48 🍂

4.3K 252 6
                                    

  Qorina hanya bisa berdiri mematung di halaman belakang dia tidak tau sampai kapan sikap suaminya seperti itu jika membahas soal sang ayah.

" Na... "

Qorina tersentak karena seseorang memanggil nya dari belakang

"Ibu.. "
Dengan cepat ia mendoromg kursi roda sang ibu untuk memasuki rumah

" Kamu gak usah memaksa Zul Na. "

"Kenapa bu? "

"Ibu juga tidak terlalu mengharapkan kembali pada ayah. "

"Tapi bu.. "

" Udah Na ibu gak mau egois ibu gak mau karena keinginan ibu untuk kembali pada ayah kamu dan Zul bermasalah ibu gak mau. " Jelas Latisha.

Qorina hanya mengangguk dan membiarkan ibu mertuanya pergi.

  Sedangkan Zul sedang bersiap untuk berangkat ke kantor sebenarnya dia tidak ingin ke kantor dia ingin menemani istrinya ke rumah sakit tapi mood nya berubah ketika Qorina mengatakan hal itu.

"Mas.. " Qorina sudah berada di hadapan Zul dan memakaikan dasi untuknya.

" Mau kerja? "

Zul hanya mengangguk.

" Gak mau anterin Na ke dokter? "

Zul hanya terdiam

"Mas... "

"Sayang aku cuma mau kamu ngertiin aku.  Aku paling gak suka bahas ayah. " ucap Zul tegas sambil memeluk Qorina

Qorina hanya tersenyum lalu melepaskan pelukan Zul

"Mau sampai kapan mas?  Mau sampai kapan mas begini? "

"Tolong ngertiin aku Na. " Ucap Zul lalu mengecup kening Qorina dan langsung membawa tas kerja nya. 

Qorina hanya terdiam melihat kepergian Zul.

🍂🍂🍂

Kini aku berada di ruang dokter untuk mengecek kehamilanku dan itupun tanpa mas Zul,  sedih memang taping aka harus mengerti Dan harus percaya mason Zul pasta Alan berubah.

"Bagaimana dok? "

"Kehamilan kamu baik baik saja Qorina Dan Susan memasuki usia 9 minggu.  Tolong di jaga yah. " ucap dokter itu. 

"Baik dok.  Kalo begitu saya permisi. "

"Silahkan. "

Aku menyusuri lorong koridor rumah sakit aku berniat untuk pulang tapi entah kenapa aku ingin sekali melihat kearah ruang UGD entah kenapa

Dengan berani aku mengintip ruangan itu,  betapa terkejutnya aku ketika melihat siapa yang ada di dalam sana.  Dia adalah ayah,  ayah Danu sedang terkapar dengan tubuh penuh darah,  tanpa babibu aku segera memasuki ruangan itu meskipun para suster menghalangi.

"Lepas lepasin saya sus itu ayah saya.. " Teriakku sambil menangis.

"Ayaaaah.. "

Aku yakin ayah pasti mendengarku wajahnya penuh dengan darah begitupun dengan tubuh bagian lain.

"Tolong bu ibu tunggu diluar yah. "

"Sus ada apa dengan ayah saya? "

"Pasien mengalami tabrak lari bu kini polisi sedang mencari pelakunya. "

"Allahhuakabar.. " Tubuh ku sudah lemas dan tak kuat menopang nya,  para uster itu membopongku keluar dan mendudukan ku di ruang tunggu.

Dengan setengah sadar aku langsung menghubungi ibu,  Ibu sangat terkejut mendengar kabar dariku dan akan segera datang.

Apa aku harus memberitahu mas Zul?  Bagaimana kalau dia tidak peduli.

Aku menepis semua pikiran itu dan segera menelpon mas Zul.

"As.. Salamualaikum.. Mas.. " Ucapku dengan isak tangis yang tak tertahankan.

"Waalaikumsalam.  Sayang?  Kenapa? "

"Mas.. Tolong datang kerumahsakit sekarang. "

"Ada apa? "

"Ayah mas ayah..  Ayah mengalami kecelakaan aku mohon datang mas,  ayah sekarat. "

Tidak ada jawabab dari mas Zul.

"Mas aku mohon mas demi aku,  demi ibu,  demi anak kita.. "

Tutt..

Hanya itu yang kudengar,  mas Zul mematikan sambungan telponnya aku benar benar melemas dan duduk lagi.

"Apa yang ada di pikiran kamu mas..  Hikss.. "

🍂

🍂

🍂
#Promise

° Budayakan membaca °

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang