Dua Puluh Tiga

30K 3.8K 49
                                        

Inatra, anak perempuan Mir dan Thanay itu memiliki rahasia besar. Asa menyadari misteri yang menyelubungi Inatra. Namun Asa juga tidak menepis rasa bahagia dan bangga tiap dekat Inatra, serasa gadis cilik itu memang benar anak kandungnya. Jika kecurigaannya kini timbul, Asa merasakan kekecewaan. Dia sudah lepas pengawasan dan melanggar janjinya pada Mir untuk menjaga Inatra.

"Inatra." Seth menggelengkan kepalanya anggun. "Aku ingat nama itu. Puteri Mir, bukan?"

Lamunan Asa buyar. "Kau mengenal Mir? Kau pernah bertemu dengannya?" Dia menggigit bibir bawahnya, menahan gemas ingin melontarkan semua tanya dalam kepala.

"Terlalu bersemangat, Asa. Bisakah kita mulai dengan sebuah dongeng."

"Dongeng?" Alis Asa mengerut. Dia tidak datang melintasi bermacam halangan yang berpotensi merenggut nyawa hanya untuk ... dongeng?

"Aku yakin dongeng ini yang kau cari di literatur perpustakaan kerajaan." Asa bisa melihat jelas kalau mata kiri Seth menyipit padanya. Menimbulkan kesan meremehkan.

"Kau tahu aku mencari apa pada literatur perpustakaan kerajaan?" Tantang Asa.

"Kau mau aku mengatakan berapa sering kau tidur seranjang dengan suami Mirallae?"

Penasarannya makin menumpuk. Buku-buku di perpustakaan hanya mengatakan naga adalah makhluk magis yang sangat misterius tapi tidak satupun yang menyebut naga bisa mengetahui banyak hal. Wajar jika Asa makin penasaran. "Baiklah, ceritakan padaku dongeng itu."

"Akh, kau tertarik juga." Seth mengangguk sekali. Kepalanya bergerak naik, menatap ke perbukitan yang membentengi tempat tinggal para naga. Matanya yang kebiruan berkilat misterius. "Bangsaku dulu mengabdi pada giyom dengan sihir murni."

"Sihir murni?"

※※※※※

Lengkingan demi lengkingan merayapi hutan belantara. Langit perlahan berubah warna. Dari gelap menjadi kejinggaan lalu merayap kekuningan di ufuk timur. Kepakan sayap serupa kelelawar bergerak menyisiri tepian hutan yang berbatasan sungai. Meliuk pada air terjun yang turun ke muara. Memutar satu kali dalam landasan yang rendah hingga nyaris menyentuh air, tapi tidak, tidak sepercik pun air mengenai sayap itu. Kemudian sayap itu berhenti total dari gerak gemulainya tepat di hadapan seorang anak perempuan bermata biru pucat. Siapapun yang pertama melihat matanya akan berpikir dia buta, karena seluruh matanya putih. Kau harus mendekat untuk melihat sepasang mata itu biru pucat dan kaku. Senyum anak itu mengembang, sangat indah dan cerah mengalahkan sinar matahari pagi. Penjaga Dunia pun tahu, anak itu terlahir bersama berkah seluruh alam.

"Apakah kau menyukai perjalanan pagimu, Seth?" Tanya anak itu. Suaranya lucu dan ringan. Naga cokelat di hadapannya mengangguk lalu menggeleng. Sukar dipahami apa naga itu menjawab atau asal bergerak.

"Aku anggap kau tidak suka. Jadi, apakah kau mau berjalan-jalan bersamaku? Ibu mempunyai satu loyang kue, aku tidak masalah membagi satu atau dua potong untukmu?" Anak perempuan itu tidak menunggu tanggapan si naga, dia memutar tumitnya dan berlari melintasi rimbunan semak liar. Naga yang dipanggilnya Seth turut berlari. Badan Seth yang tiga kali lebih besar dari si anak berhasil menyusul bahkan meninggalkan jauh anak itu. Seth tahu letak rumah si anak, dia tidak sabar melahap satu loyang kue. Ayolah, naga tidak akan kenyang memakan satu atau dua potong kue.

Begitulah mereka, pertemanan antara naga muda dan seorang anak perempuan. Sekilas mengerikan. Rumor banyak tersebar jika naga senang memakan anak-anak. Tidak tahu saja masyarakat, bukan naga yang melakukannya. Melainkan ipahsya, makhluk dengan badan mirip naga, tanpa sayap dan kaki yang lebih pendek serupa kadal raksasa.

###

01/03/2018
Kepalaku agak sakit, banyak nama2 aneh di sini 😂 tambah aneh karena ngetik di kereta. Moga kisah ini cepat kelar 🎉

SurealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang