Bagian 17

1.7K 166 22
                                    

"Ve?",panggil Kinal dengan canggung. Sementara yang di panggil tak menyahut bahkan tak menoleh sedikitpun.

" Masih marah ya?",tanya Kinal. Veranda masih mengacuhkannya dan memilih tetap fokus pada ponselnya.

"Ve liat deh",Veranda sedikit mengalihkan pandangannya pada Kinal. Matanya berbinar tatkala melihat benda berkilau itu ada di genggaman Kinal.

" Aku menang Ve",ujar Kinal memamerkan diri pada Veranda.

"Oh",Kinal tersenyum mendengar jawaban Veranda itu. Walau hanya sekedar oh, itu sudah tentu menjadi arti bahwa Veranda memaafkannya.

" Udah itu aja?",tanya Veranda sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Bukan",jawab Kinal sambil tersenyum.

" Trus?"

"Ini",Kinal menunjukkan sepasang kalung dengan tulisan yang sama.

" VENAL?"

"Veranda Kinal"

"Nih pake",ujar Kinal seraya menyerahkan salah satu kalung itu.

" Hm",Veranda menerimanya.

"Ntar pas baris, aku bakal di suruh maju ke depan loh Ve. Aku juga bakal....",seperti biasanya, Kinal berceloteh banyak hal meski hanya di respon singkat oleh Veranda. Veranda justru lebih fokus dengan percakapannya dengan sang kekasih lewat pesan Chat.

" Ve, bisa gak sih jangan fokus ke hp mulu!?",ujar Kinal yang nampak mulai kesal.

"Apa sih Nal?!",bentak Veranda saat Kinal merampas ponselnya.

" aku banting nih",ucap Kinal hendak membanting ponsel Veranda.

"Kinal!",Veranda berusaha meraih ponselnya. Kinal yang memang sedikit lebih tinggi dari Veranda tentu mempersulit Veranda menggapai ponselnya itu.

" Ihh Kinal",tak ada jalan lain lagi bagi Veranda. Ia menyentuh dada Kinal hingga gadis itu kaget.

"Nah dapet",ucap Veranda sumringah.

" Heran deh, cewek jaman sekarang mainannya pegang - pegang anu",gerutu Kinal sebal. Namun raut wajah kesalnya itu tidaklah lama. Justru hal itu mengingatkannya pada masa lalunya. Dan itu sungguh memalukan.

"Ve?",panggil Kinal pelan.

" Hm?",sahut Veranda tanpa menoleh.

"Lain kali jangan sentuh anu aku ya?",pinta Kinal sangat lembut.

" Kenapa emang? Kan itu biasa",jawab Veranda.

"Sekali lagi kamu gitu", Kinal mendekatkan wajahnya ke telinga Veranda, " Aku bunuh kamu".

Mendengar nada bicara Kinal membuat bulu kuduk Veranda merinding. Ia menatap Kinal dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Buahaha! Takut amat mbak",tawa Kinal pecah saat melihat raut wajah Veranda.

" Oh iya satu lagi",Kinal mengambil sesuatu di dalam tasnya. Dan itu adalah sebuah novel favorit Veranda.

"Eh?",kaget Veranda saat Kinal meletakkan novel tebal itu di atas kepalanya.

Veranda mengambil novel itu dari atas kepalanya. Dan yang benar saja , dia berteriak histeris kemudian memeluk novel itu.

" Aaaa makasih Kinal ",pekik Veranda begitu histeris. Kinal hanya tersenyum sambil memandangi Veranda yang masih setia memeluk novel itu.

" Peluk aku juga, Ve" ,batin Kinal sambil tersenyum menyaksikan wajah bahagia Veranda. Ia tersenyum miris. Harapan itu hanya akan tetap menjadi harapan.

I'm Straight! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang