Dua Puluh Tujuh

28.5K 3.8K 97
                                    

"Maaf."

"Untuk?" Asa mendapatkan gelagat aneh pada gerak tubuh Obire. Naga itu selalu tenang dan baru saja dia menampakkan kepanikan dalam mata hijau cemerlangnya.

"Sejarah itu berulang sebagai dampak dari kutukan sang ratu."

"Kutukan?" Asa tak pernah menemukan satu literatur yang menyebutkan Ratu paling terkenal itu pernah mengucapkan kutukan.

"Kutukan bagi siapapun yang berada di malam itu."

Lagi Asa mendapat penglihatan saat sebuah ayunan kayu memukul kaki naga disusul lengkingan pilu. Lalu langit diselubungi para naga yang berputar menjadikan naga yang tadi dipukul sebagai rotasi.

Asa terkesiap. Napasnya tersengal. Matanya membelalak menyesuaikan pada kenyataan. Obire menatapnya gusar. Dia pun sama gusarnya, semakin bingung akibat penglihatan demi penglihatan yang tak pernah dialaminya terus bermunculan.

"Apakah kutukan itu ditujukan pada para naga?" Asa tak sanggup menutupi rasa sedih yang seketika hinggap. Dia baru bertemu para naga semalam tetapi hatinya seolah telah menjalin ikatan dengan mereka.

"Kami penghianat menurut sang ratu." Obire memalingkan wajah. Nada suaranya terdengar bergetar. Asa tahu Obire tidak suka mengakui hal tersebut.

"Tuan Obire." Asa merentangkan tangannya dan Obire menundukkan kepala membiarkan Asa mengelus moncongnya lembut. Pandangan mereka berbagi dalam kesedihan. Asa merasa telah menjadi seseorang yang lain. Kendati menolak, Asa menemukan seseorang yang lain ini pun adalah dirinya.

"Mari kita kembalikan semua pada tempatnya," desis Asa. Ada sirat keyakinan dalam matanya yang dibalas anggukan oleh Obire.

"Seluruh rakyat Yolessis mengagungkan namamu, Ratu."

Obire menegakkan badan, menantang langit. Dadanya terbusung penuh gairah lantas lengkingan keluar dari mulutnya. Naga-naga lain menoleh. Tak berapa lama, lengkingan demi lengkingan mengisi ketenangan tanah Yolessis.

Pada puncak bukit yang terjauh, Seth duduk sambil menatap keriuhan para naga. Sekilas dia tampak tenang, akan tetapi kau akan menemukan binar bahagia dalam matanya.

Hari pengembalian harga diri kaum naga akan tiba. Ratu mereka yang agung telah kembali. Inilah yang dinantikan Seth beratus-ratus tahun. Dari puluhan keturunan sang ratu, akhirnya ada satu yang sanggup melawan ketakutan untuk mengembalikan sesuatu yang salah pada tempatnya.

***

Aku tahu aku telah melambungkan harapan para naga yang selama ini mengucilkan diri. Aku pun sadar pada batasanku yang nihil pengetahuan akan dunia ini. Namun penglihatan-penglihatan ini merongrong segera disudahi. Aku bukan Mir yang menyerah. Aku berjanji akan membahagiakan kekasih Mir, Inatra. Satu-satunya cara yang bisa aku perbuat adalah dengan mengungkap sebuah sejarah yang ditutupi.

"Asa!"

Kepalaku berpaling pada sosok Seth. Naga tua itu telah hidup sejak sang ratu masih kecil. Dialah sumber kebenaran sejarah kerajaan giyom hutan barat Thunja.

"Aku mendengar panggilan ratu sejak tadi dan begitu mendengarmu memanggilku Asa, aku merasa kembali memijak bumi," candaku. Para naga sejak tadi bergantian datang, memberikan penghormatan. Aku terus-terusan dipanggil ratu oleh mereka, mengikuti bagaimana Obire memanggilku.

Kami duduk bersebelahan pada tanah berbukit yang menghadap kawanan naga yang mengitari api unggun. Api dari api itu berwarna ungu kehijauan, warna yang aneh untuk api. Aku mulai terbiasa dengan segala keanehan di sini.

"Apa yang harus aku lakukan?" Pertanyaan ini berputar di kepalaku sejak pertama kali mencetuskan tekad pada Obire tadi pagi. Aku memang payah, kelewat emosional kemudian seenaknya membuat keputusan. Namun aku bersungguh-sungguh akan ucapanku pada Obire. Kebenaran sepatutnya diperjuangkan.

"Apa yang kau pikirkan saat kau berkata akan mengembalikan semuanya pada tempatnya?"

"Aku merasa begitu terluka," kataku jujur. Penglihatan itu bukan sekadar memberi adegan demi adegan di masa lampau, perasaan dan tekanan pun tertangkap oleh jiwaku.

"Jika demikian, mengapa kau tak mempertanyakan asal rasa terlukamu lebih dahulu." Seth melirikku misterius.

Aku tersenyum lebar. "Kalau begitu, beri tahu aku apa yang menyebabkan hatiku begitu terluka tiap kali ada potongan masa lalu yang melintas dalam penglihatanku."

"Masa lalu itu milikmu, Asa."

"Mana mungkin!" Aku berdiri, tersinggung oleh ucapan Seth. Aku bukan giyom dan aku bukan sang ratu.

"Apa yang kau lihat, dengar, dan rasa dalam penglihatanmu adalah apa yang sang ratu lihat, dengar, dan rasa. Karena kau bagian dari sang ratu."

"Aku bukan Mir," tegasku. Memang penglihatan yang aku dapat lebih seperti aku bagian pelakon dalam tiap adegan. Terasa seperti aku yang berada di sana.

"Yang aku lihat, kau adalah bagian dari sang ratu."

"Sangat lucu," balasku sarkas. Seth senang sekali memutar-mutar pembicaraan. "Jadi kau mau mengakui bahwa Mir adalah keturunan sang ratu?"

"Mengapa kau masih mempertanyakannya?"

"Lalu Cissara dan Jed, apa status mereka jika Mir yang keturunan asli sang ratu?" Tanyaku penuh perhitungan. Seth hanya punya dua pilihan, menjawab jujur dan mempermudahku memecahkan teka-teki atau diam dan membuatku meraba dalam keremangan. Tentu saja, pilihan kedua akan memperlambat kaum naga mengembalikan kejayaan mereka.

"Mereka adalah anak keturunan dari suami sang ratu."

"Siapa yang melahirkan moyang Cissara dan Jed?"

"Wanita yang bersama suami sang ratu melakukan pemanggilan para naga malam itu."

Kebenaran yang terungkap, pikirku. Siapa yang menyangka sejarah dipelintir sedemikian parah. Harus datang hari di mana tangisan Mir terbayarkan.

SurealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang