CEK BEBEKLUCU DI DREAME YA. ADA CERITA MENDADAK MBAK, PISAH NIH, DAN LIGHT ME UP DI SANA. ADA EKSTRA PART DARI 3 CERITA ITU YANG BELUM PERNAH PUBLISH ADA DI DREAME. YUK MERAPAT KE SANA, KAWANDSSSS...
Asa memandang Thanay. Obire melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan naga itu membantu teleportasi Asa hingga mendarat di tempat yang tepat. Tidak mungkin naga sebesar Obire turun ke belakang rumah saat penjagaan malam ditingkatkan. Asa bersyukur dia memilih Obire yang jeli melihat patroli kerajaan.
"Seharusnya kau senang saat Mir tiada. Seharusnya aku tidak datang ke sini menggantikan istrimu. Kau pasti sudah bersama Cissa saat ini." Asa menarik napas dengan berat. "Tapi kesempatan itu tidak ada, Panglima. Kau telah menjalankan peranmu dalam takdir secara...memukau."
Asa beralih pada bangunan rumah yang sempat dianggapnya rumah. Semua terasa sangat hampa. Asa tidak yakin bagaimana Mir sanggup tinggal di rumah itu bersama pengalaman yang menohok harga diri dan hati.
Lampu dari jendela kiri tiba-tiba terang. Asa segera berlari ke balik kerimbunan pohon. Dia tidak akan berpaling untuk memastikan Thanay berada di tangan yang tepat. Pria itu sangat disanjung penduduk. Siapapun akan rela merawat Thanay.
Asa terus membelah kegelapan hutan. Dia menghindari jalur pejalan kaki dan memilih bergerak di antara pohon dan semak liar. Patroli kerajaan bukan masuk dalam kunjungannya ke sini. Dia berbelok ke arah lembah balai pengobatan. Sekelompok patroli kuda melintas. Asa segera merebahkan diri di bawah semak beri liar. Aroma beri yang matang menyembunyikan aroma badannya. Asa bersyukur mempelajari hal sederhana itu dari Gallea. Setelah patroli bergerak cukup jauh dari jangkauan indera penciuman, Asa melanjutkan perjalanan. Gallea menceritakan tiap patroli prajurit biasanya terdiri dari dua prajurit yang ahli bela diri tangan kosong, seorang ahli panah, dua orang ahli pedang, dan prajurit dengan indera penciuman di atas rata-rata. Yang terakhir adalah yang berbahaya. Prajurit jenis ini mempunyai bakat sihir untuk memperkirakan keberadaan penyusup dan menakar kemampuan sihir lawan mereka. Eoden mengatakan sihir liar Asa masih perlu dilatih dan belum bisa dikendalikan seperti Gallea. Asa tidak ingin membuat kekacauan jika terendus patroli.
Asa menyusuri jalan becek dan dipenuhi rumput tinggi. Jalanan yang masih sama buruknya seperti dalam ingatan. Gubuk reot tampak tersembunyi di balik rumput yang makin tinggi. Cerobong di atas atapnya mengeluarkan asap dan jendela masih terang. Syukurlah, pikirnya. Asa tidak perlu menggedor pintu agar si pemilik bangun.
"Mir." Mata Dasen nyaris lepas sewaktu menemukan siapa yang mengetuk pintunya di tengah malam.
"Izinkan aku masuk." Asa tidak bersungguh-sungguh meminta izin. Dia masuk sebelum Dasen mengizinkan. "Kau tahu apa tentang Thanay dan Cissa."
Dasen melongok ke luar lalu menutup pintu dengan hati-hati. "Setelah menghilang dan membuat istana geger, kau datang dan bertanya tentang suami dan sahabatmu padaku?" Dasen menutup jendela dengan kain tebal. Dia juga mematikan lilin. Ruangan menjadi temaram.
"Aku tidak ingin berbasa-basi. Katakan padaku apapun yang kau tahu." Asa mengambil satu botol kaca Dasen dari meja, membuka penyumbat, dan mengendus. "Tolong rahasiakan keberadaanku. Bisakah kau membakar sesuatu dan mengalihkan..."
"Ya, tentu saja. Aku juga tidak ingin menjadi sasaran interogasi prajurit." Dasen memahami maksud Asa. Dia mengambil botol di tangan Asa, menuang isinya ke dalam kuali di atas tungku, lalu mengambil botol lain dan menggabungkannya. "Baunya akan buruk bagi pada pengendus."
Asa terkekeh. Dia ingat julukan Gallea untuk para prajurit pengendus, yaitu anjing raja.
"Terima kasih," ucap Asa tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sureal
פנטזיה"AAAAKKHHH!!" Pandanganku buram. Entah apa yang sudah terjadi. Pisau itu ada di tangan gemetaran si pemuda. Darah segar merembes blous kuning gadingku. Si jalang memekik seperti melihat hantu. Papa berlari menyongsongku. Dan gelap. Ketika terbangun...