chapter 10

2.6K 235 37
                                    

JENGAH. satu kata itu mewakili perasaan Prilly saat ini. Bagaimana tidak? Sedari tadi Ali hanya mengacuhkankan-nya dan sibuk bercengkrama asyik dengan sang murid baru. Yap, Clara.

Tadi, saat bel istirahat sudah berbunyi, tiba-tiba Clara menghampiri bangku yang Ali dan Prilly tempati. Dan dengan tanpa rasa malu juga tidak punya rasa sopan, Clara langsung saja duduk di samping Ali yang notabennya memang sedang duduk sendiri saat itu karena Prilly yang sedang kedepan untuk mengumpulkan tugasnya dan Ali. Saat Prilly akan kembali pada bangkunya, tatapannya gadis itu langsung terpaku pada Clara yang -kelihatannya- seperti mendekati Ali. Ia pun bahkan mendengar bagaimana ucapan genit gadis itu saat ia sudah duduk disamping Ali.

"hay gue clara," Ucap Clara sembari menjulurkan tangannya pada Ali.

Ali yang notabennya memang humble dan friendly langsung saja menyambut uluran tangan tersebut.

"Ali," jawab Ali antusias.

"em, boleh gak nanti gue ikut lo ke kantin? Gue anak baru disini, otomatis gue belum punya temen." Ucap Clara secara tiba-tiba.

Jawaban yang Ali berikan sungguh mengejutkan untuk Prilly.

"boleh kok, boleh banget malahan," Jawab Ali sangat-sangat antusias.

Kini, Prilly hanya bisa mampu menahan amarahnya ketika melihat dua insan dihadapannya yang sedang asyik bercengkrama itu tertawa-tawa tanpa mengingat bahwa ada posisi Prilly di hadapan mereka.

Prilly merasa ada yang merangkul bahunya, saat ia menengokan kepalanya ke arah kanan ia langsung di suguhkan wajah tampan yang sangat putih juga mulus milik sahabatnya. Namun tetap saja Prilly menyesal mempunyai sahabat sepertinya, karena sahabatnya yang satu ini sangat menyebalkan. Yaps, lelaki yang merangkulkan tangannya pada bahu Prilly tadi adalah Reza.

Reza rupanya tidak sendiri datangnya. Disamping kiri Prilly, ternyata ada seorang lelaki tampan yang lainnya. Dia adalah Putra. Jangan lupakan, dimana ada Reza disitu pun ada Putra. Bahkan Prilly mengira, bila dua sahabatnya ini sebenarnya menjalin kasih (?).

"Tumben di cuekin?" Tanya Reza. Ternyata sedari tadi, Reza dan Putra menyaksikan bagaimana wajah kesal Prilly dan antusiasnya Ali saat mengobrol bersama Clara. Bahkan Reza dan Putra sendiri pun bingung, tumben-tumbenan Ali mengacuhkan Prilly. Biasanya dalam keadaan apapun, Prilly adalah nomor satu yang ada dalam fikiran Ali.

Prilly mengangkat bahunya pertanda tidak tahu untuk menjawab pertanyaan yang Reza lontarkan padanya.

"Lo gak marah?" Sejurus kemudian Putra pun bertanya. Bahkan kini mimik mukanya terlihat serius. Mungkin Putra sendiri pun kesal akan tingkah Ali yang saat ini.

"Marah? Buat apa? Gak ada hak ini gue mah. Entar kalau misalkan gue larang Ali gak boleh deket sama tuh cabe, yang ada Ali malah ngomong gini ke gue, 'Prilly punya hak apa ngelarang Ali?' ,Please deh ini tuh bukan sinetron ataupun ftv-ftv yang lebay bin alay. and then,  jangan lupakan kalo gue sama Ali cuma. Sa.Ha.Bat," Jelas Prilly dengan menekankan kata terakhirnya.

Reza dan Putra terdiam. Terlihat berfikir bahwa apa yang Prilly ucapkan ada benarnya.

"Ya udah, daripada lo disini malah jadi 'kambing congek' , mendingan lo ikut gue yuk?" Ajak Reza yang berakhir ajakan pada Prilly.

"Kemana?" Tanya Prilly bingung.

"Ke ..... Mana ya? Gue juga kagak tau," Jawab Reza dengan berakhir cengiran bodohnya. Prilly memandang datar Reza.

Geplak

Reza meringis mengusap kepalanya yang baru saja di pukul oleh Putra. Reza memandang bingung Putra, namun yang Reza dapatkan adalah pelototan juga kepalan tangan pria tersebut. Putra pun menggerakkan bibirnya membentuk sebuah kalimat yang keluar dari bibir Putra tanpa adanya suara 'bukan waktunya bercanda' mungkin seperti itulah kata yang Putra lontarkan pada Reza hingga membuat Reza mengangguk mengerti.

"Udah Prill, si Ali gak usah difikirin. Mungkin dia lagi berusaha buat berteman sama Clara," Ucap Putra menenangkan Prilly agar gadis itu tidak berfikiran macam-macam.

Prilly hanya mengangguk menanggapi ucapan Putra.

*****

Kini Ali dan Prilly sudah berada di dalam kelasnya. Waktu istirahat sudah selesai, menandakan bahwa pelajaran akan berlanjut. Hening. Bangku Ali dan juga Prilly sedari tadi hanya hening, karena tidak ada yang membuka pembicaraan diantara mereka.

"WOOYY PULANG KATANYA, GURU-GURU PADA RAPAT"

Teriakan itu menggelegar di dalam kelas kala sang ketua kelas meneriakkan sebuah kalimat yang berisikan info. Pekikan-pekikan senang terdengar di dalam setiap kelas karena ternyata seluruh kelas pun sama.

Prilly membereskan alat-alat sekolahnya yang berada di meja. Ia melirik Ali yang memang sama halnya dengan dirinya -sedang membereskan alat-alat tulis- .

"Li, yuk pulang." Ajak Prilly ketika ia sudah selesai berkemas.

Prilly melihat Ali tampak ragu ingin membuka suara. Ia dapat melihat tatapan Ali yang tidak menentu dan gelisah. Akhirnya karena jengah sendiri akan kelakuan Ali, Prilly pun membuka suara mengucapkan kalimat yang membuat Ali terpaku karena ucapannya benar.

"Mau pulang sama Clara? s
Sams mau jalan sama dia?" Tebak Prilly yang memang tepat sasaran.

Ali mengangguk membenarkan ucapan Prilly. Prilly menghela nafasnya dan langsung melangkah pergi. Melihat tatapan kecewa Prilly, Ali langsung saja menahan tangan gadis tersebut.

"Prilly marah sama Ali?" Tanya Ali.

Tanpa mendengarkan pertanyaan yang Ali lontarkan padanya, Prilly langsung saja melengos pergi meninggalkan Ali yang diam terpaku menatap punggung gadis kesayangannya yang semakin lama semakin menghilang dalam pandangannya.

"Ayo Li, kita pulang,"

Dan itu adalah Clara yang sedang bergelayut manja di lengan Ali.

Rasa kecewa biasanya akan membuat seseorang pergi tanpa menoleh ke belakang. Mungkin ia akan membiarkan kisahnya berakhir tak bahagia.

eh bersambung 😂🙈

Makasiihh ya buat yang udah vote juga komen di chapter sebelumnya. Makasih juga buat antusiasnya karena udah nunggu cerita ini:*

Typo harap maklum yaa.

Kali ini vote 50 deh 😂

Makasih semuaaaa 😘😘

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang