Bagian 11

1.9K 163 10
                                    

"GOBLOK!!!", ucap Seorang pemuda kepada Ochi yang berbaring lemas di kasur. Ia mengerang frustasi kala mendengar cerita dari Ochi. Sangat konyol.

"Terus gue harus gimana?", tanya Ochi sedikit berkaca - kaca pada sahabatnya itu.

Jevan , itulah nama dari sahabatnya itu. Jevan satu sekolah dengan Ochi dan ia termasuk teman Kinal , namun Jevan berada di kelas XII , sama dengan Shani dan Viny.

Ochi sambil memijat pelipisnya yang berdenyut hebat sedari tadi. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Ada sesuatu yang membuatnya sakit. Yaitu , sikap cuek Beby padanya tadi.

"Kalo dia mau putus, yaudah putusin aja kali! Begok!", ucap Jevan yang makin jengkel dengan sikap lemah sahabatnya itu.

" T-tapi gue sayang sama dia",lirihnya sambil menatap langit - langit.

"Gue takut , ego gue bikin semuanya jadi hancur", ia pun memejamkan matanya karena ia sudah terlalu lemas.

" Gue anter pulang ya?"

"Eh? Loe kenapa!?"

~~~

Sedari tadi Kinal bersama teman - temannya sibuk membereskan barang masing - masing sekaligus mendiskusikan bagaimana mereka besok.

"Sekali - sekali idup susah gapapa kali ye", ucap Lidya sambil melipat asal pakaiannya.

" Eh , liat pocky gue gak?",tanya Citra sambil membongkar makanan serta barang - barang kecil mereka yang berada di atas meja.

"Gak tuh"

"Eh kalian...", tatapan keempat gadis itu langsung tertuju pada seorang pemuda yang tangan kirinya memegang sekotak pocky sementara tangan kanannya memegang stik pocky itu.

" ARYA! ITU PUNYA GUEEE",teriak Citra seraya mengejar Arya yang membawa kabur pocky miliknya.

"Aduh aduh , ampun Cit", ucap Arya sambil memegang telinga nya yang masih di jewer oleh Citra.

" Ampun ampun mata Lo!",ucap Citra sambil melepas kasar telinga Arya.

"Eh ini kesekian kalinya ya makanan di kamar kita di colong!", ucap Citra sebal. Bukan hanya miliknya , milik Lidya dan Fakhira pun bisa hilang begitu saja. Sementara milik Kinal? Jangan ditanya. Makanannya habis tanpa sisa saat baru tiba akibat ia sok menawarkan. Memang benar , baik ama bego itu beda tipis.

" Abisnya kamar kalian banyak makanannya Cit, Hehe",kata Arya sambil mengangkat dua jarinya kehadapan Citra.

"Huftt", Citra hanya bisa menggelenh seraya menghela nafas lelah.

~~~

" Semangat Rish"

"Siap , Nal"

Farish melangkahkan kakinya ke arena pertandingan. Disana sudah ada atlit medan yang menantinya.

Kinal menampung tangannya seraya berdoa untuk kemenangan sahabatnya itu.

"Ya Allah , bantu Farish", batin Kinal.

Pertandinganpun di mulai. Nampaknya si rival tersebut memancing emosi Farish hingga serangan Farish membabi buta.

" Rish , kendalikan diri kamu!",ucap sang Sabeum. Namun Farish nampak sudah kesetanan hingga ia tak mendengar ucapan orang - orang di sekitarnya.

"Ini wasitnya curang ato gimana sih anjing!?", umpat Kinal kesal , namun itu masih sampai ke indra pendengar Lidya.

" Kalem Nal , kalem",ucap Lidya sambil memegang pundak Kinal.

"Gimana mau kalem", balas Kinal yang nampak berapi - api. Bagaimana tidak? Farish banyak menyerang.  Namun tak di hitung sama sekali. Siapa yang tidak kesetanan?

Hingga akhirnya pertandingan berakhir dengan kekalahan Farish. Pemuda itu nampak lesu seraya duduk di mana para perwakilan Jakarta beristirahat.

Kinal menghela nafas kemudian menghampiri sahabatnya itu.

" Ini masih awal , Rish. Suatu saat nanti , gue yakin loe bisa jadi pemenang",ucap Kinal sambil menepuk pundak Farish. Farish tersenyum kemudian menarik Kinal ke pelukannya. Ini pertama kalinya bagi Kinal di peluk Farish dan jujur saja ia geli. Tapi tak apalah.

"Rish ,udah", ucap Kinal , Farish segera tersadar dan melepas pelukannya.

" Gosah nangis goblok",ucap Kinal mulai ngegas , Farish hanya tersenyum sambil menggeleng. Melihat senyum itu membuat Kinal turut tersenyum.

"Oke , sekaranh kita support yang lain", ajak Kinal , Farish mengangguk setuju kemudian melangkah mendekat ada arena di mana teman mereka tengah bertanding.

Sementara di tempat lain , Jevan nampak gelisan. Dia kini berada di sebuah rumah sakit.

Ia mendongak tatkala mendengar suara langkah kaki yang terdengar terburu - buru bergerak ke arah nya. Ia menatap tajam pada orang itu.

" Puas loe?",tanya Jevan sambil menatap tajam pada seorang gadis tomboy di hadapannya. Siapa lagi jika bukan Beby.

Yang di tanya justru hanya diam sambil menunduk. Ada perasaan bersalah di dalam benaknya dan itu menyiksanya.

"GUE TANYA! PUAS LOE!?", ulang Jevan yang sudah naik pitam.

"Maaf", lirihnya masih menunduk.

" O-Ochi dimana?",tanyanya lirih.

"Setelah apa yang loe lakuin , loe mau ketemu dia?", tanya Jevan. Tapi pada akhirnya ia menghela nafas. Kenapa? Karena Beby bisa tahu Ochi berada di sini.

"Loe tuh gak pantes cuekin dia. Dia terlalu baik buat di lukai. Kalo bukan karna dia yang ngigau sambil manggil nama loe , gue gak bakal nelfon loe", ucap Jevan mulai mengendalikan intonasi bicaranya menjadi sedikit lembut.

" Sekarang dia dimana?",tanya Beby sedikit sesegukan. Jevan lagi - lagi menghela nafas.

"Ayo", Beby pun segera mengikuti langkah Jevan.

I'm Straight! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang