bagian 14

1.7K 167 16
                                    

Kinal meneguk ludahnya saat melihat Shania berdiri di hadapannya sambil bersedekap dada lengkap dengan tatapan mengintimidasi terhadap dirinya.

"Aku tanya sekali lagi ,  mau kemana hm? " Tanya Shania sambil mengangkat sebelah alisnya.

"A-anu Shan,  semut di rumah Lidya sakit,  jadi aku otw jengukin", jawab Kinal sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Jenguk semut bawa gitar segala? Buat apa?  Ngeles tuh yang logis dikit kek",ujar Shania sambil geleng - geleng kepala.

"Jujur sama aku,  kamu mau kemana? ", tanya Shania untuk ketiga kalinya. Kinal menghela nafasnya.

" Gak semua masalah aku harus kamu ketahui, Shan", lirih Kinal sambil tersenyum kecut.

"Aku pacar kamu, Nal", balas Shania nampak tak terima dengan ucapan Kinal.

" Kamu cuma pacar, Shan!", balas Kinal tak kalah emosi. Kinal menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan.

"Maafin aku. Tapi aku bener - bener gak bisa cerita",balas Kinal sambil berusaha mengontrol emosinya.

" Oke, aku gak akan tanya apa masalahnya. Sekarang kamu mau kemana?",tanya Shania juga mengontrol emosinya.

"Huftt" ,Kinal hanya menghela nafas sambil menggindikkan bahunya.

"Ke rumah aku aja ya?",tawar Shania.

" Gak bisa",tolak Kinal.

"Yang ada ntar aku ngerepotin",jawab Kinal menatap tak enak pada Shania.

" Kamu tuh kapan aja ngerepotin",cibir Shania sambil menaikkan alisnya.

"Maaf Shan, tapi aku bener - bener gak bisa",tolak Kinal lagi. Shania hanya menghela nafas kemudian menunduk.

" Hei",Kinal menyentuh pipi Shania. Shania menatap kedua bola mata Kinal yang senantiasa menyiratkan kehangatan baginya.

"Kalo aku ikut kamu, yang ada aku kayak raja disana. Mending aku di rumah Lidya aja",ucap Kinal berusaha meminta pengertian dari Shania.

" Trus kamu makan apa? Tidur di sana pasti ntar di lantai atau enggak di sofa. Ntar badan kamu sakit",ucap Shania yang masih saja belum mau mengerti.

"Makan? Aku bawa gitar. Aku bisa ngamen ntar hehe",jawab Kinal jujur. Shania menatap tak percaya pada kekasihnya itu.

Tangan Kinal beralih menggenggam tangan lembuh Shania.

" Ngertiin aku ya?",pinta Kinal. Shania hanya mengangguk pasrah.

"Tapi aku anterin",ucap Shania dengan penuh pemaksaan.

" Aku gak bisa",Shania mengerutkan dahinya.

"Kenapa!?"

"Itu.. Anu, rumah Lidya tuh lumayan jauh Shan",jawab Kinal nampak gugup.

" Ya justru bisa hemat ongkos kan? Udah naik. Atau kita putus",Kinal langsung membelalakkan matanya sementara Shania sudah berjalan masuk ke mobil.

Kinal yang tak memiliki pilihan lain akhirnya memilih mengalah. Ketika ia membuka pintu mobil tersebut, ia langsung menahan nafas.

*bruk

Pintu mobil di tutup, ia menghela nafas.

"Shan, cepet ya?",Shania menaikkan sebelah alisnya.

" Kenapa? Gak suka lama - lama sama aku?",tanya Shania tanpa menoleh ke arah Kinal.

"Bukan gitu sayang.. Kamu ada masker gak?",tanya Kinal.

I'm Straight! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang