25

1.7K 276 14
                                    

"Jennie? Benar Jennie kan?"

Jennie menolehkan kepalanya lalu menatap orang itu dengan bingung.

"Aku Jisoo... Ah-kau pasti tidak mengingatku ya," wanita itu mendudukkan dirinya di depan Jennie. Sedang mata Jennie hanya mengikuti pergerakan wanita itu.

"Aku doktermu, kau sudah lupa ternyata," wanita itu memasang wajah sedikit sedih, tentu saja hanya akting.

"Dokterku?"

"Karena kau lupa, mari berkenalan lagi. Aku Jisoo, Seo Jisoo. Aku adalah doktermu sewaktu kau tak sadarkan diri karena terkena tembakan. Ah-dan aku juga dokter yang mengurus pengobatan kankermu."

Baiklah, dia tidak berbohong soal itu. Seo Jisoo memang seorang dokter. Kebetulan sekali dia adalah dokter penyakit kanker, dan dia memang yang menjadi dokter Jennie selama proses penyembuhan. Tentu saja Jennie tidak mengenalinya karna wanita itu selalu menggunakan masker dan kacamata saat ingin melakukan pengecekan kondisi Jennie.

"Mianhabnida... Aku-"

"Gwenchana, itu tidak terlalu penting. Omong-omong sedang apa sendiri di sini?" tanya Seo Jisoo padanya.

"Aku sedang menunggu sepupuku membelikan makanan di dalam," jawab Jennie seraya menunjukkan senyumnya. Seo Jisoo pun menganggukkan kepalanya.

Tiba-tiba Jennie teringat sesuatu.

"Ehm, maaf sebelumnya tapi... Apa kau Seo Jisoo sepupu Johnny?"

Jisoo tidak dapat menyembunyikan wajah kagetnya, "Darimana kau-"

Hanbin yang baru saja kembali langsung menarik Seo Jisoo menjauh setelah meletakkan 2 cup ramen instan yang mengepul asapnya serta minum di atas meja.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya setengah berbisik

Seo Jisoo tertawa, "Memangnya kenapa eoh?"

"Apa pun rencanamu, aku sarankan kau untuk berhenti. Jisoo-ya, dia sudah bertemu dengan Taeyong. Biarkan saja dia kembali ke tempatnya," ucap Hanbin dengan nada sedikit frustasi.

Seo Jisoo mendengus, "Kau kenapa eoh? Bukannya kau dulu juga sangat bersemangat untuk menghancurkan si angkuh itu?"

Hanbin melirik Jennie yang tampak memakan ramen dengan menatap mereka penasaran. Wajahnya benar-benar polos membuat Hanbin tambah tidak tega.

Hanbin mengalihkan pandangannya ke Seo Jisoo yang ada di depannya. "Dia terlalu baik untuk merasakan semua ini..." ujarnya pelan.

"Siapa yang kau maksud? Si keparat itu kau sebut baik?" tanya Seo Jisoo yang emosi. Dia pikir Hanbin sedang membicarakan Taeyong.

"Bukan dia yang kumaksud, tapi Jennie. Jennie terlalu baik untuk semua ini. Kau mungkin memikirkan tentang kehancuran Taeyong tanpa Jennie. Tapi pernahkah kau memikirkan perasaan Jennie?"

Seo Jisoo diam. Jujur saja sekalipun dia benar-benar keras kepala, hatinya tetaplah lembut dan mudah tersentuh layaknya wanita lainnya.

"Jisoo-ya, hentikan semuanya. Aku mohon," pinta Hanbin.














"Aku... Tidak bisa."

---

Jisoo memandang Taeyong yang tampak gelisah. "Tidak akan terjadi apapun pada Jennie, percaya padaku."

"Bagaimana kalau Hanbin itu membawanya pergi lagi?" ujar Taeyong mengutarakan kegelisahannya.

Jisoo tersenyum, "Tidak akan."

Taeyong hanya diam. Dia bahkan tidak begitu berselera lagi untuk makan.

"Aku sudah selesai makan dan kau baru makan setengahnya. Benar-benar! Apa aku perlu menyuapimu eoh?" ujar Jisoo kesal.

Karena kesal, Jisoo mengambil makanan Taeyong. "Buka mulutmu!" perintahnya.

Taeyong menahan tangannya, "Aku bisa makan sendiri Jisoo-ya."

Jisoo berdecak, "Mau berapa lama lagi aku akan menunggumu? Sudah cepat, buka mulutmu!"

Dengan pasrah Taeyong membuka mulutnya dan menerima suapan dari Jisoo.

"Aku tau kau begitu mencintainya dan tidak ingin kehilangannya. Tapi jangan lupakan dirimu sendiri Taeyong-ah," Jisoo menasihatinya selagi menyendokkan makanan itu ke mulut Taeyong.

Ia sudah seperti ibu yang sedang menasihati anaknya yang baru saja putus cinta, menggelikan.

Di sisi lain, Jennie hanya memandang mereka dengan tatapan biasa. Tidak ada kemarahan atau apapun di dalam hatinya.

"Pria berengsek itu!" gerang Seo Jisoo yang ada di sebelahnya.

Jennie menolehkan kepalanya menatap Seo Jisoo, kemudian wanita itu tertawa. "Ya! Mengapa kau yang begitu emosi eoh?" tanyanya.

"Kau tidak lihat? Dia disuapi wanita lain padahal dia sudah punya istri, yaitu kau. Bagaimana bisa kau hanya diam di sini hanya melihatnya tanpa berniat mendatangi lalu menamparnya? " ujar Seo Jisoo berapi-api.

"Jangan ajarkan Jennie menjadi iblis tidak berhati sepertimu." ujar Hanbin sewot.

"Ya! Kalau aku tidak berhati, untuk apa aku di sini marah-marah dan merasa tidak terima karena dia memperlakukan Jennie seperti ini?" balas Seo Jisoo.

"Kau peduli pada Jennie eoh?" tanya Hanbin.

Seo Jisoo terdiam. "K-kata siapa aku peduli?!" serunya berusaha terlihat garang.

Hanbin tersenyum, setidaknya kini dia sadar bahwa Seo Jisoo sebenarnya tidak benar-benar jahat.

"Kenapa kalian malah bertengkar?" ujar Jennie pusing sendiri.

Seo Jisoo memandang Jennie dengan sebal kemudian menatap ke arah dua orang di dalam cafe yang masih tampak asik.

"Jadi kau ingin tetap berdiri di pinggir jalan, di depan cafe tempat suamimu sedang bermesraan dengan wanita lain?" tanyanya. Kini ia kembali menatap Jennie.






"Biarkan saja mereka. Kupikir mereka memang sebaiknya kembali bersama."

"Apa?!" Seo Jisoo dan Hanbin kompak berseru dan menatapnya kaget.








TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Our Love | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang