29

1.9K 304 15
                                    

Boleh kali ditekan bintangnya yang ada di sebelah kiri :(

--

Meski sempat terbuai, Jennie akhirnya berhasil menguasai dirinya. Ia mendorong dada Taeyong menjauh. Dengan nafas yang sedikit tidak teratur, Jennie menatap Taeyong. "Aku tidak bisa."

"Jen, kau-" ucapan Hanbin masih tergantung di udara saat Jennie kembali bicara.

"Aku tidak bisa Taeyong-ssi. Kumohon, aku-"

"Kau apa?" potong Taeyong. Sorot matanya berubah menjadi dingin. Sejenak Jennie tertegun di tempatnya. Ia tanpa sadar menggigit bibirnya, menjadi ragu.

"H-hei, sudahlah... Kalian lanjutkan saja hubungan kalian, kupikir ini sudah berakhir. Ayo-ayo, kalian bisa membicarakannya dengan baik," ujar Seo Jisoo yang entah mengapa memiliki firasat buruk tentang kejadian selanjutnya.

Taeyong menatap Seo Jisoo dengan tatapan dinginnya. "Sudah berakhir? Memangnya apa yang pernah dimulai?" tanyanya.

Jisoo menyadari ada yang aneh dari Taeyong. "Taeyong, ada apa denganmu?" tanya dengan lembut.

Jennie mendengus dalam hati. Jisoo sangat pantas menjadi pendamping Taeyong. Dia merasa bagaikan secuil penghalang untuk keduanya.

Jisoo mencoba menyentuh lengan Taeyong untuk menenangkannya, namun Taeyong segera berujar. "Jangan lakukan itu, kau bisa menimbulkan salah paham lebih besar," ujar Taeyong. Dia sebenarnya tidak berniat menyalahkan Jisoo, hanya saja emosinya tiba-tiba memuncak.

Tangan Jisoo yang menggantung di udara segera mengepal lalu turun ke bawah secara perlahan. "Arraseo," (Aku mengerti) lirihnya.

Hanbin menatap sinis Taeyong. "Ya! Dia hanya ingin menenangkanmu, kenapa kau-"

Bugh!

"Berisik!" ujar Taeyong menatap nyalang Hanbin yang tampak benar-benar kaget dengan serangan mendadak darinya.

"Ya! Apa yang kau lakukan pada Hanbin?!" teriak Jennie seraya mendekati Hanbin. "Kau baik-baik saja?" tanyanya panik.

"Berhenti bersikap baik padanya Jennie!" ujar Taeyong tak senang. Kemudian Taeyong mendengus kasar. "Sepertinya aku mulai paham apa yang terjadi," ujarnya dengan sorot tajam yang mengarah pada Seo Jisoo.

"Ikut aku!" ujar Taeyong menarik Jennie untuk pergi.

"Aku tidak mau!" balas Jennie. "Apa kau tidak bisa lihat kau melukai sepupuku?!"

"Sepupu? Jelas-jelas kau pernah bilang kau hanya sebatang kara setelah kedua orangtuamu meninggal karena kecelakaan bus di gangnam. Mereka itu penipu!" ujar Taeyong marah.

Jennie yang sedang membantu Hanbin lantas terdiam selama beberapa saat. Pandangannya kosong dan hanya terarah pada dada Hanbin yang ada di depannya. Dan perlahan, ia mendongak menatap ke arah Hanbin yang hanya bisa terdiam. "Aku sudah mengatakannya padamu Jen, kau akan segera tahu. Kurasa, ini saatnya," ujarnya dengan senyum sangat tipis.

"Aku tidak peduli sekalipun Hanbin bukan sepupuku. Bagiku dia tetap keluargaku," ujar Jennie dengan cukup mengejutkan. Bahkan Hanbin sendiri menatapnya dengan tidak percaya, semudah itu bagi Jennie untuk memaafkan seseorang.

Saat manik mata mereka bertemu, Jennie menyunggingkan senyum tipis, "Gwenchana..." bisiknya pelan mengingatkan Hanbin untuk tidak perlu khawatir Jennie akan membencinya.

Emosi Taeyong semakin memuncak. Dengan sedikit kasar dia menarik Jennie ke arahnya. "Berhenti membuatku marah, Jen!" ujarnya.

Jennie menatap Taeyong dengan raut terkejut bukan main. Begitu pula dengan Jisoo, Hanbin, dan Seo Jisoo.

"Taeyong, jangan kasar pada Jennie!" ujar Jisoo dengan kesal.

Taeyong menatap Jisoo dari ekor matanya sebelum akhirnya mengendurkan pegangannya pada Jennie. "Ayo ikut aku," ujar Taeyong lebih lembut namun tetap terdengar dingin.

"Aku tidak mau Taeyong-ah!" tolak Jennie lagi. Dia tidak suka Taeyong memaksanya begini.

Rasanya Taeyong ingin sekali memaki Jennie kalau tidak mengingat wanita keras kepala itu adalah istrinya sendiri. "Berhenti keras kepala! Aku bilang ikut aku!" Taeyong menarik Jennie pergi. Jennie memberontak membuat Taeyong terpaksa kembali mengeratkan tangannya.

Jisoo ingin segera mendatangi keduanya namun Hanbin lebih dulu menahannya. "Biarkan mereka selesaikan berdua. Kau dan aku orang asing di antara mereka berdua, kita bisa menimbulkan masalah jika ikut campur," ujar Hanbin membuat Jisoo membatalkan niatnya.

Hanbin menghela nafasnya lalu menatap Seo Jisoo yang masih mematung di tempatnya. "Jisoo-ya... Kurasa kita harus jujur mengenai semuanya pada Jisoo."


----


Taeyong menghentikan langkahnya tepat saat mereka sudah sampai di rumah Yuta karena mobil Taeyong masih berada di sana. Namun bukan berhenti sampai di sana, Taeyong memaksa Jennie untuk segera masuk ke mobil.

"Kau mau membawaku kemana?" tanya Jennie ketika Taeyong mulai menjalankan mobilnya. Taeyong hanya diam, tak menggubris Jennie seolah tidak mendengar apapun.

"Taeyong hentikan mobilnya!" pekik Jennie kala mobil Taeyong melaju dengan kencang di atas rata-rata. Namun alih-alih mengurangi kecepatan, Taeyong justru menambah laju mobilnya seperti kesetanan. Wajahnya telihat kaku dan dingin, benar-benar berbeda dari yang Jennie lihat sebelumnya. Jennie menangis ketakutan. "Hentikan mobilnya, kumohon," ujarnya.

Akhirnya mereka sampai di rumah Taeyong. Tanpa mengatakan apapun Taeyong kembali menarik Jennie untuk masuk ke rumah. Jennie kembali memberontak membuat Taeyong menariknya kasar hingga tangan Jennie nampak memerah.

"Taeyong s-sakit!" rintih Jennie saat Taeyong menarik tangannya dengan mencengkram cukup kuat. "Kau jahat! Lepaskan aku! Kumohon lepaskan aku," Jennie meronta-ronta dengan tangis yang kian menyesakkan.

Taeyong mendadak menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya dan menatap Jennie yang sudah terlihat kacau, airmatanya mengalir begitu deras dengan rambut yang sedikit acak-acakan. "Astaga apa yang sudah-" Mendadak pikirannya terasa kosong.

Jennie masih menangis. "Kau menyakitiku Taeyong-ah," ujarnya menatap Taeyong penuh kekecewaan.

"Jennie aku tidak-" lalu mata Taeyong menatap tangan Jennie yang ia genggam sedari tadi. Ia melepasnya dan menemukan ruam merah membekas jelas di sana. "Apa yang kulakukan?" ujarnya pelan.

Taeyong kembali menatap Jennie, tangannya bergetar hebat sebelum akhirnya ia menjatuhkan dirinya kepada Jennie, mendekap erat istrinya. "Maafkan aku..." ujarnya berkali-kali. Kini airmatanya ikut terjatuh menyadari bahwa dia sudah melukai Jennie-nya.

Ia terlalu dimakan emosi ketika Jennie akan meninggalkannya lagi, dia kalap hingga tidak menyadari bahwa dia melukai Jennie karena tindakannya.

"Maafkan aku... Aku hanya tidak ingin kau meninggalkanku lagi," ujarnya. "Kumohon maafkan aku Jennie-ah... Pukul aku, aku sudah menyakitimu, cepat pukul aku!" ujarnya menggerakkan tangannya memukul kepalanya sendiri dengan cukup kuat.

"Jangan lakukan itu!" Jennie menahan tangan Taeyong yang ingin kembali memukuli kepalanya sendiri. "Kau menyakiti dirimu sendiri Taeyong-ah, hentikan!"

Taeyong menatap Jennie nanar. "Aku terlalu emosi ketika kau ingin meninggalkanku lagi tanpa mempedulikan perasaanku... Maafkan aku," ujarnya dengan sangat lemah.

Taeyong menundukkan kepalanya, air matanya kembali menetes tanpa bisa ia sembunyikan. "Aku memang bukan suami yang baik. Tapi kumohon, jangan tinggalkan aku."








TBC




Our Love | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang