Bagian 16

1.9K 167 11
                                    

"Aku tau ini salah. Tapi apakah salah untuk mencintai seseorang?"

Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku. Aku menatap mata Ve yang menatapku nanar seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan barusan.

Veranda ,gadis yang ku anggap seperti kakakku sendiri 'dulu' kini menjadi gadis yang aku cintai. Entah kapan perasaan ini datang. Saat dia bersandar dipundak ku ,justru aku yang merasa nyaman. Mengapa?

Tangisnya membuatku sesak. Aku tak mampu melihatnya menangis. Air mata kepedihannya adalah kelemahanku.

Setiap ia memeluk ku ,jantung ini terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Tapi aku suka detakan itu. Detakan yang membuatku mengingat dengan baik bagaimana aku bisa menyukainya.

"Kinal ,aku membencimu", ucapnya menatap kedua bola mataku. Rasanya jantungku melemah. Aku belum siap dengan kata - katanya itu.

" Jauhi aku. Aku gak mau ngeliat kamu lagi ,Nal!",kaki ku rasanya tak sanggup menopang tubuhku. Aku jatuh terduduk dilantai. Veranda tak peduli. Aku tak meminta ia menjadi kekasihku ,aku hanya mengungkapkan rasa yang mengganjal ini.

Veranda berbalik arah berjalan menjauh dariku. Aku hanya bisa menatap punggungnya yang menghilang di telan oleh jarak.

"Ve.. Aku.. Minta maaf", air mataku menetes perlahan. Rasanya ingin aku melompat dari atas gedung sekolah. Tapi aku tak akan seceroboh itu.

Aku berlajan keluar sekolah sambil menatap sekeliling dimana banyak siswa yang sudah pulang baik dengan kendaraan sendiri maupun di jemput oleh orang tua mereka.

Aku berjalan menyebrangi jalan , tanpa melihat kanan kiri tiba - tiba..

*BRUUKK

Sakit , samar - samar aku mendengar teriakan seseorang.

Apa harus menunggu aku pergi barulah kamu menyadari keberadaanku?

***

"Huah",Kinal terbangun dari tidurnya dengan keringat yang mengucur deras dari pelipisnya.

Lidya tentu menyadari hal itu  , ia terbangun kemudian menatap Kinal dengan tatapan bingung.

"Kenapa Nal?",tanya Lidya sambil memegang pundak Kinal.

" Gue mimpi..",Kinal sedikit menggantungkan ucapannya. Ia menarik nafas kemudian ia hembuskan perlahan.

"Mimpi apa?",tanya Lidya penasaran. Kinal masih mengatur nafasnya.

Kinal menggeleng, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia takut, sangat takut apabila mimpi itu menjadi kenyataan.

" Hei, udah jangan nangis",Lidya membawa Kinal dalam pelukannya.

"Udah, lanjut tidur ya?",Kinal mengangguk. Lidya tersenyum kemudian kembali berbaring. Rasa kantuk mulai menyerang kembali dan kini ia sudah kembali ke alam mimpi.

" Gue harus buktiin",batin Kinal.

"Demi apapun, gue cinta banget sama Ve",batin Kinal lagi. Ia bertekad, pagi nanti dia akan mengungkapkan perasaan nya pada Veranda. Masa bodoh dengan perasaan Shania dan seseorang itu, ia harus menjadi egois kali ini.

***

Pagi - pagi sekali Kinal sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Tujuan utamanya saat ini adalah menyelinap ke rumah untuk mengambil bukunya yang ketinggalan.

Dengan bermodalkan sepeda milik Lidya, ia berangkat menuju rumahnya. Cukup menguras tenaga karena jaraknya yang cukup jauh.

" Hahh, akhirnya sampe juga",batin Kinal sambil menghela nafas lelah.

I'm Straight! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang