28

1.8K 267 11
                                    

Play : Paul Kim - Me After You

(or play on mulmed)

Bacanya pelan, biar lebih dihayati hehe.  Sorry kalo kurang ngefeel :'3

Jangan lupa tinggalkan jejak :)

--

"Kau sebenarnya kenapa Jennie-ah? Kenapa memandangku seperti itu?"

Jennie segera mengubah ekspresi wajahnya. "Ani, eopsoyo. Aku ingin kembali ke hotel. Hanya itu yang kuinginkan sekarang Taeyong-ssi." (Tidak, tidak ada)

"Wae? Hotel-i anira." (Kenapa? Hotel bukan tempatmu) balas Taeyong.

"Lalu menurutmu dimana tempatku seharusnya? Aku ingin kembali ke hotel dan beristirahat Taeyong-ssi. Tolong jangan halangi-"

"Kau tidak akan kemanapun tanpa diriku."

Jennie mendengus kasar. "Memangnya apa pedulimu, eoh? Kenapa kau tidak urus saja dirimu dan Jisoo?"

Taeyong memandang Jennie heran. Namun sesaat kemudian dia sadar sesuatu, Jennie pasti melihatnya saat disuapi oleh Jisoo.

Jisoo yang menyadari situasi pun segera bersuara, "Jennie-ah, kau salah paham. Itu tidak-"

"Nan gwaenchana, Jisoo-ssi. Naneun sang-gwan eobda," (Aku baik-baik saja. Aku juga tidak peduli) sela Jennie seraya tersenyum.

Sedari dulu, dia memang terlalu baik pada Jisoo. Bahkan dulu sebelum dia hilang pada insiden di hari ulang tahun pernikahanannya dan Taeyong, dia pernah meninggalkan Taeyong dan membiarkan pria itu untuk bersama Jisoo.

Bukan sekali atau dua kali, dia bahkan sudah berkali-kali mengorbankan perasaannya untuk wanita itu. Baginya, kebahagiaan Jisoo juga kebahagiaannya. Sekalipun sekarang ini dia tidak mengingat semua kenangan persahabatan mereka, tapi hati kecilnya tau.

Taeyong menatap Jennie dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau ingin mengulangnya seperti dulu?" ujarnya pelan.

Dia tahu Jennie menyembunyikan sesuatu dibalik semua kalimatnya. Dia kenal Jennie, dia mengenal watak wanita yang dia cintai itu.

"Aku tidak mengerti maksudmu Taeyong-ssi," ujar Jennie cepat.

Taeyong menatap Jennie tepat di bola matanya. "Kau mengerti. Aku tau kau mengerti."

"Kau bahkan tidak atau apa-apa," ujar Jennie.

Taeyong mendengus lalu menyapukan pandangannya ke jalanan sebelum kembali menatap wanita di depannya. "Mau sampai kapan kau melukai perasaanku Jennie-ah?" ujarnya di luar dugaan. Bahkan suaranya yang bergetar terdengar begitu jelas.

Mata tajamnya kini menatap Jennie sendu, memperlihatkan kelemahannya pada wanita itu. "Aku mengenalmu. Meski perjumpaan dan semua yang telah terjadi diantara kita hanya berawal dari pernikahan kontrak, aku mengenalmu lebih dalam setelah aku hidup denganmu."

Baiklah, tampaknya Seo Jisoo dan Hanbin benar-benar dikagetkan soal ini.

"Berapa kali Jennie-ah?" Taeyong menatap nanar ke arah Jennie. "Berapa kali kau terus mengucapkan kata-kata yang mengiris hatiku? Berapa kali kau mencoba memberikanku kebahagiaan baru padahal kau tau bahwa kebahagiaanku hanya dirimu? Berapa kali lagi aku harus mengatakan padamu bahwa hanya dirimu yang kuinginkan? Berapa kali lagi harus kukatakan bahwa aku tidak akan meninggalkanmu? Berapa kali Jennie-ah?" Nafas Taeyong memburu. Semua perasaan yang selama ini dia pendam ia keluarkan saat itu.

"Jika kau bisa melalui semuanya, jika kau bisa membohongi perasaanmu, lalu bagaimana denganku? Apa kau tidak mempedulikan perasaanku?" suara Taeyong melemah.

Jisoo memilin jari-jarinya. Dia tau ini salahnya. Jika saja dia tidak memaksa Taeyong untuk disuapi olehnya, semua tidak akan seperti ini.

Seo Jisoo hanya memandang kedua orang itu. Dia sendiri tidak tau harus bagaimana, ini di luar rencananya.

Hanbin? Dia sedang menikmati akting Jennie. Tentu saja dia tahu betul bahwa Jennie sedang mencoba melukai perasaannya sendiri.

Jennie terdiam di tempatnya. Dia salah. Dia pikir Taeyong akan baik-baik saja tanpanya. Dia pikir hanya dia yang terluka saat dia memilih meninggalkan pria itu. "Mianhae..." (Maaf) suara Jennie terdengar sangat lirih.

"Aku hanya merasa tidak pantas. Bahkan untuk semuanya," ujar Jennie lagi.

Jenni menatap Taeyong dengan mata berkaca-kaca. "Aku bahkan tidak bisa mengenal diriku sendiri dengan baik setelah aku lupa ingatan. Aku... Aku hanya merasa tidak pantas untuk bersamamu dengan kondisiku yang bahkan tidak bisa mengingat dirimu. Aku merasa tidak pantas datang secara tiba-tiba dan membiarkan diriku berdiri di sampingmu lagi dan menyingkirkan Jisoo yang bahkan selalu ada di sampingmu."

"Jangan lanjutkan," ujar Taeyong pelan.

"Seharusnya aku memang tidak usah kembali. Seharusnya aku tidak perlu bertemu denganmu. Seharusnya... Seharusnya aku tidak usah-"

Taeyong membungkam Jennie dengan bibirnya.

"Gyesoghaji mallago haessjanh-a!" (Sudah kukatakan jangan lanjutkan) bisik Taeyong sebelum dirinya kembali memangut bibir Jennie.

Jennie memejamkan matanya. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Ya, dia menangis.

"Ya! Kalian berbuat hal ini di tempat umum! Ini cabul!" pekik Seo Jisoo.

Tentu saja bukan hanya dirinya yang kaget, tetapi Hanbin dan Jisoo juga..

Tapi Hanbin justru salah fokus pada ucapan Seo Jisoo. "Bagaimana mungkin itu disebut cabul saat seorang suami mencium istrinya?"

"T-tapi t-tetap saja ini di tempat um-aish! Mereka berdua membuatku mengingat si gila yang bahkan tidak mengenaliku lagi," Seo Jisoo berdecak. "Hajima, no du-ya!" (Hentikan, kalian berdua) ujar Seo Jisoo lebih ke arah rengekan.

Entahlah kemana perginya sisi antagonis yang selama ini melekat dalam dirinya.

Sementara itu, Hanbin diam-diam melirik Jisoo. Wanita itu tampak tersenyum tipis sambil menundukkan kepalanya.

'Apa dia... Baik-baik saja?' batin Hanbin.








TBC

Our Love | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang