part 3

263 35 1
                                    

Saat ini mereka telah berada di ruangan yang sangat luas yang biasa dipakai Devian untuk bermain basket. Disana telah tersedia matras biru, sedangkan Odelia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian putih serta ikat pinggang berwarna hitam.

Devian menatap gadis itu malas. Apa yang akan dilakukan gadis bar-bar itu disini dengan pakaian seperti itu.

Benar-benar aneh, batin devian.

Odelia sudah berada beberapa meter di depan devian. Gadis itu tersenyum miring.

" Aku punya permainan."

" Caranya cukup mudah, kau hanya perlu menjatuhkan lawanmu." Odelia menjelaskan dengan tenang, sedangkan devian tampak mengernyit.

" Kau boleh menggunakan teknik apapun yang kau bisa. Cukup mudah bukan?!"

Devian masih menampilkan ekspresi datarnya. Wajahnya itu nampak tak tertarik dengan tawaran odelia.

" Konyol sekali!." Ucap devian meremehkan. Lelaki itu berjalan santai melewati odelia.

" Akui saja kalau kau takut."

Devian menghentikan langkahnya mendengar ucapan meremehkan odelia.

" Hanya orang pengecut saja yang menolak permainan semudah ini."

Devian berbalik mendengar nada menyebalkan odelia. Odelia bisa melihat sedikit perubahan dari ekspresi lelaki itu.

Semoga ia terpancing, batinnya.

Devian masih saja diam, sambil menatap odelia tenang. Lelaki itu pandai sekali menyembunyikan ekspresinya. Baiklah kalau begini odelia harus mengambil sedikit resiko.

" Kalahkan aku dalam permainan ini " ucap odelia lagi.

Devian masih saja tidak menanggapi, hanya ekspresi datarnya sajalah yang odelia lihat.

" Apa yang akan kudapat jika berhasil mengalahkan gadis sombong sepertimu?" Ucap devian dengan nada meremehkan. Gestur tubuh dan ekspresi nya masih saja tenang.

Gadis sombong!!!

Nafas Odelia tercekat, ia tak menyangka reaksi devian bisa tenang sekaligus dingin seperti itu ketika mengatainya.

Ia harus bersabar! Tahan odelia.

Odelia menyeringai.

" Aku akan mengabulkan semua keinginanmu."

Tatapan devian berubah malas, baginya ucapan odelia tak menarik dan sungguh klise.

" Aku tak menginginkan apapun darimu." Devian berbalik ingin keluar dari ruangan besar tersebut.

Odelia kelimpungan dibuatnya. Bagaimana ini, rencanannya akan gagalkah? Tidak ada pilihan lain, ia harus mengambil pilihan yang benar-benar beresiko.

" Baiklah, jika kau menang aku akan berhenti menjadi tutormu."

Langkah Devian kembali terhenti , ia berbalik untuk melihat ekspresi kesal gadis didepannya. Devian terdiam cukup lama, tampak menimbang kata kata Odelia. Sedangkan odelia berusaha menahan kekesalannya yang sudah mencapai ubun-ubun karena ulah menyebalkannya yang sok jual mahal.

" Baiklah, aku terima tawaranmu."

Devian berjalan menghampiri odelia, ia tampak ingin bersiap-siap memulai permainan yang ditawarkan gadis itu.

" Tunggu kau belum mendengar apa yang ku inginkan jika aku menang."

Devian yang sudah berada disamping odelia mengernyit kan keningnya.

" Ya, lalu. Apa yang kau inginkan?!" Tanya devian malas

Odelia memamerkan senyum miringnya. " mudah saja, jika aku menang kau harus serius memperhatikan pelajaranku..
Oh, dan juga kau harus memanggilku nona Odelia." Devian tampak terpengarah mendengar ucapan gadis itu. Sementara odelia masih tampak berpikir.

Innocent WindsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang