Part 1

526 32 8
                                    

Kota X, Agustus, 202X

Suara jepretan kamera tampak bergema di ruangan besar yang menampilkan pencahayaan terang. Cahaya tersebut mengarah kepada seorang gadis yang sedang berpose anggun didepan kamera. memamerkan dress putih selutut yang tengah dikenakannya. Wajahnya tampak sangat cantik dengan make up tipis yang semakin menampilkan aura kecantikannya.

" Kerja bagus Odelia!" Ucap sang juru kamera.

" Terimakasih, kerja bagus semuanya." Ucap Odelia sambil membungkuk ke arah kru yang berada di sana.

Odelia berjalan santai menghampiri manajernya. Sang manajer mamberikan segelas minuman yang langsung di tenggak oleh gadis itu.

" Odelia, mau istirahat terlebih dahulu atau langsung ke kampus?"

" Aku akan langsung ke kampus saja."

*********

Darien Edelsteen , menatap lelaki muda di depannya dengan wajah tanpa ekspresi. Di umurnya yang ke 45 tahun, wajah tampan dan berkarismanya mengernyit saat melihat sebuah kertas yang menampilkan beberapa nilai dengan warna merah yang membuat nya frustasi. oh, bukan beberapa lagi tetapi hampir semua nilainya di bawah rata-rata kecuali pelajaran bahasa Inggris dan musik. Darrien menatap pemuda didepannya.

" Apa yang harus ayah lakukan, Devian?!!!" Suara berat nya menggelegar, tetapi lelaki muda yang bernama Devian itu tidak bergeming sedikitpun.

" Aku sudah memanggil guru favorit untuk mengajarimu, kau juga sudah mengikuti pelajaran tambahan disekolah, tetapi......" Suaranya tercekat.

" Apa-apaan semua ini???" Geram Darien sambil membanting-banting kertas yang berisi nilai-nilai yang berwarna merah.

" Jika seperti ini terus, bagaimana kau bisa masuk universitas."

" Aku tidak mau masuk universitas." Jawab Devian enteng.

Mata Ayahnya membola. Dadanya mulai bergemuruh, rasanya jika menghadapi anaknya yang kelewat tidak peduli ini bisa membuat umurnya semakin memendek. Lelaki itu menghela nafas tampak mengabaikan ucapan Devian.

" Ayah akan Carikan lagi guru privat untukmu. Ini kesempatan terakhir mu. Jika kau membuat kekacauan, ayah tidak akan mau ikut campur lagi." Tegas Darien tak terbantahkan.

Ekspresi Devian tampak tak berubah sedikitpun. Tetap tenang dan datar.

" Aku bilang, aku tidak mau masuk universitas." kali ini ada penekanan disetiap katanya.

" Pulanglah." Lagi-lagi Darien mengabaikan perkataan Devian. Untuk sesaat, Wajah Devian tampak mengeras. Selanjutnya wajah lelaki itu terganti oleh raut datar.

Devian beranjak tanpa memedulikan ucapan ayahnya lalu berlalu begitu saja tanpa seucap kata. Di belakang nya, Ayahnya menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Tok tok

" Masuklah."

Seorang lelaki muda dengan setelan formal membuka pintu. Lelaki itu adalah Sekertaris Darien. Ia membawa beberapa dokumen yang langsung di letakan di mejanya.

Selain menjabat sebagai Rektor di Universitas Declan, Darien Edelsteen juga merupakan seorang pengusaha yang memiliki  perusahaan farmasi dan rumah sakit swasta. Darien adalah salah satu konglomerat di Negeri Nevan  yang memiliki kekayaan melimpah.

Selain devian Edelsteen, Darien juga memiliki seorang anak laki-laki yang lebih tua 5 tahun dari Devian. Anak itu sangat pintar dan dapat di andalkan, sifatnya sangat berbeda sekali dengan anak bungsunya. Bukannya ingin membandingkan keduanya, tetapi perbedaan otak Devian dilihat dari hasil tesnya sangat jauh dari kakaknya.

Innocent WindsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang