk dibangkunya. Ia telah sampai disekolahnya terlebih dahulu dibandingkan temannya yang lain. Dengan memetik gitar, ia tampak melamun. Reza Dirgantara. Ialah yang telah datang ke sekolah sepagi ini.

Reza memang begitu. Terkadang ia bisa sangat santai datang ke sekolah bahkan gerbang hampir ditutup. Namun juga ia dapat dengan sangat rajin datang ke sekolah hingga ia sendiri dikelasnya, seperti saat ini. Meski begitu, Reza tidak pernah sekalipun untuk tidak sekolah. Meski ia telat, ia rela datang ke sekolah. Proud of you Reza!

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang