14

2.2K 339 8
                                    

Jennie duduk menunggu di halte. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Customer is calling...

Jennie menatap jam di pergelangan tangannya, "Ah-jam makan siang," ujarnya mengingat bahwa nomor ini sering memesan makan siang dari cafe mereka.

"Yeoboseyo?" ujar Jennie setelah mengangkat panggilan itu.

Tidak ada respon dari seberang sana membuat Jennie memandang layar ponselnya untuk memastikan bahwa sambungannya masih terhubung.

"Yeoboseyo? Apa anda ingin memesan di cafe kami? Maaf sekali tuan, aku sedang tidak berada di cafe tuan. Anda bisa hubungi ke-"

"J-Jennie? Apa... Apa ini benar kau?"

Jennie terkaget, "Ne? Darimana anda tau nam-"

"Jennie-ah!"

Sambungan terputus karna Jungwoo menarik ponsel Jennie dan menunjukkan cengirannya mencoba membuat seolah dia sedang iseng.

Walaupun sebenarnya dia memang sengaja memutuskan panggilan telepon itu.

Jennie menolehkan kepalanya dan mencoba menarik kembali ponselnya., "Jungwoo-ya! Kenapa kau mengambil ponselku?! Kembalikan cepat!" teriak Jennie sambil melompat-lompat kecil berusaha menggapai ponselnya yang diacungkan Jungwoo tinggi-tinggi.

"Ck!" decak Jennie kesal. "Kenapa kau di sini? Bukannya biasanya kau sedang berada di perpustakaan?" tanyanya sewot.

"Memangnya salah kalau aku ke sini?" tanya Jungwoo seraya mengembalikan ponsel itu.

"Sambungannya terputus, ini karnamu!" Jennie merengut kesal menatap layar ponselnya yang tidak lagi menunjukkan bahwa panggilan masih tersambung.

"Aku tidak sengaja. Mianhae," ujar Jungwoo pura-pura merasa tidak enak. "Kau mau kemana?" tanyanya mencoba mengalihkan.

"Pulang."

"Wae? Bukannya biasanya kau masih di caf-"

"Hanbin menyebalkan. Dia mengaturku seenaknya! Memangnya dia siapa mengatur pertemananku?!" gerutu Jennie sebal.

"Memangnya dia melarangmu berteman dengan siapa?" tanya Jungwoo heran.

"Kau."




---



"Kenapa terputus?!" tanya Taeyong geram.

"Mana aku tau," jawab Jisoo memandangnya dengan wajah berkerut.

Taeyong terduduk lemas di sofa ruang tamu rumah itu.

"Mungkin ponselnya tiba-tiba lowbat. Jadi, informasi apa yang kau dapat dari telepon singkat tadi?" tanya Jisoo.

Taeyong memandangnya, "Dia memang bekerja di sana. Dia tadi bilang begitu."

"Baiklah, kalau begitu besok kita akan mendatanginya ke sana. Begitu kan?"

Taeyong mengangguk pelan.

Jisoo mengusap-usap telapak tangannya dengan sebuah senyum, "Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya. Pokoknya, kita harus menemukan Jennie, sampai dapat."


---



"Bagaimana?" tanya Seo Jisoo pada Hanbin melalui telepon.

"Apanya yang bagaimana?" jawab Hanbin malas-malasan.

"Apa kau sudah mengajak Jennie pergi ke Seoul?"

"Belum. Dan kurasa tidak akan," Hanbin memutar-mutar pena di tangannya.

"Wae? Jangan bilang kau ingin menggagalkan rencanaku?" suara Jisoo terdengar dingin.

"Aku tidak mengerti maksudm-"

"Kudengar, kau melarang Jennie berdekatan dengan Jungwoo, machi?"

Hanbin membeku di tempatnya.

"Jangan bilang kau sengaja untuk-"

"Aku tidak suka dia berteman dengan mata-mata," potong Hanbin tak kalah dingin.

"Woah, lihat siapa yang bicara. Kau juga termasuk mata-mataku Hanbin, jangan membuat dirimu terlihat bodoh begini."

"Ya aku memang bodoh. Bodoh karna mau mengikuti alur jahat iblis sepertimu!" Lalu Hanbin memutuskan panggilan tersebut.

Ia mencoba mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan. Lalu dia mengirim sebuah pesan untuk Jisoo.

To: Jisoo

Jangan hubungi aku beberapa hari ke depan.

Kau semakin tidak terkendali, aku lelah, dan aku jenuh. Jangan salahkan aku jika nantinya aku muak dan membongkar semuanya.



---



Hanbin medatangi Jennie yang sedang duduk di kasur. "Soal yang tadi siang, aku minta maaf. Maaf karna aku membuatmu kesal."

"Aku juga minta maaf karna terlalu emosi membalas perkataanmu hingga meninggalkan cafe," ujar Jennie.

Hanbin tersenyum lalu merentangkan tangannya lebar-lebar yang langsung di sambut pelukan oleh Jennie.

"Maaf aku terlalu berlebihan mengkhawatirkanmu" ujar Hanbin mengelus rambut Jennie.

"Ah iya, cepat susun pakaianmu ke koper, besok kita akan pergi ke Seoul," ujar Hanbin melepaskan pelukan mereka.

"Untuk apa kita ke Seoul?" tanya Jennie.

"Liburan," jawab Hanbin sambil bangkit berdiri dan berjalan ke kopernya di samping lemari. Lalu ia mulai memasukkan pakaian ke dalam kopernya.

"Jinjja? Tapi kenapa tiba-tiba begini?" tanya Jennie heran.

"Hubungan kita semakin tidak baik akhir-akhir ini, jadi aku berinisiatif mengajakmu liburan. Kenapa? Kau tidak suka ya?"

Jennie cepat-cepat menggeleng, "Bukan begitu," ujarnya dengan wajah cemberut.

"Yasudah, cepat susun bajumu. Kereta kita berangkat pukul 7 pagi."

Jennie mengangguk lalu pergi keluar dari kamar itu menuju kamarnya.

"Maaf aku membohongimu, lagi dan lagi" lirih Hanbin sendu sambil meremas pakaian di tangannya.

---

Keesokan harinya, Hanbin dan Jennie sudah berada di stasiun kereta. Kini keduanya tengah menunggu jadwal kereta mereka tiba di stasiun dan berangkat menuju Seoul.

"Aku sudah buat rencana selama kita di sana," ujar Hanbin menunjukkan secarik kertas pada Jennie.

Jennie mendengus geli pada tingkah menggemaskan Hanbin yang menyembunyikan kertas itu kala Jennie mencoba mengintip.

Lalu tak lama terdengar suara pemberitahuan bahwa kereta mereka sudah tiba dan para penumpang diharapkan masuk ke gerbong masing-masing.

Maka segera saja mereka berdua bangkit berdiri dan bergegas menuju kereta mereka menuju Seoul.

Kota penuh kenangan dalam hidup Jennie.








TBC

Our Love | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang